ANALISIS

Sepak Bola Lokal Kini Menyaingi Tayangan Sinetron

CNN Indonesia
Selasa, 17 Jan 2017 11:36 WIB
Melihat jumlah penduduk Indonesia yang gandrung sepak bola, nilai hak siar kompetisi lokal diperkirakan bisa mencapai angka Rp500 miliar hingga Rp1 triliun.
Final Piala Presiden 2015 disebut CEO Mahaka Sports, Hasani Abdul Gani, sebagai salah satu tayangan dengan rating tertinggi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kompetisi Indonesian Soccer Championship (ISC) yang digulirkan di tengah-tengah sanksi FIFA dianggap sebagai salah satu tanda kebangkitan industri sepak bola. Nilai hak siar yang diperkirakan mencapai Rp200 Miliar sementara pemasukan sponsor diperkirakan Rp215 miliar menjadi salah satu ukuran.

Nilai hak siar itu setidaknya dua kali lipat dari bayaran yang didapatkan di Liga Super Indonesia (ISL) 2014. Ada total 306 pertandingan disiarkan langsung mulai dari April hingga Desember 2016.

Bukan berarti kompetisi itu tanpa catatan. Permasalahan jadwal yang mepet antara laga tandang dan kandang sempat dikeluhkan beberapa klub, di antaranya adalah Manajer Umum Persib Bandung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, masalah kekerasan antar-suporter juga masih belum terselesaikan. Dalam catatan CNNIndonesia.com, ada lima korban tewas sepanjang gelaran kompetisi tersebut. Empat korban tewas melibatkan klub-klub ISC A, sementara satu lainnya terjadi di ISC B.

Demikian pula dengan masalah kualitas wasit dan juga aksi kekerasan pemain yang masih terjadi dari pekan ke pekan. Misalnya saja yang dilakukan dua penggawa Semen Padang, Jandia Eka Putra dan Christ Sibi, yang memukul wasit dan kemudian mendapat sanksi larangan bertanding enam bulan (akhirnya dikurangi menjadi empat pertandingan).  

Menurut CEO Mahaka Sport, Hasani Abdul Gani, berbagai masalah itu menghalangi sepak bola Indonesia untuk mendapatkan nilai hak siar dan sponsor yang lebih besar, sesuai dengan potensi maksimalnya.

"Jadi, kalau hak siar (ISC) itu dibandingkan dengan yang sebelumnya, jumlah itu jadi yang terbesar. Tapi kalau dinilai dari pasarnya, jumlah itu kecil," kata Hasani ketika berbincang dengan CNNIndonesia.com, pekan lalu.

"Jika dilihat pasar kita memiliki jumlah penduduk yang sekian banyak dan penggemar sepak bola sekitar 25 juta orang, dan rating televisi pertandingan lumayan bagus, maka nilai hak siar itu rendah."
   
"Banyak faktor yang membuat nilai tersebut tidak menjadi lebih besar. Faktor tersebut bukan eksternal, melainkan internal seperti keributan, banyak keluhan, menjelekkan liga sendiri, wasit sendiri, kualitas wasitnya, dan lain-lain."

Berdasarkan pengalaman Hasani ketika menggulirkan turnamen Piala Presiden di bawah bendera Mahaka Sports, sepak bola Indonesia sudah memiliki daya saing melawan tayangan-tayangan televisi lainnya.
Kepercayaan Presiden Jokowi dianggap sebagai salah satu faktor penting di balik kebangkitan sepak bola Indonesia. Kepercayaan Presiden Jokowi dianggap sebagai salah satu faktor penting di balik kebangkitan sepak bola Indonesia. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Namun, proses itu tidak didapatkan dengan mudah.

Ketika turnamen berlangsung pada akhir Agustus hingga pertengahan Oktober, Indonesia sendiri baru mendapatkan sanksi FIFA dan kehilangan kepercayaan baik dari sponsor maupun pihak televisi. Titel Presiden yang disematkan pada kompetisi lah yang akhirnya membukakan jalan.

"Untungnya Pak Presiden (Joko Widodo) percaya. Kalau Pak Presiden waktu itu tidak percaya juga, saya tidak tahu sepak bola hari ini akan jadi apa," kata Hasani.

Target perputaran uang yang mencapai Rp42 miliar membuat Hasani kala itu menerima sponsor dari berbagai jenis, mulai dari perusahaan konstruksi Pulau Intan hingga Grup Agung Sedayu.

Kepercayaan Presiden RI kemudian terbayar dengan rating partai final yang mencapai 44,2 persen. Menurutnya, rating pertandingan yang mempertemukan Persib Bandung melawan Sriwijaya FC itu tertinggi dari seluruh program televisi.

"Saya tidak bisa bilang sepak bola (lokal) sudah menjadi primadona, tapi dua hal itu (dengan sinetron) bersaing ketat. Sekarang sudah berbeda, sepak bola harus berpikir cara pikir industri. Itu saja," katanya.

Hasani memperkirakan, seandainya kondisi perekonomian Indonesia stabil dan semakin berkembang, maka nilai hak siar kompetisi lokal bisa mencapai angka Rp500 miliar hingga Rp1 triliun per tahun.
Hasani Abdul Gani menyebutkan rating final Piala Presiden mencapai 44,2 persen. Hasani Abdul Gani menyebutkan rating final Piala Presiden antara Persib Bandung dan Sriwijaya FC mencapai 44,2 persen. (CNN Indonesia/safir makki)
Ia menimbang, respons pasar yang memang dipengaruhi tingkat daya beli konsumen, akan menjadi faktor penting dalam menentukan industri sepak bola Indonesia ke depan.

"Di Indonesia, yang terjadi adalah respons pasarnya lamban. Ini karena pendapatan per-kapita kita masih di bawah. Menurut saya, kalau pendapatan per-kapita di atas US$7 ribu, industri olahraga akan jauh lebih berkembang."

"Secara nasional, pendapatan per-kapita kita masih di antara US$3.500-4.000. Namun, Jakarta sendiri itu rata-rata pendapatannya berkisar di US$9.500. Maka dari itu, berapapun harga tiket (olahraga) di Jakarta, jauh lebih mudah menjualnya. Itu sebabnya, tiket konser di Jakarta pun tidak ada yang tidak laku."

Hasani menyatakan, konsumen yang memiliki daya beli tinggi sendiri terkonsenterasi di Jakarta dan banyak yang tidak memiliki klub lokal yang diidolakan.

"Mereka lebih menggemari Liverpool, Arsenal, Chelsea, Barcelona, dan tim nasional. Makanya harga jual tiket timnas itu tinggi. Laku," katanya.

Meski demikian, Hasani menyatakan solusi permasalahan itu bukan untuk menaikkan harga tiket di daerah lain, terutama jika belum ada perubahan kondisi perekonomian negara.

"Jangan coba-coba yang kita pikirkan di Jakarta dibawa ke daerah. Dari pengalaman saya, jika di daerah kita paksakan jual tiket dari Rp20 ribu ke Rp30 ribu, ada yang marah."

"Nah pertanyaan saya, kalau kisaran tiket di harga Rp20 ribu terus, jangan minta untuk mendapatkan pemain kelas premium. Apa adanya saja."
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER