Jakarta, CNN Indonesia -- Peraturan baru Liga Australia yang memaksa klub-klub A-League untuk memiliki minimal satu pemain Asia diperkirakan belum akan menarik minat para pemain Jepang untuk datang.
Salah satu hal yang menjadi ganjalan adalah nilai gaji yang jauh lebih rendah ketimbang Liga Jepang.
Mulai musim 2018/2019, aturan soal komposisi pemain asing di A-League berubah menjadi empat pemain non-Asia dan satu pemain Asia. Sebelumnya, A-League hanya menyatakan bahwa klub maksimal memiliki lima pemain asing, tanpa memperhatikan negara asal sang pemain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Naoki Imaya, pesepak bola Jepang yang pernah merumput di Australia bersama New Zealand Knights, menyatakan klub-klub papan atas di Negara Kanguru itu harus menawarkan gaji yang lebih tinggi jika ingin menarik perhatian kompatriotnya.
Imaya yang juga berprofesi sebagai agen pemain, sering kali mendapatkan telepon dari pemain-pemain Jepang yang tertarik pindah ke A-League. Namun minat mereka kemudian meredup sering hilangnya harapan mendapatkan gaji tinggi.
"Saya kira banyak pemain di J-1 (kompetisi teratas) menerima sekitar US$250-300 ribu, ditambah bonus. Setelahnya, mereka juga mendapatkan pendapatan ekstra senilai US$100 ribu," kata Imaya kepada
Goal.
"Mereka mungkin akan mendapatkan separuh dari nilai itu di A-League. Itu pun jika mereka beruntung."
Imaya menuturkan, A-League bisa mencari jalan berbeda yaitu menawarkan kontrak kepada pemain-pemain Jepang yang jarang mendapatkan menit bermain. Hal ini yang terjadi pada Jumpei Kusukami yang saat ini membela Western Sydney Wanderers.
Ia hanya bermain 31 menit sepanjang paruh pertama 2016 sebelum akhirnya pindah ke Australia pada Juli.
"Klub-klub A-League pastinya akan mencari pemain seperti Jumpei yang tak banyak bermain di J1 dan saya yakin mendapatkan bayaran lebih rendah ketika datang ke Wanderers. Tapi saya kira ia menginginkan sesuatu yang baru, tantangan baru."