Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada yang memungkiri bahwa konsep 'blusukan' menjadi salah satu kunci keberhasilan Indra Sjafri menjuarai Piala AFF 2013 dan lolos ke putaran final Piala Asia 2014 U-19 di Myanmar.
Dari metode blusukan ini pula masyarakat akhirnya bisa mengenal Evan Dimas Darmono dari Jawa Timur, Maldini Pali dari Sulawesi Barat, atau Yabes Roni Malaifani yang berasal dari Alor, Nusa Tenggara Timur.
Meski demikian, konsep blusukan takkan lagi diandalkan Indra jika resmi menangani Indonesia U-19 yang diproyeksikan ke Piala AFF 2017. Sebab, proses seleksi pemain bakal menguras waktu.
Indra mengakui, aktivitas mencari pemain berbakat dengan mendatangi berbagai wilayah terpencil di Indonesia ketika itu terpaksa dilakukan karena tidak adanya kompetisi reguler di level usia muda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Blusukan itu bukan jawaban. Saya lakukan itu karena tidak ada sistem dalam sepak bola kita. Kompetisi usia muda pada saat itu tidak berjalan,” kata Indra kepada
CNNIndonesia, Jumat (20/1).
Indra mengaku minimnya kompetisi usia dini masih terus menjadi kendala bagi kemajuan sepak bola Indonesia. Ia berharap PSSI lebih fokus membenahi tatanan pembinaan usia dini.
"Kalau kita melakukan hal yang sama (blusukan) berarti tak ada kemajuan. Itu kenapa kompetisi usia muda menjadi penting bagi pelatih supaya leluasa menyeleksi dengan
database yang sudah ada," ujar Indra.
Kini, Indra mengaku akan mengandalkan koneksinya di daerah yang sempat didatangi ketika blusukan. Selain itu ia juga akan bekerja sama dengan klub dan Asosiasi Provinsi PSSI yang memiliki data pemain muda.
"Nanti semua pemain terbaik yang saya dapat akan diseleksi lagi sampai benar-benar cukup ideal untuk bersaing," ujar pelatih yang menangani Bali United tersebut.
Indra sendiri mengaku hingga saat ini belum mendapat surat resmi dari PSSI yang menyebutkan dia akan menangani Timnas U-19.