Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada yang meragukan, Maluku menjadi salah satu penyumbang terbanyak talenta-talenta sepak bola Indonesia. Dari generasi ke generasi, para pemain berbakat dari 'Kepulauan Para Raja' itu selalu mewarnai kompetisi nasional.
Kini, lebih dari selusin pemain Maluku masih menghiasi klub-klub kasta tertinggi di Indonesia. Sebut saja beberapa di antaranya, Rizky Pellu yang memperkuat PSM Makassar, M Abduh Lestaluhu, Manahati Lestusen (PS TNI), Hasyim Kipuw (Bali United), Talaohu Abdul Mushafry (Sriwijaya FC), Alfin Tuasalamony (Bhayangkara United), Zulham dan Zulvin Zamrun, serta masih banyak lagi.
Di timnas Piala AFF 2016 lalu, sejumlah pemain Maluku juga masih mempertahankan tradisi memperkuat Timnas Indonesia. Mereka adalah Manahati, M. Abduh, dan Zulham Zamrun.
Wilayah di Indonesia bagian timur itu seolah tak henti-hentinya memproduksi para pesepak bola berbakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Manahati Lestusen, salah satu pemain asal Maluku yang mentereng tampil di Timnas Indonesia pada Piala AFF 2016. (AFP PHOTO / HOANG DINH NAM) |
Salah satu tempat yang disebut-sebut paling banyak menghasilkan para pemain bertalenta adalah Pulau Tulehu. Pulau di gugusan Provinsi Maluku itu bahkan disebut sebagai surganya sepak bola dari Timur, selain Papua di ujung Timur.
Padahal, diakui sejumlah pemain, nyaris tak ada fasilitas sepak bola yang memadai.
Para bocah di sana terbiasa bermain sepak bola di atas tanah lapang berlapiskan tanah tandus, hanya sedikit ditumbuhi rumput.
Ironisnya lagi, tak ada satu pun klub profesional di kompetisi kasta tertinggi Indonesia. Padahal, sepak bola menjadi kegandrungan nomor satu bagi nyaris semua anak-anak lelaki di Maluku.
Sejumlah pemain asal Maluku bahkan kerap menyebut sembilan dari 10 anak lelaki di daerahnya sangat tergila-gila di sepak bola.
Hingga saat ini tercatat hanya empat klub amatir yang masih berjuang di Liga Nusantara, kasta terbawah di kompetisi Indonesia.
Klub-klub itu antara lain Persiter Ternate, Persitikep Kepulauan Tidore, Persihaltim Hamahera Timur, dan Persihalut Halmahera Utara.
 Rizky Pellu saat masih di Mitra Kukar. Banyak pemain asal Maluku memilih peruntungan di klub-klub luar Maluku demi merajut karier mereka. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan) |
Padahal, beberapa pemain asal Maluku mengaku tak cukup bagi mereka hanya bisa bermain di sejumlah klub elite yang tersebar di Indonesia.
Mereka juga punya impian lain yang lebih tinggi lagi. Sebut saja Rizky Pellu yang membela PSM di Piala Presiden 2017, dia masih mendambakan suatu saat kelak Maluku punya klub profesional.
Baginya, sebuah kebanggaan yang luar biasa jika masyarakat Maluku punya klub yang mampu bersaing di level elite nasional.
"Saya berharap suatu saat ada investor yang mau berinvestasi untuk sepak bola di Ambon. Bisa juga namanya PS Ambon atau yang lainnya," tutur Rizky Pellu kepada
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
"Saya yakin, banyak teman-teman (pemain) yang akan kembali ke Maluku untuk memperkuat klub itu."
Rizky ingin bakat-bakat hebat Maluku bisa ditampung di klub lokal dan dibanggakan. Dia mencontohkan seperti Persipura Jayapura yang bisa menampung para talenta lokal di kompetisi elite.
Begitu pula keinginannya melihat Maluku punya klub profesional macam Bali United. Dengan keberadaan klub tersebut, sepak bola Bali pun benar-benar menggeliat.
Talenta-talenta lokal terbaik dari penjuru Bali juga diberi kesempatan untuk bergabung.
 Papua punya Persipura Jayapura, klub lokal di kompetisi elite Indonesia yang bisa menampung para putra daerah. (ANTARA FOTO/Indrayadi TH) |
"Sampai sekarang memang ada klub-klub di beberapa tempat di Maluku. Tapi hanya klub lokal dan amatir saja," terang Rizky.
Dia yakin, jika ada klub besar di Maluku, semakin deras saja tempat kelahirannya itu melahirkan talenta-talenta berpotensi.
Bukan tidak mungkin pula, Rizky percaya di masa depan pemain-pemain Maluku bisa lebih mewarnai Timnas Indonesia seluruh kelompok usia.
Indonesia Cocok dengan Tiki-takaBicara skuat Garuda, pemain jebolan SAD Indonesia di Uruguay itu antusias Merah Putih punya pelatih baru asal Spanyol, Luis Milla.
Luis Milla yang juga pernah merumput di Barcelona, dipercaya bakal membawa filosofi tiki-taka. Rizky pun merasa hal itu cocok bagi ciri fisik maupun gaya permainan para pemain.
 Rizky Pellu menganggap gaya bermain tiki-taka di Spanyol bisa diadopsi dan disesuaikan dengan permainan Timnas Indonesia. (Foto: ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf) |
"Para pemain Indonesia itu rata-rata pendek dan kecil-kecil. Tapi larinya kuat. Makanya permainan umpan-umpan pendek cepat seperti tiki-taka, saya rasa pas bagi Indonesia," terang Rizky Pellu.
Meski demikian, Rizky mengerti bukan perkara mudah bagi para pemain Indonesia untuk bermain dengan gaya tiki-taka khas Spanyol di Timnas.
Menurutnya, butuh stamina kuat dan pemahaman visi permainan yang sangat mendalam. Segi teknik dasar juga dinilainya sudah tak boleh menjadi persoalan lagi bagi para pemain.
"Tapi saya yakin dengan kerja keras dan disiplin dalam berlatih, hal itu bisa diwujudkan para pemain," ungkap pemain 24 tahun itu.