Jakarta, CNN Indonesia -- Mark Clattenburg memutuskan pergi dari Inggris di puncak kariernya. Wasit yang pernah memimpin final Liga Champions dan final Piala Eropa 2016 itu pada Kamis (16/2) resmi mengemban status sebagai kepala wasit Liga Arab Saudi.
Keputusan tersebut mencengangkan dan juga tak disangka-sangka. Pria asal Newcastle itu pada akhir pekan lalu masih memimpin pertandingan antara Arsenal melawan Hull City.
Clattenburg yang masih 41 tahun dan juga dianggap salah satu kandidat wasit final Piala Dunia 2018, seolah-olah membuang kariernya ke lautan. Pindah ke Arab Saudi berarti ia kehilangan kesempatan memimpin laga-laga penting yang bisa meningkatkan reputasinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Desember lalu, Clattenburg juga terpilih sebagai wasit terbaik di dunia dalam malam penganugerahan Globe Soccer Awards.
Persatuan Wasit Pertandingan Profesional di Inggris (PGMOL) coba menyikapi keputusan Clattenburg dengan positif.
"Ini adalah kesempatan menarik untuk Mark sekaligus merupakan penegas betapa wasit-wasit Inggris dinilai tinggi di seluruh dunia," demikian bunyi pernyataan PGMOL.
"Mark telah menjadi aset bagus bagi sepak bola Inggris dan kami berharap ia tetap jadi insipirasi bagi mereka yang mau jadi wasit."
 Pada akhir pekan lalu, Mark Clattenburg masih memimpin laga antara Arsenal melawan Hull City. (Reuters/John Sibley) |
Akan tetapi, masih ada misteri seputar kepindahannya ke Timur Tengah dan alasannya meninggalkan Inggris yang notabene kompetisi dengan sorotan paling tinggi di dunia.
The Guardian mengabarkan, salah satu alasan paling kuat Clattenburg adalah karena ia kian tak nyaman dengan suasana sebagai wasit profesional di Inggris. Ia merasa tak didukung PGMOL ketika sedang menghadapi kasus. Misalnya saja ketika pada 2012 lalu ia dituduh bertindak rasis pada pemain Chelsea, John Obi Mikel.
Ia juga sempat bertikai dengan petingi PGMOL ketika memutuskan pergi ke konser Ed Sheeran di Newcastle setelah menjalani pertandingan di London. Kala itu Clattenburg gagal menunaikan tugas berbicara dengan kedua pelatih setelah pertandingan, sehingga mendapat teguran.
Ketika hubungannya dengan manajer PGMOL, Mike Riley, juga memburuk, Clattenburg kemudian mulai mendengarkan tawaran-tawaran dari Timur Tengah, China, dan juga Amerika Serikat.
Clattenburg, wasit yang merajah tubuhnya dengan gambar Piala Eropa dan piala Liga Champions untuk menandai momen-momen terbaik dalam kariernya, diperkirakan mendapat bayaran meroket dari Arab Saudi.
Semula ia mendapatkan pemasukan berkisar 100 ribu pound sterling pertahun di Inggris. Rinciannya adalah 65 ribu pound sterling gaji tetap dan bayaran seribu pound sterling per pertandingan.
Clattenburg sendiri pernah menyatakan bahwa alasannya terjun ke dunia sepak bola bukan karena uang.
 Salah satu momen terbaik dalam karier Mark Clattenburg adalah ketika ia memimpin final Piala Eropa. (AFP PHOTO / Valery HACHE) |
Berbicara di depan media Arab Saudi, Clattenburg mengatakan bahwa ia kini punya target untuk meningkatkan kualitas wasit di Arab Saudi.
"Nama saya adalah Mark Clattenburg. Saya berasal dari kota bernama Newcastle. Siapapun yang tahu soal Inggris, paham bahwa kami memiliki tim terbaik di negara itu. Baru-baru ini saya dipilih sebagai wasit terbaik di dunia, karena itu saya akan membawa banyak pengetahuan dan gairah untuk meningkatkan kemampuan dan pendidikan wasit di Arab Saudi," tutur Clattenburg.
"Saya merasa terhormat mendapat kesempatan untuk mendukung dan membimbing wasit, untuk menggunakan pengalaman dalam memimpin sejumlah pertandingan dan membawa wasit-wasit dari seluruh dunia untuk meningkatkan standar di sini."