Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak sisi menarik yang dilakukan trio pelatih timnas asal Spanyol, Luis Milla, Miguel Gandia dan Eduardo Perez sejak datang ke Indonesia. Mulai dari makanan kegemaran, kebiasaan sampai cara mereka melakukan pemain dan ofisial lain di dalam tim.
Seperti cerita yang diungkapkan staf media timnas, Bandung Saputra dalam sesi perbincangan santai bersama, Kamis (23/2) malam dan dokter timnas Syarif Alwi kepada
CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Sabtu (25/2).
Bahkan, Bandung sudah bisa membandingkan beberapa hal termasuk cara melatih dan memperlakukan pemain antara Trio Spanyol itu dengan Alfred Riedl, mantan arsitek timnas sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau Riedl lebih bawel terhadap pemain, Milla justru lebih santai dengan para calon pemainnya. Milla tidak begitu rewel dengan pemain di lapangan, tapi ia lebih memperhatikan bagaimana sikap pemain saat berada di luar lapangan.
Begitu juga sikap dengan Media yang ditunjukan kedua pelatih yang disebut berbeda oleh Bandung. Seperti misalnya, Milla yang lebih teratur soal berbicara kepada media dan memberikan kesempatan kepada pemain untuk bisa berkomunikasi dengan media.
Mungkin saja sikap itu bisa berubah jika Timnas Indonesia yang akan tampil di Islamic Solidarity Games (ISG) dan SEA Games 2017 sudah terbentuk. Tersisa dua tahapan seleksi lagi, sebelum Milla dan staf kepelatihannya memiilh 25-30 nama yang akan masuk menempati skuat Timnas Garuda nantinya.
 Luis Milla saat memberikan instruksi pada seleksi latihan timnas Indonesia. (ANTARA FOTO/Lucky R) |
Jika dibandingkan dengan Riedl yang terkesan terlalu menutup akses para pemainnya dari pengaruh media.
Dari soal makanan, Riedl disebut lebih pilih-pilih. Ia lebih senang jika disuguhkan makanan dengan menu-menu ala barat.
Sedangkan Milla, cenderung lebih memilih makanan asli Indonesia, sebut saja Sop Buntut yang menjadi menu favorit yang selalu dimintanya setiap datang ke markas PSSI di kawasan Kuningan. Ia juga sempat menjajal Rawon ketika berada di Malang.
Dari sisi kepelatihan, layaknya pelatih sepak bola di Eropa, Milla memang memposisikan dirinya di pinggir lapangan untuk bisa mengamati para pemainnya satu-satu dari jauh. Sedangkan asistennya, Gandia, lebih aktif untuk mengarahkan pemain sesuai dengan menu latihan yang sudah dibuat bersama dan didiskusikan bersama para pemain sebelumnya.
Yang menarik, ketika seleksi tahap pertama dimulai, Selasa (21/2). Hujan deras yang mengguyur Jabodetabek sejak dini hari tak menyurutkan niatan Eduardo Perez untuk lebih awal datang ke lapangan.
Sejak pukul 06.00 pagi WIB, asisten pelatih Milla itu sudah sibuk memasangkan kamera kecil serta alat-alat untuk bisa merekam gerak pemain di pinggir lapangan. Ia juga menempelkan semacam lakban atau alat perekat sebagai bagian dari program latihan yang tujuhannya untuk melihat reaksi pemain saat berada di ruang sempit.
Di tengah hujan, Eduardo sendiri mengerjakan hal tersebut selama sekitar 45 menit. Sambil basah-basahan, ia pun kembali ke Hotel Yasmin untuk menyempatkan sarapan bersama dengan pemain dan dua pelatih lainnya.
“Baru ini saya melihat pelatih seperti ini. Dulu, jamannya Riedl, kalau hujan seperti kemarin pasti latihan digeser ke hotel saja. Atau kalau hujan datang di tengah-tengah latihan, Riedl pasti sudah menggunakan jaket parasutnya dan mengikatkan tali tudung kepalanya erat-erat supaya dia tidak terkena hujan,” kata Bandung membandingkan.
“Tapi, sekarang lihat coach Milla dan timnya, mereka sama sekali memposisikan diri seperti pemain. Ikut berada di lapangan, hujan-hujanan tanpa mengenakan penutup kepala,” imbuhnya.
 Luis Milla mendapat kesan yang cukup simpatik di mata para pemain dan ofisial timnas Indonesia. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Persona Milla selama berbaur dengan para pemain dan ofisial timnas Indonesia juga dikagumi dokter tim Syarif Alwi.
"Jujur milla lebih sabar lebih tenang lebih tegas lebih komunikatif, tidak ada alasan pemain tidak mengerti apa yang Milla mau," terang pria yang akrab dipanggil Papi oleh para pemain dan rekan-rekan media.
"Pada dasarnya, Riedl dan Milla sama. Mereka percaya ke saya untuk mengontrol ketat pemain. Para pemain itu sangat respek dengan Milla.
Mereka (pemain) bukannya takut dengan Milla. Tapi respek dan mengikuti semua aturan yang dibuat Milla, karena mereka mau jadi pemain bagus dan pemain besar."
Berdasarkan pengamatan Alwi, Milla selalu hadir di setiap makan pagi, siang, dan malam. "Milla mau dekat dengan pemain terus. Kalau Riedl kan enggak begitu dekat dengan pemain dan tidak berusaha untuk dekat dengan pemain," tutur Alwi.
"Bedanya (lagi)? Milla itu kelihatan lembut, tidak angker."
Karakter Milla ini yang membuat seolah tidak ada jarak yang cukup jauh antara dirinya dengan para pemain. Kalau pemain ada yang mau ditanyakan, mereka langsung tanya. Apalagi ada dua penerjemah," ujar Alwi.
Alwi juga mengatakan Milla pernah memuji struktur badan para pemain yang menurutnya cukup bagus.
"Milla pernah bilang pemain Indonesia itu badannya bagus-bagus, jarang makan makanan berlemak. Makanan berlemak itu perlu, tapi porsinya tak banyak. Pemain sehat dan staminanya oke," kata Alwi.
Perubahan yang terlihat positif ini diharapkan bisa terus berlanjut. Ini juga diharapkan bisa membawa perubahan kepada para pemain dan dicontoh oleh pelatih-pelatih lokal di Indonesia.
Kebersamaan yang membangun dapat menguatkan mental pemain. Sikap dan disiplin tinggi yang diberikan juga bisa meningkatkan perilaku demi prestasi sepak bola Indonesia.
(bac)