Selama dekade 1990an, AC Milan merupakan salah satu klub tersukses di persepakbolaan Italia. Nyatanya, semua itu tak lepas dari pakem pemain yang telah kuat di era kepelatihan Sacchi.
Fabio Capello dan Alberto Zaccheroni adalah sosok pelatih yang bertanggung jawab atas kesuksesan Milan.
Capello dua periode menjadi pelatih Milan. Dan itu semua menggantikan posisi yang sebelumnya diduduki Sacchi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama kurun waktu 1991 sampai 1996. Dan, yang kedua hanya semusim yakni 1997/1998.
Di era Capello, Milan meraih Scudetto empat musim beruntun dari 1991 sampai 1994, juga Scudetto 1995/96. Capello pun mengantar Milan meraih trofi Eropa 1993/94.
Ketika kali pertama mengambil alih kepelatihan dari Sacchi yang revolusioner, Capello pun sempat diragukan. Namun, berbekal pemain-pemain warisan Sacchi, Capello mengantar Milan meraih Scudetto 1991/92 dengan status tak terkalahkan sepanjang musim.
Tak banyak perubahan dalam kubu Milan yang diwarisi Capello dari Sacchi. Tetap dengan barisan pertahanan yang sama dan juga trio Belanda. Perbedaannya, Capello menempatkan dua deep-lying midfielder yakni Gullit dan bintang muda Demetrio Albertini.
Hal tersebut membuat permainan sayap Milan di bawah Capello lebih berkembang.
"Capello sangat ketat dan kaku, namun dia menyempurnakan mekanisme Sacchi dan dia memicu lompatan kualitas - Capello mengeluarkan sosok 'pria dewasa' dalam diri saya," tukas Paolo Maldini yang nomor punggungnya dipensiunkan Milan sebagai penghormatan atas dedikasinya.
Setelah Capello pergi dari Milan menuju Real Madrid, prestasi Milan meredup kembali. Performa Rossoneri tak mengangkat lagi, meski Sacchi kembali pada 1997 dan Capello di musim 1997/98.
Revolusi ZaccheroniMilan kembali berjaya setelah tangan kanan Berlusconi, Galliani, merekrut pelatih Udinese Alberto Zaccheroni untuk mengganti Capello di musim 1998/1999.
Zaccheroni sukses mengantar Milan meraih scudetto di musim debutnya. Itulah satu-satunya scudetto yang diraih Milan bersama Zaccheroni di tiga musim kepelatihannya.
Saat Zaccheroni ditunjuk menjadi arsitek Milan tak ada kritik berarti bagi manajemen tim tersebut. Pasalnya, semusim sebelumnya Zac sukses mengantar Udinese mengakhiri kompetisi sebagai peringkat ketiga.
Di Milan, Zaccheroni melakukan revolusi. Dia membongkar empat bek warisan Sacchi dan memperkenalkan formasi menyerang 3-4-3 (atau 3-4-1-2). Untuk formasi tersebut, Zac membawa anak asuhnya di Udinese yakni bomber Jerman Oliver Bierhoff dan bek sayap asal Denmark, Thomas Helveg.
Helveg beroperasi di sayap kanan, sementara Guly yang direkrut dari tim Argentina di seberangnya. Kedua pemain itu bertanggung jawab untuk memanjakan Bierhoff yang unggul dalam sundulan lewat umpan silang.
Tak banyak perubahan di lini belakang yang ia warisi dari Capello. Roberto Ayala dari Napoli dan Luigi Sala dari Bari direkrut untuk melapis pertahanan Milan yang sudah kuat bersama Maldini dan Costacurta.
Sementara itu Zvonimir Boban, Albertini, dan Massimo Ambrosini menjadi tulang punggung di lini tengah. Di era Zaccheroni pula Milan menemukan bibit kiper muda, Christian Abbiati yang menggeser seniornya Sebastian Rossi ke bangku cadangan.
Pada akhirnya Zaccheroni kehilangan tempatnya di Milan karena campur tangan Berlusconi. Itu dilakukan Berlusconi setelah Milan tersingkir dari babak kedua fase grup Liga Champions 2000/01. Posisi Zac pun digantikan ayah Maldini, Cesare saat Milan memasuki musim dingin 2001.