Jakarta, CNN Indonesia -- Luis Enrique lompat kegirangan di dalam lapangan Stadion Camp Nou setelah Barcelona mengalahkan Paris Saint-Germain 6-1 pada leg kedua babak 16 Liga Champions. Enrique terlihat semringah karena keputusannya mempertahankan formasi 3-4-3 berakhir sempurna.
Pasca-kekalahan 0-4 dari PSG di leg pertama, 14 Februari lalu, Enrique menuai banyak kritikan. Pelatih 46 tahun itu dianggap minim kreativitas dalam strategi permainan. Tapi, semuanya berubah ketika Barcelona menghadapi Atletico Madrid di Vicente Calderon pada 26 Februari lalu.
Enrique menerapkan formasi 3-4-3. Hasilnya memang kurang maksimal, tapi Barcelona tetap meraih kemenangan 2-1 lewat gol Rafinha dan Lionel Messi. Enrique mempertahankan formasi tersebut di tiga pertandingan selanjutnya melawan Sporting Gijon, Celta Vigo, dan PSG dini hari tadi.
Hasilnya sangat luar biasa. Dalam tiga pertandingan terakhir menggunakan formasi 3-4-3 klub asal Katalonia itu berhasil mencetak 17 gol, total 19 gol jika dihitung sejak melawan Atletico.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, apa yang membuat Barcelona berhasil menggunakan 3-4-3? Satu yang pasti, formasi itu cocok dengan gaya permainan Barcelona saat ini: membangun serangan dari bawah demi menarik lawan keluar dari lini pertahanan, hingga lini depan mereka mendapat ruang lebih banyak.
 Barcelona mencetak 19 gol dalam empat pertandingan menggunakan 3-4-3. ( Reuters / Albert Gea) |
Menjadi lebih cocok karena Barcelona punya sejumlah pemain yang bisa berperan sebagai tiga bek sejajar. Enrique bisa memasang Javier Mascherano-Gerard Pique-Samuel Umtiti, Mathieu-Pique-Umtiti, Jordi Alba-Pique-Umtiti, atau Pique-Umtiti-Alba seperti ketika menang 5-0 atas Celta Vigo.
Formasi 3-4-3 sangat fleksibel dengan komposisi pemain yang dimiliki Barcelona. Enrique bisa mengacak-acak strategi permainan di lini tengah dan depan, kecuali posisi Luis Suarez yang hanya memungkinkan sebagai penyerang tengah.
Lionel Messi bisa bermain di belakang Suarez, dengan Andres Iniesta dan Ivan Rakitic sebagai pendamping. Posisi itu membuat Messi bisa menunjukkan kreativitasnya. Seperti ketika melawan Celta Vigo, Messi sukses mengambil bola dari tengah, melakukan
drive lini pertahanan lawan dan mencetak gol lewat tendangan jarak jauh.
 Formasi 3-4-3 dengan Lionel Messi berada di belakang Luis Suarez. ( CNN Indonesia/Fajrian) |
Rafinha atau Sergi Roberto mengisi sayap kanan dan Neymar menjadi ancaman dari sayap kiri. Sedangkan Sergio Busquets bergerak tepat di depan tiga bek sejajar.
Dengan formasi 3-4-3 seperti gambar tipe A, peran Busquets dan Rafinha sangat penting. Busquets merupakan pemain yang menjembatani antara lini belakang dengan tengah. Sementara peran Rafinha sangat penting, karena pemain asal Brasil itu juga berperan sebagai bek kanan ketika Barcelona dalam posisi bertahan.
 Formasi 3-4-3 Barcelona tipe B dengan empat gelandang sejajar. ( CNN Indonesia/Fajrian) |
Formasi itu juga memungkinkan Barcelona memainkan empat gelandang dan tiga penyerang sejajar. Pada formasi ini posisi Iniesta menjadi riskan dengan kemampuan fisiknya sudah tidak optimal. Memasukkan Jordi Alba bisa menjadi opsi masuk akal untuk Enrique.
Formasi 3-4-3 yang kini kembali menjadi tren, memungkinkan sebuah tim bertahan dan menyerang secara optimal karena sangat fleksibel. Kuncinya tim tersebut harus memiliki dua pemain dengan stamina luar biasa di posisi sayap, yang harus bertahan sekaligus membantu serangan.
Formasi yang sama kini juga digunakan Antonio Conte bersama Chelsea. Di formasi 3-4-3 The Blues, peran Victor Moses di kanan dan Marcos Alonso di kiri sangatlah penting.
(vws/jun)