Jakarta, CNN Indonesia -- Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon berhasil jadi juara All England 2017 dengan hanya kehilangan satu gim saja dalam perjalanan menuju juara. Usai jadi juara All England, mereka tentunya bakal diharapkan bisa meraih gelar-gelar bergengsi lainnya di masa depan.
Setibanya Kevin/Marcus di Indonesia, mereka langsung mendapatkan sambutan meriah. Keberhasilan Kevin/Marcus meraih gelar membuat Indonesia terhindar dari hampa gelar di All England tahun ini. Lalu apa pandangan Kevin/Marcus usai jadi juara All England, berikut wawancara eksklusif
CNNIndonesia.com:
Bagaimana malam kalian setelah jadi juara All England?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kevin: Pertandingan selesai sore kemudian ada acara makan malam bersama dan baru kembali ke hotel saat malam hari. Namun, saya tak bisa langsung tidur. Masih ada perasaan bangga dalam diri saya bisa jadi juara All England.
Marcus: Saya justru bisa langsung tidur pulas setelah jadi juara All England. Saya merasa lega dan itulah yang membuat saya bisa langsung tidur. Saya justru tak bisa tidur pada malam sebelum final.
Lawan paling sulit di All England kali ini adalah Mads Pieler Kolding/Mads Conrad Petersen. Apakah memang sulit menghadapi pemain dengan tinggi badan jauh di atas kalian?Kevin: Sebetulnya, mereka bukan hanya sulit dikalahkan karena mereka punya tinggi badan yang ada di atas kami. Mereka sulit dikalahkan karena mereka punya pola permainan yang bagus dan menyulitkan.
Sebelum berangkat ke All England, kalian memang menargetkan juara?Marcus: Mana berani kami pasang target seperti itu. Kami hanya berusaha menyiapkan diri dengan baik dan bermain baik di tiap pertandingan yang kami mainkan.
Kevin: Sebelum All England ada masa persiapan selama dua bulan dan hal itu yang kami maksimalkan. Kami tak pasang target juara, namun pelatih (Herry Iman Pierngadi) memang sempat berkata ingin melihat ada juara dari nomor ganda putra.
Kalian berganti apparel sebelum berangkat ke All England. Apakah hal itu tak menjadi kendala?Marcus: Saya sempat merasakan kendala. Ketika main di Superliga, raket yang saya gunakan kurang nyaman. Saya kemudian baru berganti raket seminggu sebelum berangkat dan baru merasa cocok.
Kevin: Saya sama sekali tak mengalami masalah. Masalah saya justru batuk yang bahkan sampai saat ini masih ada.
Tahun 2016 jadi tahun kebangkitan kalian lewat torehan tiga gelar super series/premier dan kemudian terus berlanjut. Apa yang terjadi?Kevin: Kami semakin mengerti satu sama lain, tahu apa yang harus dilakukan, dan bagaimana pasangan bermain.
Marcus: Di awal berpasangan, saya masih harus beradaptasi dengan gaya Kevin. Saya harus bisa lebih baik dalam melakukan defense karena bermain bersama Kevin, itu artinya saya juga harus bisa bermain dalam posisi berdampingan dan sejajar.
Apa yang dirasakan Kevin ketika berpasangan dengan Marcus?Kevin: Berpasangan dengan senior, tentu pada awalnya sungkan. Namun, setelah itu kami terus saling terbuka dan tahu apa yang harus dilakukan.
Lalu bagaimana pandangan Marcus tentang Kevin?Marcus: Kevin adalah sosok yang memiliki kemauan tinggi dan bersemangat. Melihat Kevin yang seperti itu, saya pun semakin bersemangat dalam berlatih karena rekan saya memiliki semangat tinggi.
Kalian dinilai tampil penuh semangat di lapangan dan terkadang terlihat provokatif terhadap lawan. Ada komentar?Kevin: Hal itu bukan sebuah kesengajaan. Kami bereaksi sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Waktu saya melakukan itu (menunjukkan isyarat tutup mulut), itu karena lawan terlalu banyak protes pada wasit. Bila itu dibiarkan, nantinya malah bakal merugikan kami.
Marcus: Apa yang dilakukan di lapangan murni terjadi secara alami, bukan kesengajaan atau sudah direncanakan sebelumnya. Kami pun saat itu tidak marah-marah dan emosional karena bila itu dilakukan, akan bisa merusak ritme permainan.
 Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon selalu bermain dengan penuh gairah dan semangat yang meledak-ledak. ( CNN Indonesia/Putra Permata Tegar Idaman) |
Apakah kalian di luar lapangan memiliki sifat seperti yang tampak di lapangan? Seperti apa aslinya sifat kalian?Kevin: Sifat asli saya sedang-sedang saja. Tidak pendiam tetapi tidak terlalu banyak berbicara juga. Tergantung situasi dan kondisi.
Marcus: Tidak sepenuhnya seperti di lapangan. Hahaha..
Kevin, Anda sejak awal sudah sering disebut sebagai calon bintang, mulai dari ketika berkiprah di Kejuaraan Dunia Junior. Apakah hal itu menjadi beban?Kevin: Saya tak menganggap hal itu sebagai beban, melainkan malah jadi motivasi untuk membuktikan bahwa saya bisa. Saya hanya berusaha untuk tampil maksimal.
Marcus, Anda pernah keluar dari pelatnas, berkarier mandiri dan akhirnya kembali ke pelatnas. Apa yang didapatkan dari hal itu?Marcus: Saya anggap apa yang terjadi di masa lalu sebagai sebuah pengalaman yang berharga. Saya mendapatkan kesempatan berpasangan dengan Markis Kido, mendapat ilmu darinya dan berkembang menjadi pemain yang lebih baik.
Setelah jadi juara All England, apakah bidikan besar kalian berikutnya Kejuaraan Dunia?Marcus: Kami tak mau terlalu berpikir jauh. Yang kami lakukan adalah berusaha berlatih keras dan tampil sebaik-baiknya di lapangan.
Semua pemain pasti berlatih, bukan hanya kami saja, jadi juara bukan sebuah kepastian. Kalau yang lain tidur, kami berlatih, barulah kami pasti juara (tertawa).
Kevin: Persaingan di nomor ganda putra saat ini sangat ketat. Bisa dibilang ganda yang duduk di 20 besar dunia memiliki kekuatan yang setara. Jadi bila kami lengah, maka bisa saja kami kalah.
 Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon menilai persaingan di nomor ganda putra sangat ketat. (CNN Indonesia/Putra Permata Tegar Idaman) |
Bagaimana pandangan kalian tentang kondisi kekuatan bulutangkis Indonesia saat ini, terlebih ketika para pemain senior sudah semakin berumur?Kevin: Semua yang ada di sini, setiap pergi ke turnamen, pastinya ingin menang. Cuma orang gila yang pergi bertanding dengan niat mau kalah.
Semua berusaha keras dalam latihan sehari-hari, tetapi memang persaingan yang ada saat ini begitu ketat dan tidak mudah untuk bisa jadi juara.
Semoga publik tak memberikan tekanan yang berlebihan ketika pemain Indonesia kalah, tetapi juga tak mengangkat terlalu tinggi ketika menang.
Marcus: Kita semua bisa melihat bagaimana China yang sebelumnya superior, kini juga mengalami kesulitan karena hanya meraih satu gelar All England.
Pemain-pemain dari negara lain juga bisa juara seperti Carolina Marin atau Tai Tzu Ying. Persaingan saat ini memang lebih merata.
Dengan kondisi media sosial yang makin terbuka, kritik bisa langsung mengarah ke atlet. Bagaimana penilaian kalian?Kevin: Memang sulit di zaman sekarang dengan banyaknya media sosial. Saya pun kadang melihat-lihat komentar yang bernada negatif dan menyerang. Yaa.. kesal juga kalau melihat hal seperti itu. Karena itu saya tak terlalu aktif di media sosial.
Marcus: Saya juga tak terlalu aktif di media sosial. Saya pun heran mengapa banyak orang yang dengan mudahnya mengejek pemain yang sedang kalah.
Hal terberat apa yang kalian alami sebagai pemain bulutangkis?Marcus: Konsistensi. Kami harus bisa tampil konsisten dari turnamen ke turnamen lain. Saat ini kami masih labil, kadang di satu turnamen bagus, kemudian di turnamen berikutnya kalah.
Kevin: Melawan diri sendiri. Ada beberapa hambatan yang muncul karena datangnya dari diri sendiri, seperti rasa lelah dan rasa jenuh.
Untuk Kevin, banyak yang bilang Anda punya pukulan ajaib. Ada latihan khusus untuk pergelangan tangan Anda?Kevin: Tidak ada latihan khusus, latihan pergelangan tangan, saya lakukan seperti halnya atlet lainnya. Hanya saja saat saya merasa belum lelah, saya menambah porsi latihan pukulan.
(ptr/jun)