Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi menampik pihaknya lepas tangan terkait persoalan izin keimigrasian para pemain asing di Liga 1. Persoalan klub-klub kompetisi kasta tertinggi mengenai Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) sejumlah pemain asing di klub-klub kasta tertinggi kembali mencuat.
Untuk itu Edy menegaskan PSSI terus mencoba mencari solusi agar masalah KITAS tersebut tak terjadi lagi seterusnya.
Sebagian besar klub di Liga 1 tercatat belum memiliki KITAS untuk para pemainnya meski kompetisi sudah telanjur bergulir. Edy pun menegaskan, PSSI sudah sejak awal sebelum kompetisi bergulir sudah mengupayakan pengurusan KITAS selesai.
"Tapi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk pengurusan izin pemain dari Depnaker hingga imigrasi untuk mendapat KITAS saja, setidaknya tiga bulan baru beres," ucap Edy kepada CNNIndonesia.com, Kamis (20/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, ia melanjutkan, perizinan tenaga asing dari pemain, staf, hingga pelatih di sepak bola, memerlukan prosedur yang berbeda dari tenaga asing di luar sepak bola.
"Itu para pemain asing yang didatangkan ke Indonesia harus seleksi dulu dan waktunya tidak sebentar proses untuk bisa mendapatkan pemain asing," terang Edy.
"Bisa bahaya dong kalau sudah diurus KITAS-nya, kemudian klub ternyata tidak jadi merekrut pemain yang bersangkutan. Mereka bisa bebas jalan-jalan ke Indonesia dengan KITAS. Klub juga jadi rugi."
Salah satu pendekatan yang coba dilakukan PSSI untuk mencari solusi masalah KITAS adalah koordinasi dengan otoritas terkait lainnya di Indonesia. Di antaranya, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), dan Keimigrasian.
PSSI pun akan segera melakukan koordinasi untuk solusi terkait penanganan khusus izin tenaga asing di sepak bola pada level penentu kebijakan terkait ketenagakerjaan dan keimigrasian.
"Pasti saya akan jumpa dan diskusikan. Kalau ini tidak didiskusikan, tidak ditemukan (solusinya). Setiap tahun akan seperti ini (bermasalah)," ujar Edy.
"Waktu yang disiapkan saja (untuk mendapatkan KITAS) maksimal tiga bulan, tidak selesai kalau seperti ini. Karena klub tentu tidak mau dirugikan. Kasihan klub-klub."
Edy pun memberikan gambaran Persib Bandung yang merekrut Michael Essien yang proses KITAS-nya masih diurus.
"Misalnya Persib membayar Essien sebulan Rp1 miliar. Lalu ia tidak bisa dimainkan selama tiga bulan karena menunggu proses KITAS. Anda bisa perkirakan kerugian Persib kan?" ucap Edy.
Pria yang juga menjabat sebagai Pangkostrad TNI AD menuturkan pada akhirnya fan termasuk televisi yang menyiarkan juga dirugikan.
"Para penggemar akan kecewa berat karena mereka ingin sekali pemain bintangnya main, begitu pula stasiun televisi (pemegang hak siar) yang sudah investasi besar," terangnya.
Ke depannya Edy juga sangat mengharapkan pertemuan PSSI dengan departemen terkait juga melahirkan semacam penanganan khusus tenaga asing di sepak bola Indonesia.
"Ya, nanti kami evaluasi, kami sampaikan. Kalau beliau (Depnaker) tidak mau mengubah peraturan, mungkin kami (bisa usulkan) tambahkan di situ ada izin sementara dalam rangka mengurus atau memproses KITAS," terang Edy.
Yang dimaksud Edy adalah semacam jaminan dari departemen terkait bahwa pemain atau pelatih asing bisa dimainkan klub sementara KITAS masih diproses.
Terlebih, PSSI berharap banyak sinergi dengan pemerintah yang mencoba mengupayakan percepatan pembangunan sepak bola nasional. Salah satu yang perlu dibenahi tentunya koordinasi terkait birokrasi pengurusan izin keimigrasian tenaga asing di sepak bola.