Jakarta, CNN Indonesia -- Bhayangkara FC sukses menekuk tim tuan rumah Sriwijaya FC 2-1 di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Rabu (3/5) malam. Gol pembukan Bhayangkara dicetak Evan Dimas Dharmono pada menit ke-28.
Skuat arahan Osvaldo Lessa sempat menyamakan skor menjadi 1-1 pada menit ke-63 berkat gol Albeto Goncalves memanfaatkan umpan dari gelandang asal Perancis Tijani Belaid.
Kemenangan Bhayangkara akhirnya tercipta lewat gol Thiago Furtuoso pada menit ke-78. Pelatih Bhayangkara Simon McMenemy sendiri mengaku puas dengan hasil positif tersebut.
Namun, pelatih asal Skotlandia itu tetap mengeluhkan soal rendahnya kualitas wasit di Liga 1 dan permainan yang sangat keras ditampilkan kedua tim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kualitas wasit di Indonesia sedikit kurang. Jika ini terus terjadi maka bisa mempengaruhi kemajuan sepak bolanya sendiri," kata Simon di Palembang, usai laga seperti dikutip dari
Antara.
Mantan pelatih Timnas Filipina ini mengatakan rendahnya kualitas wasit hingga kini masih mengejutkannya, meski sejak 2011 telah menjadi pelatih klub di Indonesia.
"Bukan hanya saya. Pemain marquee saya, Paolo Sergio juga terkejut. Dia yang baru pertama kali bermain di Indonesia berkata, bahwa baru pertama kali melihat permainan sepak bola yang kaki dan siku ikut main," ungkap Simon.
Ke depan, ia sangat berharap ada keinginan kuat pemangku kepentingan sepak bola Indonesia untuk memperbaiki kualitas wasit ini karena jika tidak kualitas kompetisi tidak akan meningkat.
"Pemain akan berani melakukan kesalahan karena tahu bahwa dia tidak bakal diganjar kartu," ujar Simon.
Harapan ini disampaikannya melalui media karena ia tak pernah sekalipun menyampaikan protes secara tertulis ke wasit. Bagi Simon, menyampaikan protes secara resmi tidak juga membuahkan hasil yang diharapkan.
"Lebih baik saya diam saja. Saya hanya berharap kualitas wasit Indonesia semakin baik," kata dia.
Persoalan sepak bola di Indonesia rupanya sempat jadi diskusi Simon dengan Osvaldo Lessa. Bukan hanya soal kualitas kompetisi, tapi juga menyangkut tekanan dan harapan tinggi dalam sebuah pertandingan.
"Saya enggan mengomentari kinerja pelatih tim lawan karena tahu tidak mudah melatih tim di Indonesia. Kalah di dua pertandingan saja sudah bisa berarti dipecat," ujar pelatih berusia 39 tahun.