Jakarta, CNN Indonesia -- Keberhasilan juara di tiga turnamen Superseries Premier dan satu kali runner up membuat Markus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo menjadi sorotan di nomor ganda putra dunia. Praktis, keduanya banyak diincar pasangan dunia lain untuk bisa ditaklukkan.
Menanggapi hal itu, pelatih ganda putra nasional Herry Iman Pierngadi mengaku tidak takut akan ancaman tersebut. Lewat persiapan maksimal, Herry optimistis Kevin/Markus masih unggul dari lawan-lawannya.
“Saya pribadi enggak terlalu khawatir karena Kevin ini cerdik banget. Setiap saat dia bisa berubah, kalau mainnya sudah ditebak, dia bisa ubah lagi. Itu nilai plus buat Kevin. Sedangkan Sinyo (Markus Fernaldi Gideon) tinggal
finishing. Strategi apapun yang dipakai musuh, Kevin bisa antisipasi. Itu yang saya lihat,” kata Herry.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, Herry mengatakan kadang ia harus rajin untuk mengingatkan Kevin saat di lapangan. Maklum, di usianya yang masih 22 tahun, emosi Kevin masih terbilang labil. Untuk itu, peran pelatih adalah mengontrol kondisi emosi itu dari belakang lapangan.
Sebaliknya, Sinyo justru bisa lebih tenang dan meredam emosi Kevin yang menggebu-gebu.
“Sebagai pelatih mengingatkan saja. Beruntung Kevin itu cepat perubahannya, ada pemain yang lambat menerima instruksi dan mengubahnya di lapangan,” ujar Herry.
Sementara itu terkait keberhasilan Kevin/Marcus, kiprah kedua pebulutangkis itu akan menjadi sorotan ganda dunia. Saat ini menurut Herry nomor ganda putra dunia yang menjadi pesaing ketat Kevin/Marcus adalah ganda Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen dan ganda putera China, Li Junhui/Liu Yuchen.
“Setelah India, Malaysia, Singapura, semua pasti melihat rekaman pertandingan Kevin/Markus. Mereka memperlajari untuk mengetahui cara untuk mengalahkan ‘Minion’ ini. Saya optimis dengan persiapan maksimal mereka masih bisa unggul. Tapi hasil lawan Denmark itu bukan jadi patokan karena kondisi Kevin/Markus sudah habis,” jelas Herry.
“Waktu di Singapura itu saya bilang ke mereka, sudah tidak usah main lah. Tapi mereka bilang, kalau tidak main bagaimana, pulang ke Jakarta tidak ada orang. Ya sudah, di Singapura kalian liburan saja. Mereka juga tidak mau. Jadi di Singapura itu mereka pakai buat latihan sebenarnya. Saking mereka tidak mau mensia-siakan kesempatan,” imbuhnya.