Jakarta, CNN Indonesia -- Valentino Rossi kembali membuktikan bahwa dirinya bisa tetap bersaing dalam perburuan gelar juara dunia. Namun sayangnya inkonsistensi motor Yamaha YZR M1 miliknya musim ini membuatnya sudah merasa kalah sebelum balapan dimulai pada beberapa seri.
Musim 2017 terlihat berjalan lancar bagi duo Yamaha, Rossi dan Maverick Vinales. Vinales memenangi dua seri awal sedangkan Rossi selalu berdiri di podium pada tiga seri awal sehingga ia datang ke seri Eropa sebagai pemuncak klasemen.
Catatan start impresif ini sayangnya gagal dilanjutkan Rossi dengan hasil bagus di seri Eropa yang sejatinya sering jadi tempat Rossi menuai hasil bagus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rossi mencatat hasil buruk di GP Spanyol, tempat ia menjadi juara musim 2016. Rossi hanya sanggup finis di posisi ke-10 dan sama sekali tak bisa bersaing ke rombongan depan.
Nasib kurang bagus juga dialami Rossi di GP Katalonia. Rossi yang juara di musim 2016 lagi-lagi tak mampu bersaing dan hanya sanggup finis di posisi kedelapan.
Satu hal menarik dari kegagalan Rossi bersaing di dua sirkuit tersebut adalah Rossi sudah memprediksi kegagalannya sejak awal.
Rossi menyadari motornya tak akan kompetitif untuk tampil di GP Spanyol dan GP Katalonia. Ia terus mengeluhkan sejumlah hal yang dialami sepanjang latihan bebas dan kualifikasi.
“Kami belum memiliki kepercayaan diri yang cukup terhadap ban depan. Kami harus meningkatkan keseimbangan dari motor dan hal itu benar-benar kami butuhkan,” tutur Rossi di GP Spanyol.
Rossi pun kembali mengeluh jelang gelaran GP Katalonia.
"Saya sedikit khawatir karena kondisi aspal di Barcelona begitu buruk dan level cengkraman ban motor terbilang sangat rendah."
"Di Jerez dengan kondisi tersebut, kami terbukti kesulitan menunggangi motor kami," kata Rossi saat itu.
 Foto: AFP PHOTO / CRISTINA QUICLER Valentino Rossi tak sanggup bersaing di GP Spanyol dan GP Katalonia. |
Pada kondisi dua balapan tersebut, Rossi bukan tidak percaya diri, melainkan ia bersikap realistis. Dengan kondisi demikian, Rossi sudah 'mengaku kalah' sebelum berlomba karena ia yakin performanya tak akan cukup maksimal untuk mengejar para pesaingnya.
Dua Blunder Bodoh RossiSelain menghadapi masalah inkonsistensi motor Yamaha, Rossi juga melakukan dua blunder di paruh awal musim ini.
Blunder pertama adalah saat ia terjatuh di lap terakhir GP Perancis, 21 Mei lalu. Rossi yang begitu berambisi meraih kemenangan perdana musim ini ngotot mengejar Maverick Vinales yang baru saja menyusulnya di akhir lomba.
Rossi lalu berusaha agresif untuk kembali bisa menyusul Vinales. Bukan posisi pertama yang ia dapatkan, melainkan justru 20 poin yang seharusnya ada di tangan jadi melayang.
 Foto: AFP PHOTO / JEAN-FRANCOIS MONIER Valentino Rossi membuang 20 poin yang ada di tangannya pada GP Perancis. |
Blunder bodoh kedua Rossi adalah saat ia mengalami cedera ketika berlatih motorcross dan hampir saja absen di GP Italia. Meski akhirnya bermain, Rossi hanya sanggup finis di posisi keempat karena terkendala kondisi fisiknya.
Tanpa dua blunder ini, Rossi bisa punya tabungan poin yang lebih banyak dan mungkin saja mengakhiri paruh musim dengan duduk sebagai pemimpin klasemen.
Berharap Sasis BaruSetelah menang di Assen, Rossi kembali mengatakan motornya tak cukup baik untuk tampil di GP Jerman. Yamaha milik Rossi tak bisa kompetitif dalam kondisi hujan yang terjadi di latihan bebas.
Beruntung bagi Rossi, balapan berlangsung dalam kondisi lintasan kering sehingga ia bisa finis di posisi kelima. Hasil itu adalah hasil maksimal yang bisa diraih Rossi di tengah performa motor yang kurang apik.
Rossi mengaku adanya sasis baru membuatnya bisa tampil lebih maksimal dibandingkan sebelumnya.
Selepas istirahat paruh pertama selesai, Rossi berharap pengembangan sasis baru Yamaha semakin maksimal. Yamaha pun bisa menyediakan dua sasis baru selepas paruh musim, tak seperti saat ini yang hanya satu buah.
Rossi dan Yamaha harus sama-sama bekerja keras di paruh kedua musim. Rossi harus menghilangkan sifat agresif yang berlebihan dan menunjukkan kematangannya sebagai juara dunia sembilan kali, sedangkan Yamaha harus bisa memberikan Rossi motor yang siap tempur di tiap seri.