ANALISIS

Catenaccio ala Valentino Rossi

CNN Indonesia
Jumat, 05 Mei 2017 09:20 WIB
Layaknya timnas Italia merebut gelar Piala Dunia 2006, gaya membalap Valentino Rossi musim ini terbilang konservatif. Menyerang ketika hanya ada peluang.
Valentino Rossi memuncaki klasemen MotoGP 2017 tanpa meraih kemenangan. (AFP PHOTO / JUAN MABROMATA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada yang berbeda dari Valentino Rossi di MotoGP musim ini. Setidaknya dari tiga seri yang sudah dilalui, The Doctor terlihat tidak gegabah dan mampu mengontrol emosi di atas sirkuit.

Rossi untuk kali ketiga beruntun hanya mampu merebut posisi runner-up di klasemen akhir MotoGP musim lalu. Pebalap asal Italia itu gagal bersaing dengan Marc Marquez, yang memastikan gelar juara dunia saat musim menyisakan tiga seri.

Kesalahan Rossi musim lalu adalah terlalu memaksakan diri di atas trek. Tidak tampak pengalaman lebih dari 20 tahun yang dimiliki Rossi. Pebalap 38 tahun itu gagal mengontrol ritme penampilan, meski Yamaha memiliki motor terbaik pada musim itu.

Terbukti, Rossi gagal finis di tiga seri balapan: GP Amerika Serikat, GP Belanda, dan GP Jepang. Di ketiga seri itu Rossi mengalami kecelakaan karena terlalu memaksakan diri. Sementara kegagalan di Sirkuit Mugello pada balapan GP Italia musim lalu murni karena masalah mesin motor M1.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Valentino Rossi memuncaki klasemen setelah finis posisi kedua di GP Amerika Serikat.Valentino Rossi memuncaki klasemen setelah finis posisi kedua di GP Amerika Serikat. (Getty Images/AFP)
Musim ini Rossi telah menyadari kesalahannya musim lalu dalam cara pendekatannya menjalani balapan. Rossi sadar rivalnya seperti Jorge Lorenzo dan Marc Marquez sudah mulai kebal dengan permainan psywar.

The Doctor sudah tidak bisa menjatuhkan mental Lorenzo dan Marquez dengan perang kata-kata melalui media, seperti yang dilakukannya musim lalu. Pasalnya, kedua pebalap rivalnya itu sudah mulai kenyang pengalaman di MotoGP.

Kondisi itu membuat Rossi mengubah gaya membalapnya musim ini. Layaknya timnas sepak bola Italia yang mengandalkan strategi ‘Catenaccio’ di lapangan hijau, Rossi kini lebih memilih tampil ‘bertahan’ di atas trek.

Valentino Rossi lebih fokus finis di posisi podium daripada memaksakan meraih kemenangan.Valentino Rossi lebih fokus finis di posisi podium daripada memaksakan meraih kemenangan. (AFP PHOTO / JUAN MABROMATA)
Dari tiga seri MotoGP musim ini, Rossi terlihat memilih bermain aman. Juara dunia Grand Prix sembilan kali itu sadar tidak bisa mengimbangi kecepatan Marquez atau rekan setimnya di Movistar Yamaha, Maverick Vinales.

Layaknya timnas Italia merebut gelar Piala Dunia 2006, gaya membalap Rossi musim ini terbilang konservatif. Menyerang ketika hanya ada peluang. Jika tidak ada peluang, Rossi akan berusaha mempertahankan posisi demi mendapatkan poin.

Rossi tidak emosional ketika menunggangi sepeda motornya, lebih menggunakan otak dan pengalaman. Tidak memaksakan diri seperti musim lalu. The Doctor sadar mendapatkan poin di setiap balapan sangat penting. Terlebih dua rival utamanya, Marquez dan Vinales, sudah satu kali gagal finis musim ini.

Di luar sirkuit, Rossi juga berusaha terlihat bersahabat dengan Marquez dan Vinales. Pada seri GP Amerika Serikat, dua pekan lalu, Rossi terlihat memberikan selamat kepada Marquez setelah memenangi balapan di Sirkuit Austin.

Sejauh ini strategi yang diterapkan Rossi membuatnya memuncaki klasemen, padahal dia belum mampu memenangi balapan. Menarik untuk dilihat apakah strategi Rossi kembali membuahkan hasil positif di GP Spanyol, Minggu (7/5).
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER