Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Rangkaian turnamen BWF Super Series/Premier telah berakhir. Indonesia ada di posisi kedua di bawah negara terkuat China, namun bukan berarti Indonesia telah bangkit dan kembali berjaya.
Dari total 65 gelar yang ada di 12 turnamen Super Series/Premier plus satu turnamen BWF Super Series Finals, Indonesia meraih 12 gelar juara. Indonesia unggul atas Jepang (10), India (7), Taiwan dan Denmark (6), serta Korea Selatan dan Malaysia (2). Hanya China (17 gelar) yang memiliki koleksi gelar lebih banyak dari Indonesia.
Meski duduk di nomor urut kedua dalam perolehan gelar Super Series/Premier, Indonesia tak sepenuhnya benar-benar bangkit musim ini. Kebangkitan atau kejayaan lebih pantas dialamatkan pada kehebatan Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon saja.
 Kevin/Marcus memastikan gelar ketujuh Super Series musim ini di BWF Super Series Finals 2017. (AFP PHOTO / GIUSEPPE CACACE) |
Tujuh gelar yang diraih oleh Kevin/Marcus jadi wajah utama yang menutupi fakta bahwa Indonesia belum sepenuhnya bisa bersaing di lima nomor secara merata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lima gelar lainnya yang didapat Indonesia datang dari pemain veteran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (2), Praveen Jordan/Debby Susanto, Greysia Polii/Apriyani Rahayu, dan Anthony Sinisuka Ginting.
Tontowi/Liliyana patut dapat pujian karena sukses meraih dua gelar plus titel kejuaraan dunia, sedangkan Greysia/Apriyani layak dapat sanjungan karena brilian saat baru dipasangkan.
Namun, Praveen/Debby mulai mengalami kebuntuan tahun ini terlepas dari satu gelar yang mereka menangkan. Richard Mainaky pun memutuskan untuk menceraikan Praveen/Debby di akhir tahun ini.
 Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon tampil dominan di tahun 2017. (Dok. PBSI) |
Anthony dan barisan tunggal putra pun gagal melejit tahun ini. Di luar prestasi menciptakan all Indonesian final di Korea Terbuka, Anthony dan kawan-kawan harus kembali butuh waktu untuk benar-benar konsisten dalam berprestasi.
Dari data yang ada, Indonesia menempatkan 29 wakil di semifinal dari 260 slot semifinal yang ada di sepanjang gelaran Super Series/Premier 2017.
Bila membandingkan prestasi Kevin/Marcus dengan mayoritas pemain pelatnas lainnya, Kevin/Marcus ibarat topan dahsyat di laut yang tenang. Kevin/Marcus tampil luar biasa di saat mayoritas pemain bulutangkis Indonesia berprestasi biasa-biasa saja.
Kevin/Marcus berlari cepat, saat mayoritas atlet pelatnas lainnya seperti jalan di tempat.
 Kevin/Marcus mencetak sejarah sebagai ganda putra pertama yang mampu merebut tujuh gelar Super Series dalam satu kalender tahun. (Dok. Humas PBSI) |
Kevin/Marcus jadi juara bukan karena persaingan di ganda putra lebih mudah. Kevin/Marcus juara karena mereka punya keyakinan dan selalu berjuang tak kenal lelah, baik saat latihan maupun pertandingan.
Duel lawan Li Junhui/Liu Yuchen di babak penyisihan BWF Super Series Finals 2017 jadi contoh jelas mental pemenang yang dimiliki Kevin/Marcus.
Di tengah cedera leher yang dialami Marcus, Kevin/Marcus sudah mengantongi tiket semifinal di awal gim kedua karena selisih poin mereka tak akan terkejar oleh Li/Liu dan Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding andai mereka kalah dua gim langsung sekalipun.
Namun, Kevin/Marcus tak memilih bermain aman. Mereka tetap ngotot berburu kemenangan, meskipun dalam kondisi saat itu, menang atau kalah, tetap sama-sama menempatkan mereka sebagai
runner up grup.
Bagi Kevin/Marcus, menang adalah tujuan, namun bukan beban. Untuk ganda berjuluk 'Minions' ini, berburu kemenangan adalah proses penuh kenikmatan bukan tahapan penuh tekanan.
Kekecewaan terbesar Kevin/Marcus bukan ketika mereka kalah, melainkan saat mereka tak bertanding dengan seluruh tenaga yang mereka punya.
Kevin/Marcus punya ambisi besar namun masuk ke lapangan dengan rasa sukacita menikmati pertandingan. Hal itu yang menjadikan Kevin/Marcus seperti topan yang membuat tiap lawan hancur-lebur tak berdaya.
Untuk tahun depan, Kevin/Marcus tak akan mudah untuk mengulang kehebatan yang mereka lakukan di tahun ini. Di awal 2017, mereka hanya berstatus sebagai ganda muda yang punya potensi besar. Di awal 2018 mendatang, mereka adalah raja dunia yang jadi sasaran dan incaran semua ganda putra.
Sepanjang 2017, video-video pertandingan Kevin/Marcus pasti akan dipelajari dan ditelaah habis-habisan oleh semua lawan. Mereka akan rela menghabiskan waktu berjam-jam mencari celah Kevin/Marcus yang bisa mereka manfaatkan.
Dari dalam negeri, ada sejumlah perubahan yang akan dilakukan PBSI musim depan. Ada sejumlah pergantian pasangan di nomor ganda. Pastinya ada waktu yang dibutuhkan untuk proses adaptasi, namun PBSI dan pemain-pemain di dalamnya harus ingat ada satu tahun yang telah mereka lewati di 2017 ini.
 Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon meraih tujuh titel juara Super Series musim ini. (Dok. PBSI) |
Di tahun depan ada Asian Games 2018 yang bakal jadi target besar karena Indonesia juga berstatus tuan rumah. Ganda-ganda racikan baru dan deretan pemain potensial di nomor tunggal putra diharapkan bisa unjuk gigi.
Hal terindah adalah ketika target-target besar di tahun depan tak hanya ditumpukan pada Kevin/Marcus dan Tontowi/Liliyana, melainkan juga pada sejumlah nama dengan reputasi, kualitas, dan kapasitas yang sama.
Indonesia tentu harus berusaha keras agar Kevin/Marcus tak sendirian jadi topan yang ditakuti banyak orang. PBSI harus mendorong pemain-pemain muda lainnya agar tak jadi lautan yang tenang dan berlindung di balik keganasan Kevin/Marcus yang membuat Indonesia ditakuti saat ini.