Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti, menjawab kritik legenda bulutangkis Taufik Hidayat tentang sektor tunggal putra di
Indonesia Open 2018.
Sebelumnya, Taufik mengutarakan kekecewaanya lewat media sosial lantaran tak ada tunggal putra Indonesia yang berhasil menembus semifinal Indonesia Open 2018. Mantan pemain tunggal putra tersebut meminta agar PBSI mengambil sikap atas kegagalan ini dengan mengganti pelatih.
Menanggapi hal tersebut, Susy memberi penjelasan yang cukup panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah biasa PBSI selalu dikritik kalau ada kekalahan. Cuma kami melihat lebih bijak, Kalahnya lawan siapa? Karena apa? Harus ada laporan," kata Susy di Pelatnas PBSI Cipayung, belum lama ini.
 Jonatan Christie gagal bersaing di Indonesia Open 2018. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) |
"Kami lihat dari
seeding, pemain kami sedikit kurang beruntung ya khususnya Jonatan [Christie] dan [Anthony Sinisuka] Ginting. Kita harus bijak. Kalau dari permainan, mereka sudah bisa mengimbangi tapi sampai sekarang mungkin belum melewati," katanya menambahkan.
Untuk menjadi juara tunggal putra, Susy mengatakan para pemain membutuhkan kematangan dan keyakinan. Ia menyampaikan tidak mudah untuk meraih gelar juara di ajang internasional.
"Kita bisa lihat mungkin dari Jepang. Jepang berapa lama vakum? Dia setengah abad [vakum prestasi] dari 1960-an, saat ini ada hasilnya. Jangan sampai Indonesia vakum seperti itu," ucap Susy.
 Antony Ginting tak berhasil meraih gelar di Indonesia Open 2018. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
"Kami harapkan tiga sampai empat tahun ke depan khususnya untuk tunggal, mungkin untuk putra bisa lebih cepat. Kami harapkan dua tahun ke depan di Olimpiade, paling tidak tunggal putra sejajar dengan pemain papan atas dunia," sambungnya.
Lebih lanjut, Susy menerangkan sampai saat ini tidak ada satupun dari pemain tunggal putra Indonesia yang konsisten. Apalagi persaingan bulutangkis dewasa ini cukup ketat.
"Semua punya kesempatan, kita harus siap untuk kerja keras, yang penting berani. Jangan pikir menang atau kalah karena kita tidak tahu itu sebelum pertandingan. Sekarang semua sama, tidak ada yang berani menganggap dirinya mendominasi bulutangkis dunia. Tidak ada," tutur Susy.
"Kemarin Korea Selatan tidak dapat gelar satupun, China juga, Malaysia juga. Mereka ini kan negara-negara bulutangkis. Ya itulah, seperti bola dunia yang berputar terus," tuturnya kembali.
(jun)