ANALISIS

Strategi Mandek, Timnas Indonesia Merana di Hadapan Palestina

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Kamis, 16 Agu 2018 08:57 WIB
Timnas Indonesia merana di hadapan Palestina pada laga Asian Games 2018 lantaran strategi mandek. Febri Hariyadi dan kawan-kawan minim berikan ancaman.
Timnas Indonesia U-23 menelan kekalahan lawan Palestina pada laga kedua Grup A Asian Games. (INASGOC/Ary Kristianto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Timnas Indonesia U-23 kalah dengan skor 1-2 dari Palestina dalam laga grup A Asian Games 2018. Skuat Merah-Putih benar-benar merana di hadapan Palestina.

Luis Milla memulai laga dengan formasi yang berbeda dibandingkan laga pertama lawan Taiwan. Hargianto, Bagas Adi, Septian David Maulana, dan Gavin Kwan Adsit kali ini dipercaya untuk turun dari awal.


Masuknya Septian mengisi starting line up bersamaan dengan Stefano Lilipaly, Irfan Jaya, dan Febri Hariyadi membuat Timnas Indonesia memainkan skema false nine.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun skema ini mandek alias tidak berjalan sesuai keinginan Milla. Terbukti, Milla langsung memutuskan menarik Septian dan menggantinya dengan Ilham Udin Armaiyn sebelum babak pertama berakhir.

Minim Beri Ancaman

Di babak pertama Timnas Indonesia cukup beruntung bisa mengakhiri laga dengan skor 1-1. Palestina tampil lebih impresif dan beberapa kali membahayakan gawang Indonesia yang dikawal Andritany Ardhiyasa. Namun kegemilangan kiper Persija Jakarta itu membuat Timnas Indonesia terhindar dari lebih banyak kebobolan.

Gol Irfan Jaya sempat memberikan kebahagiaan untuk Timnas Indonesia.Gol Irfan Jaya sempat memberikan kebahagiaan untuk Timnas Indonesia. (INASGOC/Hery Sudewo)
Satu-satunya gol yang diciptakan Palestina berasal dari kesialan Timnas Indonesia U-23. Zulfiandi dianggap melakukan handball sehingga Palestina mendapatkan penalti yang kemudian berujung pada gol Oday Dabbagh.

Saat Timnas Indonesia berusaha menyusun serangan yang lebih tajam ke lini pertahanan Palestina, mereka justru dikejutkan gol kedua. Koordinasi yang kurang baik di lini belakang membuat umpan terobosan Mahmoud Abuwarda bisa diterima oleh Mohamed Darwish. Darwish lalu menghukum Indonesia dengan tendangan kaki kiri yang menggetarkan gawang.

Selepas skor berubah jadi 1-2, Timnas Indonesia punya ruang gerak yang lebih banyak untuk menyerang. Hal itu juga dipengaruhi oleh Palestina yang cenderung memilih lebih bertahan dan mengandalkan serangan balik.
Timnas Indonesia U-23 kesulitan memberikan ancaman ke gawang Palestina.Timnas Indonesia U-23 kesulitan memberikan ancaman ke gawang Palestina. (INASGOC/Charlie)
Saat tempo permainan dipegang Indonesia, skuat Garuda Muda tidak banyak memberikan ancaman berbahaya. Tusukan-tusukan dan umpan terobosan hanya sekadar mengejutkan pemain Palestina di area kotak penalti.

Ketika tembakan dilepaskan, kiper Rami Hamada tidak terlalu banyak dikejutkan dan tak harus bersusah payah. Dalam laga ini, tercatat Timnas Indonesia U-23 hanya melepaskan satu tembakan tepat sasaran.

Hal itu menggambarkan kurang tajamnya penyelesaian akhir yang dilakukan oleh Stefano Lilipaly dan kawan-kawan.

Situasi tersebut diperparah oleh sudah tidak adanya kesempatan pergantian pemain. Luis Milla lebih cepat menghabiskan kuota pergantian pemain sehingga ia tak bisa memasukkan pemain di 15 menit akhir laga.

Pergantian Bagas Adi dan Irfan Jaya terbilang merupakan paksaan karena ada cedera yang datang.

Palestina lebih sering menebar ancaman sepanjang laga berlangsung.Palestina lebih sering menebar ancaman sepanjang laga berlangsung. (INASGOC/Ary Kristianto)

Bertarung Lawan Stamina

Setelah kalah lawan Palestina, Timnas Indonesia tak boleh lagi mengulang kesalahan di dua laga tersisa, lawan Laos dan Hong Kong. Kemenangan di dua laga tersebut akan menggaransi tempat di babak 16 besar.

Rintangan terbesar dalam dua laga mendatang adalah faktor stamina. Timnas Indonesia akan menjamu Laos di tanggal 17 Agustus, dua hari berselang dari laga lawan Palestina. Kemudian laga terakhir lawan Hong Kong digelar pada Senin (20/8).


Luis Milla dituntut harus pintar meracik komposisi tim. Starting eleven ideal kemungkinan besar tidak akan bisa terus dipertahankan lantaran faktor stamina yang tergerus.

Milla harus sudah punya opsi starting line up alternatif yang kekuatannya tidak timpang dibandingkan 11 pemain terbaik yang ada di pikirannya. (bac)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER