
ASIAN PARA GAMES 2018
Mengejar Mimpi Tanpa Kaki, Meraih Angan Tanpa Tangan
Putra Permata Tegar Idaman & Tim, CNN Indonesia | Kamis, 11/10/2018 20:29 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Mimpi dan Angan adalah hal yang pasti dikejar manusia di bumi ini. Di Asian Para Games 2018, ada orang-orang yang tetap mengejar mimpi meski tanpa kaki dan berusaha meraih angan meski tanpa tangan.
Suasana di Hall Basket Gelora Bung Karno tampak ramai. Irak dan Iran tengah berhadapan untuk berebut sebuah kemenangan.
Dalam laga tersebut, para pemain kedua tim menunjukkan bahwa bola basket tak melulu erat urusannya dengan tinggi badan dan lompatan. Mereka tak bisa melompat karena kaki-kaki mereka tak lagi ada ataupun tak lagi bertenaga.
Sebagai ganti kaki untuk tenaga penggerak, mereka duduk di kursi roda. Melihat permainan yang ada di antara kedua tim, jelas butuh usaha keras untuk bisa memainkan olahraga basket kursi roda dengan baik.
Bila tangan kanan memegang bola, maka tangan kiri akan memutar roda untuk bergerak. Gerakannya pun tak monoton sekadar lurus ke depan. Mereka harus bisa bergerak memutar, belok kanan dan kiri untuk menghindari penjagaan lawan, dan menerima operan.
Tanpa kaki yang menopang dan bisa jadi tumpuan, atlet-atlet juga mampu melempar bola ke ring dengan baik. Kekuatan lengan yang dilatih baik membuat mereka bisa menembakkan bola dari titik yang lebih rendah (karena posisi duduk) plus tanpa bantuan tumpuan dari kaki.
Di arena lain, atlet-atlet voli duduk Indonesia dan China juga menunjukkan bahwa mereka tetap bisa mengejar bola tanpa kaki.
Dengan menggunakan tangan, atlet-atlet voli duduk bergerak cepat mengejar bola menghalau pukulan lawan.
Di lintasan lari, pelari-pelari tanpa kaki, memiliki kelainan kaki, hingga kaki yang tak lagi bertenaga menunjukkan bahwa ada hal lain yang mereka punya untuk mengantar mereka sampai ke garis finis. Laga-laga atletik berlangsung menarik dan sengit hingga garis finis.
Bila banyak atlet yang telah menunjukkan mereka mampu mengejar mimpi meski tanpa kaki, banyak pula atlet yang memberikan bukti bahwa mereka tetap bisa menggapai angan meski tanpa tangan.
Perenang asal China, Hong Yang dengan penuh percaya diri berdiri di garis start. Menilik kondisi tubuhnya, Hong Yang tak memiliki tangan kanan dan tak punya pergelangan tangan kiri.
Dalam renang, keberadaan tangan sangat penting untuk menimbulkan daya dorong. Namun Hong Yang mampu menunjukkan ada hal-hal yang tetap bisa digenggam meski tanpa tangan.
Begitu tanda lomba dibunyikan, Hong Yang langsung melompat dan berenang dengan cepat. Ia mampu finis di posisi kedua 50 meter gaya bebas S6 dan berhak atas medali perak.
Melihat Kemenangan Tanpa Pandangan, Meraih Prestasi Fenomenal Ketika IQ di Bawah Normal
Banyak hal-hal indah yang bisa dipelajari dari Asian Para Games. Di ajang ini, ada banyak atlet yang memiliki keterbatasan pandangan namun tetap bisa melihat cara meraih kemenangan. Ada pula yang punya prestasi fenomenal saat intelektual mereka dinilai ada di bawah standar normal.
Tiga perenang Uzbekistan, Amilova Fotimakhon, Toshipulatova Shokhsanamkhon, dan Mirzokhidova Nigorakhon mampu membuat negara mereka mendominasi podium juara untuk nomor gaya dada 100 meter SB13 (11-13), kategori untuk atlet yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan.
Ketiga perenang Uzbekistan itu mampu berenang dengan cepat dan tetap pada jalur untuk meraih kemenangan meski pandangan mereka terhalang.
Selain trio Uzbekistan tersebut, ada banyak atlet-atlet lainnya yang telah menunjukkan bahwa pandangan yang terhalang bukan berarti jalan buntu untuk meraih kemenangan.
Untuk mereka-mereka yang lahir dengan intelektual di bawah normal, atlet-atlet Asian Para Games juga telah menunjukkan bahwa mereka tetap bisa meraih prestasi fenomenal.
Suparniyati mampu meraih medali emas tolak peluru. Ia mencatat lemparan 10,75 meter dalam keberhasilan tersebut. Syuci Indriani juga membuktikan kualitasnya di kolam renang Asian Para Games. Sampai hari Rabu (10/10), Syuci sudah menyumbang 1 emas, 1 perak, dan 1 perunggu untuk kontingen Indonesia.
Tak Ada Air Mata Iba di Arena
Para penonton yang menghadiri laga-laga Asian Para Games seringkali terpukau dengan aksi-aksi atlet yang berlaga. Mata-mata penonton terlihat takjub dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka.
Tak ada air mata penuh iba di arena, yang ada adalah tatapan kekaguman, sorakan dukungan, dan tepukan menyambut kemenangan.
Melihat penampilan atlet-atlet di lapangan, tak ada rasa iba dan kasihan karena yang muncul justru rasa bangga di dalam pikiran.
Ada banyak hal yang bisa dipetik di Asian Para Games 2018.
Atlet-atlet telah menunjukkan bahwa mereka bisa mengejar mimpi tanpa kaki.
Atlet-atlet telah menunjukkan bahwa mereka bisa menggapai angan tanpa tangan.
Atlet-atlet telah menunjukkan bahwa mereka bisa melihat jalan menuju kemenangan meski tanpa pandangan.
Mereka punya tekad kuat di dalam hati dan sangat layak jadi sumber inspirasi. (ptr/har)
Suasana di Hall Basket Gelora Bung Karno tampak ramai. Irak dan Iran tengah berhadapan untuk berebut sebuah kemenangan.
Sebagai ganti kaki untuk tenaga penggerak, mereka duduk di kursi roda. Melihat permainan yang ada di antara kedua tim, jelas butuh usaha keras untuk bisa memainkan olahraga basket kursi roda dengan baik.
Bila tangan kanan memegang bola, maka tangan kiri akan memutar roda untuk bergerak. Gerakannya pun tak monoton sekadar lurus ke depan. Mereka harus bisa bergerak memutar, belok kanan dan kiri untuk menghindari penjagaan lawan, dan menerima operan.
Tanpa kaki yang menopang dan bisa jadi tumpuan, atlet-atlet juga mampu melempar bola ke ring dengan baik. Kekuatan lengan yang dilatih baik membuat mereka bisa menembakkan bola dari titik yang lebih rendah (karena posisi duduk) plus tanpa bantuan tumpuan dari kaki.
![]() |
Dengan menggunakan tangan, atlet-atlet voli duduk bergerak cepat mengejar bola menghalau pukulan lawan.
Di lintasan lari, pelari-pelari tanpa kaki, memiliki kelainan kaki, hingga kaki yang tak lagi bertenaga menunjukkan bahwa ada hal lain yang mereka punya untuk mengantar mereka sampai ke garis finis. Laga-laga atletik berlangsung menarik dan sengit hingga garis finis.
Bila banyak atlet yang telah menunjukkan mereka mampu mengejar mimpi meski tanpa kaki, banyak pula atlet yang memberikan bukti bahwa mereka tetap bisa menggapai angan meski tanpa tangan.
![]() |
Dalam renang, keberadaan tangan sangat penting untuk menimbulkan daya dorong. Namun Hong Yang mampu menunjukkan ada hal-hal yang tetap bisa digenggam meski tanpa tangan.
Begitu tanda lomba dibunyikan, Hong Yang langsung melompat dan berenang dengan cepat. Ia mampu finis di posisi kedua 50 meter gaya bebas S6 dan berhak atas medali perak.
![]() |
Banyak hal-hal indah yang bisa dipelajari dari Asian Para Games. Di ajang ini, ada banyak atlet yang memiliki keterbatasan pandangan namun tetap bisa melihat cara meraih kemenangan. Ada pula yang punya prestasi fenomenal saat intelektual mereka dinilai ada di bawah standar normal.
Tiga perenang Uzbekistan, Amilova Fotimakhon, Toshipulatova Shokhsanamkhon, dan Mirzokhidova Nigorakhon mampu membuat negara mereka mendominasi podium juara untuk nomor gaya dada 100 meter SB13 (11-13), kategori untuk atlet yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan.
Ketiga perenang Uzbekistan itu mampu berenang dengan cepat dan tetap pada jalur untuk meraih kemenangan meski pandangan mereka terhalang.
Selain trio Uzbekistan tersebut, ada banyak atlet-atlet lainnya yang telah menunjukkan bahwa pandangan yang terhalang bukan berarti jalan buntu untuk meraih kemenangan.
![]() |
Suparniyati mampu meraih medali emas tolak peluru. Ia mencatat lemparan 10,75 meter dalam keberhasilan tersebut. Syuci Indriani juga membuktikan kualitasnya di kolam renang Asian Para Games. Sampai hari Rabu (10/10), Syuci sudah menyumbang 1 emas, 1 perak, dan 1 perunggu untuk kontingen Indonesia.
![]() |
Tak Ada Air Mata Iba di Arena
Para penonton yang menghadiri laga-laga Asian Para Games seringkali terpukau dengan aksi-aksi atlet yang berlaga. Mata-mata penonton terlihat takjub dengan pemandangan yang ada di hadapan mereka.
Tak ada air mata penuh iba di arena, yang ada adalah tatapan kekaguman, sorakan dukungan, dan tepukan menyambut kemenangan.
Melihat penampilan atlet-atlet di lapangan, tak ada rasa iba dan kasihan karena yang muncul justru rasa bangga di dalam pikiran.
![]() |
Atlet-atlet telah menunjukkan bahwa mereka bisa mengejar mimpi tanpa kaki.
Atlet-atlet telah menunjukkan bahwa mereka bisa menggapai angan tanpa tangan.
Atlet-atlet telah menunjukkan bahwa mereka bisa melihat jalan menuju kemenangan meski tanpa pandangan.
Mereka punya tekad kuat di dalam hati dan sangat layak jadi sumber inspirasi. (ptr/har)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
BACA JUGA
LIHAT SEMUA
EDUSPORTS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
TERPOPULER

Terungkap, Kata-kata White yang Bikin Khabib Panas
Olahraga • 44 menit yang lalu
Khabib Jagokan Poirier Hajar McGregor di UFC 257
Olahraga 3 jam yang lalu
Ahsan/Hendra Gagal ke Final Thailand Open: Lawan Lebih Baik
Olahraga 1 jam yang lalu