Bicara soal tinggi badan, di dunia basket ada Shaquille O'Neal yang menjadi ikon 'pebasket hiburan' sejak masih aktif bermain di NBA pada 1992 hingga pensiun di 2011. Kini dia seorang analis olahraga dalam sebuah program televisi bertajuk Inside the NBA.
Pebasket bertinggi badan 216 sentimeter ini memiliki sejumlah nama panggilan. O'Neal sendiri memanggil diri dia sebagai 'The Big Aristotle' dan 'Hobo Master', merujuk pada ketenangan dan wawasannya jika wawancara. Akan tetapi, jurnalis dan sebagian temannya pun memiliki panggilan tersendiri seperti 'Shaq', 'The Diesel', 'Shaq Fu', 'The Big Daddy', 'Superman', 'The Big Agave', 'The Big Cactus', 'The Big Shaqtus', 'The Big Galactus', 'Wilt Chamberneezy', 'The Big Baryshnikov', 'The Real Deal', 'The Big Shamrock', 'The Big Leprechaun', 'Shaqovic' dan 'The Big Conductor'.
Bila dihitung, panggilan unik O'Neal ada 18 nama. Jumlah tersebut tidak akan dimiliki seseorang bila O'Neal bukan tergolong sebagai sosok yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika membela Phonenix Suns pada 2008-2009, O'Neal loncat ke kerumunan penonton lantaran berlari terlalu cepat untuk menyelamatakan bola. Usai pensiun, O'Neal tak segan adu renang dengan perenang Olimpiade Amerika Serikat Michael Phelps. Dalam program Inside The NBA, O'Neal tak malu-malu berjoget breakdance hingga bergaya di lantai usai mengalahkan Charles Barkley dalam adu tembakan tiga angka. Itu semua beberapa kejadian heboh, konyol, dan lucu dari seorang O'Neal.
Candaan O'Neal juga pernah menjurus ke rasisme ketika ia berkomentar tentang center Houston Rockets, Yao Ming, pada 2003. "Katakan pada Yao Ming, `Ching-chong-yang-wah-ah-soh.'," kata dia.
Komentar tersebut sempat heboh di media massa dan memantik sebagian emosi publik saat itu. Meski begitu, Ming sendiri percaya O'Neal sedang bercanda saat mengatakan itu. "Bahasa China sulit untuk dipelajari. Saya memiliki kesulitan mempelajari itu ketika masih kecil," katanya.
Di balik kelucuan O'Neal, latar belakang kehidupan dia sesungguhnya berbanding terbalik dengan Monfils. O'Neal lahir di Newark, New Jersey, dari pasangan Lucille O'Neal dan Joe Toney. Saat O'Neal masih balita, Toney kecanduan narkoba dan dipenjara. Ketika bebas, sang ayah tidak memilih untuk melanjutkan hidup bersama O'Neal tapi justru memberikan hak asuhnya kepada sersan angkatan darat Philip A. Harrison sebagai ayah tiri.
Selama berpuluh tahun, O'Neal tidak berminat untuk berinteraksi ataupun menjalin hubungan dengan Toney. Keduanya baru bertemu pada 2013, saat Harrison meninggal.
Setiap atlet memiliki cara masing-masing untuk menghindarkan diri mereka dari tekanan stres kehidupan, berlaku lucu adalah salah satunya. Saat bermain untuk Phoenix Suns, O'Neal terkadang bercanda dengan rekan setim di ruang ganti.
Salah satu canda O'Neal adalah bermain boling dengan bola khayalan, sementara rekan-rekan tim dia berperan sebagai pin boling. Hal itu juga sempat dilakukan di dalam lapangan sebelum bertanding.
Meski senang menghibur orang, baik Ibra, Monfils, O'Neal maupun Monfils merupakan sosok yang serius ketika tiba saat untuk bertanding dan meraih kemenangan.
Sebagian orang mungkin menilai mereka dan atlet sejenis lainnya sebagai 'badut' dalam dunia olahraga. Namun di balik kekonyolan-kekonyolan yang mereka tampilkan, O'Neal, Monfils, dan Ibrahimovic berhasil masuk dalam jajaran atlet-atlet top dunia.
 Yao Ming sempat jadi sasaran ejekan Shaquille O'Neal. (Jim Rogash/Getty Images/AFP) |
Di usia 37 tahun, Ibra masih aktif bermain sepak bola dan sudah menyumbang 22 gol dalam tahun pertamanya di LA Galaxy.
Sedangkan O'Neal mengoleksi dua medali emas bersama Amerika Serikat selama berkarier di dunia basket. Satu medali ia dapatkan dari Olimpiade Atlanta 1996, sementara medali emas lainnya dari Piala Dunia FIBA di Kanada pada 1994. Ia juga empat kali juara NBA pada 2000, 2001, 2002, dan 2006.
Atlet juga manusia. Terkadang kelucuan mereka mungkin dimaksudkan untuk menutupi kisah kelam kehidupan, seperti yang terjadi pada cerita hidup O'Neal.
Meraih prestasi hingga tingkat dunia memang butuh kedisiplinan, pengorbanan, dan tanggung jawab tinggi. Namun persaingan ketat di level elite tak akan menghilangkan aksi-aksi konyol dan jenaka dari segelintir atlet yang memang dilahirkan tak hanya sekadar jadi bintang lapangan, melainkan juga sumber lahirnya kegembiraan.
(sry)