Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --
Liga 1 2018 lalu menandai masa satu dekade
Atep di
Persib Bandung. Kini, karier penyerang berjuluk Lord Atep berakhir bersama tim Maung Bandung.
Nama 'Lord' yang disematkan kepadanya bukan julukan sembarangan. Itu bentuk penghormatan para pendukung setia Persib terhadap pengabdiannya sejak 2008.
Tentu bukan perkara mudah baginya kala bergabung ke Persib saat itu. Pemain kelahiran Cianjur itu harus 'tebal kuping' mendengar cercaan usai hengkang dari Persija Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atep mendapat hujatan pengkhianat dari suporter Macan Kemayoran, The Jakmania. Bagi mereka, tak ada musuh terbesar selain para pemain yang pindah dari klub kesayangan ke rival abadi mereka.
Pemain lincah tersebut sebelumnya cukup bersinar bersama Persija sejak 2005 hingga 2008. Kala itu Atep bahkan menjadi salah satu pemain langganan Timnas Indonesia.
Pilihan Atep yang berseragam Persija memang sempat disebut-sebut sebuah skandal tersendiri. Pasalnya, ia merupakan lulusan akademi sepak bola UNI Bandung yang banyak melahirkan pemain-pemain top di Persib.
Sempat 'dipinjamkan' dari UNI Bandung ke Persiba Bantul, Atep malah 'menyasar' ke Macan Kemayoran, musuh bebuyutan Pangeran Biru. Padahal, 'maqom' seharusnya bagi sang pemain ke Maung Bandung.
 Di era Mario Gomez, Atep mulai jarang dimainkan sebagai starter. (Foto: CNN Indonesia/Huyogo) |
Mengisi posisi
winger, Atep mampu menambah kegarangan serangan skuat Garuda bersama duet Bambang Pamungkas dan Budi Sudarsono di lini depan. Kepergiannya ke Persib waktu itu pun membuat dirinya dilabel oleh Jakmania sebagai pemain 'mata duitan' alias hanya mengejar rupiah.
Di sisi lain, tak sedikit pula para Bobotoh -- fan setia Persib -- yang meragukannya meski kehadiran Atep saat itu cukup mendapat sambutan. Belum lagi bukan perkara mudah bagi Atep merapat ke Persib lantaran sang pemain menikahi seorang wanita kelahiran Jakarta sekaligus fan Persija, Lilis Yamaini.
Atep tak lantas menjadi peta penunjuk Persib menuju juara. Kendati begitu, 'Si Anak Hilang' yang telah pulang memperlihatkan komitmennya berseragam Maung Bandung.
Di musim pertamanya pada 2008/2009, Atep ikut andil membawa Persib berada di posisi ketiga. Saat itu dua klub asal Papua, Persipura Jayapura dan Persiwa Wamena, merajai kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air tersebut. Masuk ke musim kedua Atep yakni di Indonesia Super League 2009/2010, Maung Bandung turun satu peringkat ke posisi keempat.
Sudah banyak memori manis hingga asam-garam yang dirasakan Atep bersama Maung Bandung. Termasuk ikut merasakan situasi pahit ketika klub besar itu hanya bertahan di posisi ketujuh pada musim 2010/2011, bahkan melorot lagi di peringkat kedelapan pada musim 2011/2012.
Persib baru bisa memetik hasil manis meraih juara Liga Indonesia 2013/2014 saat kompetisi itu kembali menerapkan klasemen dua wilayah. Atep memang tak lagi kerap dimainkan sebagai starter oleh pelatih Persib saat itu, Djadjang Nurdjaman. Namun, Djadjang tetap memberikan tempat istimewa sebagai kapten.
 Atep pernah mendapatkan tempat istimewa di era Djadjang Nurdjaman sebagai pelatih. (Foto Antara/Agus Bebeng) |
Pasalnya, Atep dinilai Djadjang mampu menjadi anutan yang baik sekaligus lecutan motivasi bagi para penggawa muda Maung Bandung.
Julukan Lord Atep yang sudah akrab jadi sebutan dari para Bobotoh mencerminkan rasa hormat kepadanya. Ia berubah menjadi sosok yang dihormati karena kerja keras dan kesetiaannya bersama Maung Bandung.
Seiring waktu Lord Atep semakin terpinggirkan ke bangku cadangan. Terutama pada Liga 1 2018, statusnya sebagai starter masih bisa dihitung jari. Nasibnya tak semujur Bambang Pamungkas. Manajemen Persija Jakarta punya iktikad baik mempertahankan Bepe.
Meski jarang merumput, pihak klub Macan Kemayoran menyatakan komitmennya untuk memplot Bepe sebagai pelatih tim itu kelak sembari 'menyekolahkannya'.
Bagaimana dengan Lord Atep? Ia hanya mendapatkan pengumuman dari manajemen bahwa kontraknya tak lagi diperpanjang. Ia dinilai tak lagi kompatibel dengan skema pelatih anyar Pangeran Biru, Miljan Radovic.
Padahal, Radovic merupakan mantan pemain Persib yang pernah satu tim dengan Atep. Seharusnya pelatih asal Montenegro tersebut mengenal mantan rekannya itu sebagai sosok yang punya kelebihan memotivasi tim terlepas dari performanya di lapangan yang sudah menurun.
Atep memang pemain yang tidak seperti Eka Ramdani, pernah begitu berkilau bersama Persib. Namun, Lord Atep bukan Eka yang sudah gonta-ganti klub.
 Eka Ramdani (tengah) kerap gonta-ganti klub termasuk pernah memperkuat Mitra Kukar. (Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana) |
Pemain yang kini 33 tahun itu sudah setia di Maung Bandung setelah hijrah dari Persija. Kehadirannya di Persib pun disebut mampu memantik talenta-talenta muda klub itu yang tumbuh semakin ciamik.
Salah satunya adalah Febri Hariyadi yang juga mengaku salah satu pengagum Atep hingga ia bisa terinspirasi darinya. Ia pula yang selalu menjadi contoh bagi pemain menjaga kebugaran dengan berlatih rutin.
Atep sosok yang pas menjadi contoh. Namun, industri sepak bola memang tega. Tak ada tempat bagi pemain sepertinya yang sudah kehilangan insting gol dan tak lagi berkontribusi besar dalam sebuah permainan.
Jangankan Atep, pemain-pemain kelas dunia macam Raul Gonzalez, Iker Casillas, Frank Lampard, dan Wayne Rooney, pernah merasakan getir terpinggir dari klub mereka sehingga hengkang.
Atep memang tak seperti mendiang Choirul Huda di Persela Lamongan yang setia pada satu klub dalam mengarungi kompetisi resmi di tanah air. Namun, Atep sudah 10 tahun bertahan di Persib.
Terlebih, Atep sudah membuktikan kesetiaannya musim lalu kala disebut-sebut sempat digoda klub dari Malaysia.
Menanggapi kariernya yang sudah berakhir di Persib, Atep mengaku belum memikirkan untuk mencari klub-klub lain. Ia justru ingin memilih santai menikmati hidupnya bersama keluarga sembari melakukan rutinitas mengantar anak-anaknya ke sekolah.
 Jasa Atep tak lagi dibutuhkan di era Miljan Radovic sebagai pelatih. (Foto: CNNIndonesia/Huyogo Simbolon) |
Ayah dua orang putri itu berusaha tenang. Ia merasa masih mampu menjadi pemain satu sampai dua tahun lagi. Walau kontraknya tak diperpanjang, Atep berharap Persib bisa berprestasi musim depan.
Sebagai pemain yang sudah memasuki 33 tahun, tentu belum terlalu tua baginya. Sebenarnya cukup bagi Atep dua atau tiga tahun lagi bermain sekaligus masa persiapan dirinya berkarier sebagai pelatih.
Pihak klub juga seharusnya sudah paham memperlakukan salah satu ikonnya dengan memberikan persiapan itu kepada Atep. Nilai kontrak tentu bakal mengalami penyesuaian mengingat usianya yang tak lagi muda. Sembari bermain, ia juga bisa dilibatkan dalam pembinaan di akademi skuat Maung Ngora.
Memang, tak bisa dimungkiri tak semua pemain punya bakat dalam kepelatihan pada karier selanjutnya. Namun, setidaknya manajemen memberikan kesempatan terhadap pemain, apalagi yang dinilai sebagai ikon.
Persib kini hanya memiliki dua pemain senior setelah kepergian Atep. Mereka adalah Supardi dan Hariono. Di antara dua pemain itu, hanya Supardi yang bisa jadi pemimpin di lapangan.
Lord Atep tak bisa menahan derai air mata saat pamitan dari Persib. Namun, ia mencoba tegar meski loyalitasnya tak berbalas di Maung Bandung.
(nva)