TESTIMONI

Hendro Kartiko: Antara Barthez Indonesia dan Sepak Bola Gajah

Hendro Kartiko | CNN Indonesia
Sabtu, 09 Feb 2019 08:47 WIB
Kiper legendaris Indonesia Hendro Kartiko berbicara mengenai karier di Timnas dan luka tragedi di Piala AFF 1998 yang dikenal dengan Sepak Bola Gajah.
Hendro Kartiko salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Timnas Indonesia. (AFP PHOTO/Stanley CHOU/World Sport Group)
Setelah insiden Sepak Bola Gajah saya sempat berpikir karier saya selesai di Timnas Indonesia. Beruntung saya masih dipercaya pelatih-pelatih di turnamen selanjutnya. Di setiap pertandingan saya selalu bertekad menebus untuk 'dosa' masa lalu. Apapun yang terjadi saya selalu tampil total. "Menang atau kalah urusan belakang," kata saya dalam hati.

Salah satu momen terbaik saya di timnas terjadi dalam gelaran Piala Asia 2000. Saat itu, saat Indonesia berhasil menahan imbang Kuwait 0-0 pada laga perdana fase Grup D.

Saya melakukan beberapa penyelamatan penting di laga ini dan dinobatkan sebagai man of the match. Media-media luar menjuluki saya Fabian Barthez dari Indonesia. Mungkin karena rambut saya baru botak seperti Barthez.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya saya tidak sengaja meniru rambut plontos Barthez. Saya menggunduli kepala sebagai perayaan juara Liga Indonesia 2000 bersama PSM Makassar. Mungkin media-media luar menilai saya mirip dengan Barthez karena persoalan rambut plontos bukan karena benar-benar mirip kualitasnya. Sebab Barthez memang sedang naik daun setelah gemilang di Piala Dunia 1998.

Hendro Kartiko dijuluki Fabian Barthez Indonesia oleh media-media asing.Hendro Kartiko dijuluki Fabian Barthez Indonesia oleh media-media asing. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)
Sayang kami tidak berlanjut ke babak selanjutnya di Piala Asia 2000 setelah kalah di dua laga lain lawan China dan Korea Selatan. Saya harus akui kami kalah kualitas dari kedua negara tersebut.

Oh, ya. Selain dipuja, saya juga sering diejek. Beberapa suporter bahkan menjuluki saya 'Tukang Bakso'. Mungkin karena rambut saya pernah kribo dan tampang saya yang ndeso.

Tapi, saya tak peduli apa kata suporter. Bagi saya mereka punya dunia dan semangat sendiri yang harus kita hargai apa adanya. Yang pasti saya tidak pernah tersinggung dengan ulah suporter dari tribune.

Ejekan itu saya bisa balas dengan penampilan baik di lapangan. Saya pun masih dipercaya mengawal gawang Timnas Indonesia di gelaran Piala Asia 2004. Ajang ini juga masuk daftar momen terbaik dalam karier saya.

Kami meraih kemenangan 2-1 atas Qatar pada laga perdana Grup B. Dua gol kemenengan Indonesia dicetak Budi Sudarsono dan Ponaryo Astaman. Saya mendapat gelar man of the match setelah pertandingan.

Namun, kami kembali gagal menebus dosa. Indonesia kembali tersingkir dari fase grup lantaran kalah dari China dan Bahrain di laga selanjutnya. Saya juga gagal mempersembahkan gelar juara di beberapa edisi meski sering menembus final. Apa mau dikata, saya harus pensiun dari Timnas Indonesia tanpa gelar.

Hendro Kartiko saat ini menjabat sebagai pelatih kiper di Timnas Indonesia U-22.Hendro Kartiko saat ini menjabat sebagai pelatih kiper di Timnas Indonesia U-22. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)
Di level klub saya boleh jadi salah satu pemain yang paling beruntung karena bisa meraih tiga gelar juara bersama tiga tim yang berbeda. Yaitu saaat membela PSM Makassar, Persebaya Surabaya, dan Sriwijaya FC.

Tapi saya tetap penasaran meraih gelar bersama Timnas Indonesia. Setelah gagal sebagai pemain, mungkin saya masih diberi kesempatan untuk mempersembahkan trofi sebagai pelatih. Saat ini saya punya kesempatan untuk mewujudkannya bersama Timnas Indonesia U-22. Pelatih Indra Sjafri mempercayakan saya untuk menempa kiper-kiper muda di skuat Garuda.

Saya tak bisa memaksakan pemain muda untuk meniru karakter saya di lapangan. Meledak-ledak, tegas, tapi juga tenang menghadapi situasi sulit di lapangan. Saya hanya bisa membagi pengalaman di lapangan, termasuk bagaimana harus melewati kenangan pahit. Karena setiap orang bisa bangkit dari keterpurukan apabila bersedia iklhas dan mau bekerja lebih keras untuk memperbaiki diri.

Anda harus tahu: Perjalanan karier saya di Timnas Indonesia tak selamanya berjalan mulus. Ada masa kelam yang tersisa di kepala. Tapi saya iklhas dan berusaha menebusnya dengan penampilan terbaik di hari-hari ke depan.

Jujur saya berharap bisa menebus 'dosa' dengan mengabdi kepada negara. Saya berharap pemain muda kita bisa memperbaiki kesalahan para seniornya kelak. Termasuk mempersembahkan gelar yang belum sempat kami raih pada masa itu. (jun/har)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER