Jakarta, CNN Indonesia --
Ajax Amsterdam tampil sebagai pembunuh tim raksasa dalam
Liga Champions 2018/2019 setelah mengalahkan
Real Madrid dan
Juventus pada fase gugur.
Masuk ke Liga Champions musim ini dengan jatah peringkat kedua Eredivisie musim lalu, Ajax harus menjalani fase kualifikasi lebih dulu.
Setelah melewati Strum Graz dan Standard Liege, De Godenzonen tergabung di Grup E bersama Bayern Munchen, Benfica, dan AEK Athens.
Potensi Ajax sebagai penghancur raksasa sudah terlihat sejak fase grup. Matthijs De Ligt dan kawan-kawan menyulitkan Bayern yang menjadi favorit juara grup. Dalam dua pertemuan dengan penguasa Jerman itu, skor imbang selalu terjadi baik dalam laga kandang dan tandang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Ajax untuk kali pertama ke semifinal Liga Champions setelah musim 1996/1997. (REUTERS/Susana Vera) |
Kemampuan Ajax meraih 12 poin dari tiga kemenangan dan tiga kali seri membawa mereka ke fase gugur. Berstatus runner-up grup, anak asuh Eric ten Hag harus berhadapan dengan Real Madrid yang menjadi juara grup.
Melawan sang juara bertahan, Ajax tumbang 1-2 ketika bermain di Stadion Johan Cruyff Arena. Dalam laga tandang di Stadion Santiago Bernabeu, Ajax membuat keunggulan Madrid tidak berarti.
Permainan ofensif dengan penguasaan bola rapi yang dimainkan wakil Belanda itu membuat Madrid tersingkir. Kemenangan 4-1 di Bernabeu tidak hanya menyudahi langkah sang juara bertahan, tetapi juga mengakhiri masa kepelatihan Santiago Solari.
Melewati adangan Madrid, Ajax kemudian bertemu dengan salah satu klub besar Eropa lainnya, Juventus, yang kini diperkuat Cristiano Ronaldo.
Keberadaan Ronaldo memang menjadi sosok penting dalam langkah Juventus musim ini, termasuk ketika membawa Bianconeri unggul lebih dulu dalam leg pertama dan kedua perempat final.
Nama besar Ronaldo dan Juventus tidak dapat menghentikan derap langkah pemain-pemain muda Ajax. Pada musim ini skuat Ajax memiliki rata-rata usia 24,1 tahun.
Andalan-andalan muda seperti De Ligt, Frenkie de Jong, Donny van de Beek, David Neres, dan Kasper Dolberg yang belum mencapai 22 tahun berkolaborasi dengan pemain-pemain dengan usia yang lebih matang macam Hakim Ziyech, Lasse Schone, Dusan Tadic, dan Daley Blind.
Kerja sama pemain-pemain tersebut di bawah ramuan Ten Hag terbukti manjur membawa Ajax masuk semifinal untuk kali pertama setelah 22 tahun silam.
Pada laga semifinal, Ajax akan menghadapi pemenang dalam laga antara Tottenham Hotspur dan Manchester City. Jika mampu mempertahankan performa, kemungkinan Ajax melaju ke final Liga Champions seperti pada musim 1994/1995 dan 1995/1996.
(nva/har)