Jakarta, CNN Indonesia -- Gelar juara
Liga Primer Inggris bisa dirasakan
Liverpool, namun hanya dalam 21 menit. Dimulai sejak
Sadio Mane mencetak gol pada menit ke-17 hingga menit ke-38 pertandingan terakhir kompetisi 2018/2019 pada Minggu (12/5).
Liverpool kembali harus menunggu lebih lama untuk bisa mengangkat trofi Liga Primer Inggris. Sejak kompetisi era ini dimulai pada 1992/1993, total Liverpool sudah 26 tahun tak merasakan gelar tersebut.
Dalam kurun lebih dari dua dekade Liga Primer belangsung, Merseyside Merah tercatat dua kali nyaris menjadi juara di akhir musim, yaitu di musim 2013/2014 dan 2018/2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita kegagalan Liverpool menjuarai liga di 2013/2014 dan 2018/2019 memiliki kemiripan. Liverpool sempat berada di puncak klasemen, lalu melakukan kesalahan, dan gagal menjadi juara. Tim yang mengalahkan klub asal kota pelabuhan itu juga sama: Manchester City.
Di pekan ke-35 musim 2013/2014 Liverpool sudah unggul tiga poin dari City. Tetapi, tim asuhan Brendan Rodgers kala itu gagal menang di pekan berikutnya. Saat menjamu Chelsea, Liverpool justru kalah 0-2.
Kapten Liverpool di masa itu, Steven Gerrard, membuat kesalahan. Gerrard terpeleset usai gagal menerima operan rekan setimnya, bola lalu direbut Demba Ba yang akhirnya bisa membobol gawang Pepe Reina.
 Kalah dari City jadi awal kegagalan Liverpool juara Liga Primer Inggris. (Action Images via Reuters/Jason Cairnduff) |
Akibat blunder Gerrard dan kekalahan dari Chelsea tersebut Liverpool turun satu peringkat ke posisi kedua. City yang menang 2-0 atas Crystal Palace menyodok ke puncak klasemen. City dan Liverpool sama-sama mengoleksi 80 poin, tapi The Citizens unggul selisih gol.
Nasib baik memihak City di musim 2013/2014. Di dua pertandingan tersisa tim asuhan Manuel Pellegrini itu meraih kemenangan. Sementara, Liverpool kembali tersandung di pekan ke-37 usai ditahan Crystal Palace 3-3. Juara Liga Primer Inggris pun jadi milik Man City.
Situasi lima musim lalu serupa dengan yang terjadi di musim ini. Di pekan ke-20 musim 2018/2019 The Reds sempat unggul tujuh poin atas City. Tetapi memasuki pergantian tahun, performa Liverpool mulai limbung, diawali dengan kekalahan 1-2 dari City.
Kekalahan itu membuat jarak keduanya terpangkas menjadi hanya selisih empat angka. Selisih empat poin itu bertahan hingga dua pekan berikutnya. Liverpool sempat memperlebar jarak lagi menjadi lima poin di pekan ke-24, ketika City kalah 1-2 dari Newcastle United.
Tetapi lagi-lagi Mohamed Salah dan kawan-kawan tidak bisa konsisten dengan keunggulan mereka. Di pekan ke-25 Liverpool kembali terpeleset saat diimbangi West Ham United 1-1, sementara City menang 3-1 atas Arsenal. Selisih poin keduanya menipis jadi tiga angka.
Dua pekan berikutnya giliran Man United menjadi sandungan bagi tim asuhan Juergen Klopp dengan hasil akhir 0-0 di Old Trafford. City pun sukses memangkas jarak jadi satu poin usai menang 2-0 atas Everton.
Bisa jadi, pekan ke-29 akan jadi penyesalan terberat bagi Liverpool di musim ini ketika ditahan imbang Everton 0-0. Kondisi sebelumnya yang unggul satu angka atas Man City berubah menjadi tertinggal satu poin di kesempatan itu. Di awal Maret City menang 1-0 atas Bournemouth.
 Man United jadi salah satu sandungan bagi Liverpool di musim ini. (REUTERS/Phil Noble) |
Memasuki akhir-akhir kompetisi Liverpool bisa konsisten dengan performa mereka yang selalu menang di setiap pertandingan. Tetapi performa tim asuhan Pep Guardiola juga tetap stabil dan tidak pernah gagal meraih kemenangan. Persaingan gelar juara pun ditentukan di pekan terakhir, pekan ke-38.
Di pertandingan pemungkas saat menjamu Wolverhampton Wanderers di Anfield Liverpool tampil bagus dengan skuat terbaiknya. Sempat berhati-hati dalam menyerang, Merseyside Merah bisa unggul lebih dahulu di menit ke-17 lewat gol Sadio Mane memanfaatkan assist Trent Alexander-Arnold yang membentur kaki pemain Wolverhempton.
Keunggulan atas Wolverhampton itu membuat Liverpool naik ke puncak klasemen dan di ambang juara Liga Primer Inggris untuk kali pertama. Di saat yang sama, Man City masih ditahan imbang Brighton and Hove Albion 0-0 di Stadion American Express.
Aura-aura Liverpool akan juara kian terasa ketika The Citizens kebobolan berkat gol sundulan Glenn Murray di menit ke-27 memanfaatkan tendangan sudut Pascal Gross.
 Gol Sadio Mane tidak cukup mengantarkan Liverpool juara musim ini. (REUTERS/Phil Noble) |
Saat hasil sementara pertandingan Man City diumumkan seisi Stadion Anfield bersorak kegirangan. Pendukung Liverpool seperti punya keyakinan besar penantian panjang mereka akan berakhir di musim ini.
Sampai dengan saat itu, Liverpool sudah juara selama 10 menit sejak Mane mencetak gol. Karena mereka sudah unggul dua poin atas City yang tengah tertinggal daeri Brighton.
Bahkan ketika Sergio Aguero menyamakan kedudukan di menit ke-28 memanfaatkan assist David Silva, Liverpool juga tetap berada di puncak klasemen dengan keunggulan satu poin.
Namun situasinya berbeda 11 menit kemudian, saat bek Aymeric Laporte membalikkan kedudukan untuk Man City menjadi 2-1. Gol Laporte membawa City kembali ke posisi teratas klasemen sementara, unggul satu poin atas Liverpool.
 Gol Aymeric Laporte memupuskan harapan Liverpool menjadi kampiun. (REUTERS/John Sibley) |
Gol kaki kanan Riyad Mahrez di menit ke-36 membuat publik Anfield sedikit terdiam, karena City makin menjauh dengan keunggulan 3-1. Tak ada sorakan kesenangan atau tepuk tangan kegembiraan di markas Liverpool. Mereka cemas penantian panjang itu akan berlangsung hingga musim depan.
Keyakinan pendukung Liverpool bahwa mereka tidak pernah merayakan gelar juara Liga Primer Inggris menjadi kenyataan saat Ilkay Guendogan membuat City unggul 4-1 di menit ke-72 lewat tendangan bebas. Dalam kondisi itu, sulit berharap City bisa terpeleset dengan Brighton dapat mencetak tiga gol dengan waktu yang tersisa.
Gol kedua Sadio Mane di menit ke-81 pun disambut dengan seadanya oleh penonton di Stadion Anfield. Tak lagi riuh seperti di menit ke-17. Begitu peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan ditiupkan, saat itu juga Liverpool hanya juara dalam 21 menit menjadi kenyataan.
Bagi pendukung Liverpool, kegagalan menjadi juara Liga Primer Inggris musim ini sangat tragis mengingat mereka sudah unggul tujuh poin atas City di tengah kompetisi.
Kondisi itu makin menyakitkan dengan melihat sederet penghargaan individu disabet pemain-pemain Liverpool. Mohamed Salah dan Sadio Mane jadi top skor Liga Inggris musim ini dengan torehan 22 gol, bek Virgil van Dijk terpilih sebagai Pemain Terbaik versi PFA dan Liga Primer.
Salah satu rekrutan baru Liverpool di musim ini Alisson Becker terpilih menjadi Kiper Terbaik mencatatkan 21 clean sheet. Ditambah lagi, total 97 poin Liverpool di musim ini merupakan yang paling tinggi sepanjang sejarah klub.
Dengan torehan-torehan di atas, Liverpool sudah cukup memiliki modal untuk jadi juara. Akan tetapi, kesalahan-kesalahan dengan banyak kehilangan poin menjadi ganjalan bagi Liverpool untuk menjadi yang terbaik.
Liverpool bisa juara Liga Primer Inggris jika tidak banyak melakukan kesalahan. Karena dari statistik yang ada, Merseyside Merah lebih layak juara musim ini.
(bac)