Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Panitia Penyelenggara
Indonesia Terbuka 2019, Ahmad Budiharto, meminta pemerintah bangun venue bulutangkis internasional selain Istora Senayan.
Sejauh ini event bulutangkis terfokus di Istora Senayan dengan kapasitas 7 ribu penonton. Jumlah tersebut dianggap masih belum bisa menampung besarnya animo masyarakat.
Saat ini tiket pra jual Indonesia Terbuka 2019 yang dilego melalui sistem
online ludes terjual dalam satu jam setelah resmi dirilis pada 13 Juni lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari total kapasitas 7 ribu penonton, panpel Indonesia Terbuka 2019 hanya menjual 5 ribu tiket. Sisa kursi dipergunakan untuk menempatkan peralatan dan lainnya.
 Istora Senayan masih belum cukup menampung animo penggemar bulutangkis Indonesia. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Tak ayal, jika permintaan tiket menonton yang membludak tak bisa diakomodir sepenuhnya. Namun, panpel masih menyediakan tiket fisik di loket dengan jumlah terbatas.
"Justru saya lagi
nyindir pemerintah. Saya baca di media, pemerintah mau bangun sekian
venue, tapi saya lihat fokusnya di daerah-daerah. Bikin
venue, dong. Jangan mengandalkan Djarum saja," ucap Budi.
Menurut Budi, Papua akan menjadi salah satu lokasi pembangunan venue bulutangkis. Meski mendukung rencana pemerintah, namun Budi berharap ada penambahan stadion internasional di daerah yang lebih mudah terjangkau demi memangkas biaya akomodasi.
Budi yang juga menjabat Sekjen PBSI menjelaskan, biaya untuk menggelar turnamen level dunia tidak murah. Dana sekitar Rp40 miliar dibutuhkan untuk menggelar Indonesia Terbuka.
"Ada 40 penonton dari Denmark yang minta diakomodir tiketnya. Mereka penonton biasa dan kesulitan mencari tiket. Sebenarnya itu biasa, seperti di All England juga ada penonton dari luar. Biasanya Eropa dari Denmark, kalau Asia dari Jepang dan China. Kalau hotel mereka sudah pesan sendiri, tiket saja belum dapat," terang Budi.
(jun/ttf/jun)