Jakarta, CNN Indonesia -- Pernah berstatus sebagai raja ring tinju membuat
Mike Tyson sempat lupa diri.
Pada 2003 The New York Times mencatat, Tyson pernah memiliki kekayaan hingga US$400 juta atau setara Rp3,4 triliun (kurs pada 2003 1 US$ = Rp8.500). Kekayaan itu didapatkan dari sejumlah pertandingan bergengsi.
Dengan kekayaan tersebut petinju berjulukan Si Leher Beton masuk dalam jajaran atlet kaya di dunia. Hidup bergelimang harta yang membuatnya 'buta'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hidupnya banyak dihamburkan dengan berfoya-foya. Masih dalam laporan The New York Times, Tyson pernah dengan entengnya memborong aneka perhiasan super mewah ketika berada di Las Vegas.
Tanpa pikir panjang, Tyson membeli kalung emas besar bertabur berlian 80 Karat seharga $173.706 (Rp1,4 miliar) di salah satu toko perhiasan di kota itu. Semua perhiasan mewah yang dibelinya di toko tersebut rupanya dibeli dengan utang.
 Mike Tyson saat menjatuhkan Trevor Berbick di ring tinju. (Foto: AFP FILES / AFP) |
Total Tyson harus berutang hingga US$23 juta (Rp195 miliar). Angka itu hanya bagian dari utang-utang dalam berkas pailit sang petinju yang disertakan pada Persidangan Kepailitan Amerika Serikat di Manhattan pada Desember 2003.
Dia memang biasa berutang dengan toko perhiasan mewah itu karena mengenal dengan baik pemilik toko.
"Saya sudah mengenalnya sangat lama, saya memberikannya perhiasan dan dia akan bayar kemudian. Dia membuka kartu kredit kepada saya. Dia melewati masa naik dan turun, tapi dia memiliki iktikad baik [untuk melunasi utang]," kata sang pemilik toko, Mordechai Yerushalemi dikutip dari The New York Times.
Belum lagi barang-barang mewah yang dia beli menunjukkan betapa Tyson saat itu benar-benar di luar kontrol. Total perhiasan mahal, rumah besar, mobil-mobil dan motor mewah, telepon seluler, baju-baju mahal, dan pesta-pesta semakin menyusutkan kekayaan.
Masalahnya, Tyson tak lagi diperhitungkan dan memiliki nilai jual tinggi di atas ring memasuki usia 37. Ketika masih masa jaya, Si Leher Beton dibayar hingga US$30 juta sekali bertanding. Namun, nilai jualnya jauh menurun ketika dia tak lagi muda.
 Mike Tyson mengalami kebangkitan pada 2003. (Foto: REUTERS/Danny Moloshok) |
Di sisi lain, utang demi utang terus menumpuk hingga dia akhirnya dinyatakan bangkrut pada akhir 2003. Namun dalam surat pernyataan kepailitannya, terungkap bahwa Tyson sudah mengalami kesulitan keuangan sejak 1998. Terlalu banyak tagihan yang tak mampu dibayar.
"Saat itu meski pendapatan saya dari bertarung, sejumlah hasil penjualan aset, pemulihan jaminan mampu membayar utang saya yang banyak, saya tetap tak mampu membayar tagihan," demikian pernyataan Tyson dalam surat tersebut.
Belum lagi urusan perceraiannya dengan mantan istri, Monica Turner, juga menghabiskan banyak uang sehingga semakin membuatnya defisit.
Sudah jatuh, tertimpa tangga. Begitu penderitaan yang dialami Tyson ketika tak lama kemudian dia masuk penjara karena menggunakan kokain. Butuh lebih dari satu dekade baginya untuk menjalani masa-masa rehabilitasi.
"Saya merasa tidak akan berhasil [melanjutkan hidup] pada 30-an. Pengalaman di usia itu amat menakutkan. Kemana mereka?" ujar Tyson yang sudah 50 tahun ketika diwawancarai
CNN pada 2017.
Perlahan tapi pasti dan penuh susah payah, Tyson mulai bangkit dari keterpurukan pada 2015. Dia mencoba memulai dari nol.
Pria yang pernah mempertahankan gelar juara tinju dunia kelas berat selama 20 tahun menjual rumah mewah di Las Vegas sebesar US$1,5 juta (Rp22 miliar) demi melanjutkan hidup secara sederhana.
Upaya kebangkitannya dari keterpurukan mulai menemui titik cerah ketika ia berkecimpung dalam bisnis ganja. Ia mengambil kesempatan emas ketika negara bagian California melegalkan ganja per 1 Januari 2018 dengan membuka bisnis tersebut.
(bac/ptr)