Jakarta, CNN Indonesia --
PP PBSI mengatakan konflik antara
PB Djarum dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (
KPAI) membuat atlet pelatnas tidak tenang.
Polemik tersebut muncul setelah KPAI menuding ajang audisi beasiswa yang digelar PB Djarum memiliki unsur eksploitasi anak. KPAI juga meminta PB Djarum menghilangkan merek Djarum dalam kegiatan audisinya.
Guna mengakhiri kekisruhan itu PB Djarum memutuskan meniadakan audisi umum pada 2020. Keputusan itu disayangkan banyak pihak karena dikhawatirkan menghambat pembibitan dan pembinaan atlet badminton Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PBSI berharap, mediasi dari Kemenpora yang mempertemukan PB Djarum dengan KPAI pada Kamis (12/9) bisa memberikan jalan keluar dari polemik tersebut.
"Mau enggak mau ini juga berpengaruh pada atlet, terutama atlet-atlet yang berasal dari PB Djarum. Karena mereka sempat salah presepsi, dikiranya nama Djarum harus hilang, mereka semua keberatan," ujar Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiharto usai mediasi.
 PBSI berharap PB Djarum tetap melakukan perekrutan atlet badminton potensial. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama) |
"Baik alumni maupun yang masih bermain keberatan. Termasuk [soal] diklaim mereka dieksploitasi, enggak ada. Paling tidak kalau tidak ada ramai-ramai mereka bisa tenang," ucap Budiharto menambahkan.
[Gambas:Video CNN]Dalam kesempatan tersebut Budiharto juga mengingatkan, bahwa PBSI terikat dengan regulasi Federasi Badminton Dunia (BWF) yang tidak mengizinkan rokok dalam bisnis olahraga tersebut. Namun BWF menerima mereka Djarum Foundation.
"Artinya di level internasional bisa [diterima]. Kenapa kami harus patuh dan taat, kalau tidak kami dihukum, baik atlet maupun kegiatannya," tutur Budiharto.
PBSI juga menyayangkan KPAI yang bermain dengan persepsinya masing-masing. Namun PBSI senang KPAI mencabut surat penghentian audisi umum.
"Memang orang datang ke audisi karena nama PB Djarum, karena reputasi PB Djarum dan eksistensinya," kata Budi.
Ke depannya PBSI berharap PD Djarum tetap gelar dalam perekrutan pemain dan memberikan kesempatan kepada masyarakat Indonesia menjadi atlet badminton sekalipun menggunakan metode yang berbeda.
(ttf/bac)