Jakarta, CNN Indonesia -- Konflik kepengurusan Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) tak kunjung beres. Hal itu berimbas dengan tidak dikirimkannya atlet tenis meja ke
SEA Games 2019 di Manila.
Dalam waktu empat tahun terakhir PTMSI terpecah jadi tiga. PTMSI yang diketuai Oegroseno, Lukman Eddy, dan Peter Layardilay mengklaim sebagai kepengurusan PTMSI yang sah periode 2018-2022.
Peter sendiri menggantikan Tahir yang telah memilih mundur dari jabatannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dualisme di PTMSI sendiri sudah muncul saat Lukman Edy terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) tahun 2016 lalu. Lukman Edy menggantikan mantan ketua DPR RI, Marzuki Alie.
[Gambas:Video CNN]Saat itu sudah muncul PTMSI yang dipimpin oleh Oegroseno. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) kala itu mengakui PTMSI pimpinan Lukman, namun induk organisasi tenis meja yang dipimpin Oegroseno baru saja memenangkan kasasi di tingkatan Mahkamah Agung.
Perpecahan di tubuh PTMSI itu pun terus berlanjut hingga kini. Konflik tersebut kembali mengemuka saat berlangsungnya Kongres pemilihan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) periode 2019-2023 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta pada 9 Oktober lalu.
Perwakilan PTMSI pimpinan Peter tidak diperbolehkan masuk ke ruangan meski mengklaim dapat undangan dan mandat untuk masuk ke area Kongres. Pihak keamanan KOI melarang mereka untuk masuk dan menyebut tidak ada mandat bagi PTMSI.
Meskipun sudah memperlihatkan surat yang disebut mandat bagi PB PTMSI untuk masuk, tapi pihak keamanan tetap tak memberikan izin. Bahkan pihak Peter ngotot mengaku sudah mendapatkan izin mengikuti kongres dari Ketua Umum KOI Erick Thohir.
"Kami mau masuk tapi ini tidak diberi izin. Kami ini punya mandat, jadi bohong kalau kami tidak diundang. Kami tidak mungkin tidak berdasar. Kami yang resmi, Pak Tono [Ketua KONI 2011-2019] yang lantik kami. Kami menuntut kebenaran," ujar Humas PTMSI Juhara, ketika itu.
Erick yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua Umum KOI juga memberikan respons. Pria yang kini menjabat sebagai Menteri BUMN itu tidak mengizinkan satu pun pengurus federasi tenis meja ke arena kongres agar berjalan adil.
"Sekarang jika satu cabang terpecah menjadi tiga kepengurusan yang salah siapa? Cabornya dong. Jadi jika KOI mengambil kebijakan, kalau selama pecah tak boleh ada yang masuk, boleh dong?" ucap Erick.
(jal/bac)