Politik Uang Lumrah Terjadi di Kongres PSSI

CNN Indonesia
Jumat, 01 Nov 2019 17:48 WIB
Sejumlah calon Ketua Umum PSSI mengakui praktik politik uang sebagai persoalan lumrah terjadi di sela-sela Kongres PSSI.
Ilustrasi Kongres PSSI. (CNN Indonesia/Titi Fajriyah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah menjadi rahasia umum jika politik uang marak terjadi di Kongres Pemilihan PSSI. Namun, praktik kotor tersebut hingga kini belum pernah benar-benar terbukti.

Para voter atau pemilik suara adalah penentu masa depan PSSI. Nasib calon Ketua Umum dan Exco PSSI berada di tangan mereka. Di pundak voter pula muruah PSSI menjadi rusak karena politik uang.

Saat ini, Komite PSSI menetapkan pemilik suara untuk Kongres Pemilihan 2 November 2019 berjumlah 86 voter. Terdiri dari 34 asosiasi provinsi (Asprov), 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3, dan 1 asosiasi futsal (Federasi Futsal Indonesia/FFI) serta asosiasi sepak bola putri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Calon Ketua Umum PSSI Vijaya Fitriyasa menilai, ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021 bisa jadi momentum bagi voter untuk memilih pengurus PSSI yang ideal dan tidak mudah diming-imingi uang.

[Gambas:Video CNN]
"Jadi orang-orang yang jelas-jelas sudah gagal, terlibat mafia bola, jangan lagi dipilih, jangan takut diintimidasi, ditekan, dan juga jangan mau diiming-imingi uang hanya untuk memilih calon tertentu," kata Vijaya dalam program Mata Najwa, Rabu (30/10).

"Terus terang saya sudah ditawari. Mereka bilang kelompok sebelah sana sudah minta Rp300 juta untuk satu voter dan saya tidak mau," ujarnya.

La Nyalla Mattalitti yang pernah menjabat Ketua Umum PSSI tak membantah keberlangsungan praktik politik uang yang melibatkan voter.

"Itu (politik uang) hal biasa di PSSI. Mudah-mudahan para voter kalau sadar mereka tidak akan mau melaksanakan Kongres tanggal 2 November. Lebih baik 25 Januari seperti rekomendasi FIFA," ujarnya.

Politik Uang Lumrah Terjadi di Kongres PSSI
"Saya dengar ketika saya masih di penjara, Ketua PSSI terpilih setelah saya harus mengeluarkan biaya Rp50 miliar habisnya. Para voter ini tiap bulan ada Kongres PSSI bakal senang," sambung La Nyalla yang juga menjabat Ketua DPD RI.

Komite Pemilihan (KP) PSSI memang jauh-jauh hari sudah mewanti-wanti praktik politik uang pada Kongres Pemilihan PSSI 2019. KP mengimbau setiap calon ketua umum, wakil ketua umum, dan anggota Komite Eksekutif (Exco) untuk tidak melakukan 'serangan fajar' terhadap para pemilik suara.

Kongres Pemilihan PSSI bakal berlangsung pada 2 November 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat. Konvensi tersebut akan memilih satu ketua, dua wakil ketua, dan 12 anggota Exco untuk periode 2019-2023.

Para voter PSSI selain berdaulat juga punya tanggung jawab moral kepada pencinta sepak bola Indonesia. Jika salah pilih, maka jutaan pencinta sepak bola Indonesia kembali jadi korban politik uang pemilik suara PSSI. (jun/har)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER