Jakarta, CNN Indonesia --
Rudolof Yanto Basna masih dihantui blunder bersama
Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 dan berlanjut di Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Blunder yang dilakukan pada laga Malaysia vs Indonesia jadi salah satu bukti keteledoran Yanto Basna. Mendapat kepercayaan sebagai kapten, pemain kelahiran Sorong, Papua Barat, itu malah melakukan dua kesalahan fatal.
Kesalahan pertama Yanto Basna terjadi saat pertandingan baru berjalan 30 menit. Ia melakukan pelanggaran keras kepada Muhammad Safawi Rasid di luar kotak penalti sehingga berbuah tendangan bebas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Safawi yang maju sebagai eksekutor tendangan bebas berhasil menuntaskan tugasnya dengan baik. Sepakan kaki kiri Safawi berhasil melewati barisan pertahanan Indonesia dan menerobos kiri gawang Muhammad Ridho.
[Gambas:Video CNN]Indonesia yang bermain cukup impresif harus rela tertinggal 0-1 dari Malaysia di babak pertama.
Blunder kedua Yanto Basna terjadi di pengujung babak kedua, tepatnya pada menit ke-85. Usahanya untuk melindungi bola di tepi kotak penalti gagal total dan malah bisa dicuri Safawi Rasid.
Kesalahan antisipasi Yanto Basna kali ini benar-benar fatal. Safawi yang berhasil mencuri bola langsung menghunjamkan tembakan keras dari jarak dekat yang tak sanggup dibendung kiper Muhammad Ridho.
Dua blunder Yanto Basna membuat Indonesia harus pulang dengan kepala tertunduk. Sempat tampil impresif dan memiliki sederet peluang emas, skuat Garuda dipaksa menyerah 0-2 di Stadion Nasional Bukit Jalil.
 Yanto Basna sudah memperkuat Timnas Indonesia level senior sejak 21 tahun. (Antara/Wahyu Putro A) |
Mantan pemain Persib Bandung dan Mitra Kukar itu pun jadi bulan-bulanan suporter 'kejam' Indonesia di media sosial. Yanto Basna dianggap tak pantas menyandang ban kapten tim Merah Putih.
Sebelumnya, Yanto Basna juga pernah melakukan blunder dua kali saat Indonesia kalah 1-3 dari Vietnam. Terparah, gol kedua Vietnam yang dicetak Que Ngoc Hai terjadi karena pelanggaran Yanto Basna di kotak penalti.
Jauh sebelumnya, Yanto Basna juga pernah dihujat suporter di Piala AFF 2016. Sejumlah blunder seperti salah memberikan umpan di daerah pertahanan sendiri saat tumbang 2-4 dari Thailand jadi penyebabnya.
Akibatnya di fase gugur Piala AFF 2016, posisi Yanto Basna digantikan Hansamu Yama Pranata. Sayang, Indonesia gagal juara usai kalah dari Thailand di final.
Meroket di Piala Jenderal SudirmanNama Yanto Basna meroket usai terpilih sebagai pemain terbaik turnamen Piala Jenderal Sudirman 2016. Pesepakbola asal Papua itu berhasil mengalahkan empat kandidat lain, yakni Cristian Gonzales, Rizky Pellu, Jandia Eka Putra, dan Nur Iskandar.
Selain menyandang gelar pemain terbaik, mantan pemain Timnas Indonesia U-23 itu juga sukses mengantar Naga Mekes menjadi juara di turnamen tersebut. Di partai final, Mitra Kukar berhasil mengalahkan Semen Padang dengan skor 2-1.
Pelatih Alfred Riedl pun tak ragu memboyongnya ke Piala AFF 2016. Namun, ia tak lagi mendapat tempat di era Luis Milla tapi kembali dipercaya Simon McMenemy.
Yanto Basna memang diberkahi dengan skill komplet sebagai pemain belakang. Ia juga memiliki ketenangan dan olah bola yang ciamik. Namun, tak jarang konsentrasinya buyar ketika bermain terlalu percaya diri.
 Yanto Basna dua kali melakukan blunder lawan Malaysia. (AP Photo/Vincent Thian) |
Sederet kesalahan fatal di timnas seharusnya bisa jadi pengalaman berharga untuk Yanto Basna. Namun, bek klub Liga Thailand Sukhothai FC itu belum juga menunjukkan kedewasaan di sejumlah laga Kualifikasi Piala Dunia 2022.
Karier pengagum Eduard Ivak Dalam dan Victor Igbonefo masih panjang dan masih terbuka lebar jika mampu mengatasi tekanan di lapangan. Segala kritik dan hujatan mesti dijadikan pelecut mental bukan malah membuatnya makin terpuruk.
Yanto Basna sebetulnya bukan pemain sembarangan. Ia menjadi salah satu pemain muda Indonesia yang punya nyali dan kualitas untuk bermain di kompetisi luar negeri.
Dua tahun di Liga Thailand bersama Khon Kaen dan Sukhothai seharusnya bisa menempa Yanto Basna jadi pemain yang lebih baik lagi. Setidaknya meminimalisir risiko blunder di laga internasional.
(ptr)