Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir semua elemen pertandingan di
Liga 1 2020 terkena dampak vakumnya kompetisi akibat wabah
virus corona (Covid-19). Termasuk di antaranya para wasit yang biasa bertugas.
Salah satu wasit yang merasakan dampaknya yakni, Thoriq Al Katiri, wasit utama yang sudah memiliki lisensi wasit profesional dari AFC. Ia harus memutar otak untuk tetap bisa membuat segala kebutuhan keluarganya terpenuhi di tengah krisis.
Bagaimana tidak, profesi wasit tidak memiliki gaji tetap per bulan. Gaji baru didapat setiap mereka selesai memimpin pertandingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua wasit merasakan dampaknya, kok [vakum kompetisi]. Selama ini saya mengandalkan pemasukan dari pekerjaan saya sebagai wasit profesional," ucap Thoriq kepada CNNIndonesia.com, Kamis (2/4).
Mirisnya, dampak vakumnya kompetisi akibat virus corona itu terjadi setelah PSSI tengah berupaya meningkatkan kesejahteraan wasit di Indonesia. Salah satunya dengan menaikkan gaji sebesar 38 persen dari sebelumnya ditaksir mencapai Rp5 juta per pertandingan.
 Ilustrasi laga Liga 1 2020 antara Persita Tangerang vs Persiraja Banda Aceh. (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani) |
Meski begitu, Thoriq mengaku sudah memahami segala risiko dan situasi yang bakal terjadi atas pilihan profesinya sebagai wasit.
"Profesi wasit itu ada yang memang
full time sebagai profesional wasit, ada juga yang tidak. Sekitar 40 persen wasit yang ada itu
full time referee. Mereka mengandalkan pekerjaannya sebagai wasit untuk menghidupi keluarga dengan segala cara. Yang lain ada juga yang sebagai guru, PNS, tentara selain jadi wasit," jelas Thoriq.
Dalam situasi seperti ini, Thoriq bersyukur karena masih bisa menggunakan simpanan uang tabungannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, sambil berjalan ia mulai berpikir membuat usaha untuk memutar uang yang bisa digunakan agar dapur tetap mengepul.
Terlebih, kondisi saat ini dianggap Thoriq jauh lebih baik ketimbang ketika PSSI disanksi FIFA dan kompetisi berhenti selama kurang lebih setahun.
"Empat tahun lalu ketika kompetisi dihentikan [PSSI disanksi FIFA] saya sudah berpengalaman. Sekarang sementara pakai uang simpanan yang sebelumnya ditabung. Sambil berjalan, sambil berpikir bikin usaha. Apa yang terpikirkan nanti dijalankan saja," ujar Thoriq.
Di sisi lain, Thoriq juga berpikir di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang sedang lesu, membuka usaha bukan hal yang mudah. Sebab itu, ia merasa harus lebih pintar dalam memutar otak untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
"Situasnya lebih sulit waktu [PSSI] dibekukan. Kalau sekarang wabah internasional, dampaknya global. Semua kena dampak dan ikut merasa kesusahan," imbuhnya.
Thoriq menilai beban yang sama juga dirasakan hampir seluruh perangkat pertandingan di seluruh dunia. Kebanyakan mereka dibayar per pertandingan.
"Mungkin di Liga Inggris yang saya tahu mereka punya badan sendiri, dan wasitnya dikontrak selama beberapa tahun. Efeknya berasa banget buat
full time referee. Tapi ini risiko pekerjaan jadi harus pintar-pintar putar otak."
"Semoga kondisinya cepat pulih, bisa normal lagi. Kondisi ini juga ada hikmahnya jadi kita bisa kumpul sama keluarga di rumah," tutur Thoriq.
(ttf/bac)