Nova Arifianto
Nova Arifianto
Separuh suporter, separuh reporter. Sempat memperkuat beberapa stasiun televisi sebelum hijrah ke CNNIndonesia.com

Bait Lara Didi Kempot dalam Rindu Prestasi Timnas Indonesia

Nova Arifianto | CNN Indonesia
Rabu, 06 Mei 2020 19:11 WIB
Pemain Timnas Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum bertanding dengan Timnas Malaysia saat laga perdana Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2019).
Timnas Indonesia sudah lama tak berprestasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Didi Kempot tak punya hubungan langsung dengan Timnas Indonesia. Namun, lantunan Godfather of Broken Heart itu sedikit mewakili nestapa suporter akan prestasi Tim Merah Putih.

Sulit menemukan hubungan Didi Prasetyo, nama asli Didi Kempot, dengan sepak bola. Wajar, lantaran panggung almarhum memang berada cukup jauh di luar stadion.


Kendati demikian lagu-lagu Didi Kempot sayup-sayup terdengar di balik tembok-tembok tribune, pintu-pintu ruang ganti, hingga mes pemain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemain-pemain junior macam Brylian Aldama dan Amiruddin Bagus Kahfi fasih melantunkan tembang pop jawa karya Didi Kempot. Mantan pemain Timnas Indonesia, Indriyanto Setyo Nugroho, yang kini menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-16 juga pernah pamer nyanyi lagu Didi Kempot di media sosial.

Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa (5/5). (CNNIndonesia/Tri Wahyuni)Didi Kempot meninggal dunia pada Selasa (5/5). (CNNIndonesia/Tri Wahyuni)
Rasanya tak cuma Brylian, Bagus, atau coach Nunung saja yang menggemari lagu-lagu Didi Kempot. Pasti banyak aktor lapangan hijau yang menyukai lagu seperti 'Cidro' hingga 'Suket Teki'.

Lebih dari sekadar menjadi karya favorit pesepakbola, lagu ciptaan Didi Kempot yang selama ini kadung identik dengan patah hati juga memiliki rasa yang senada mengenai prestasi sepak bola Indonesia.

Kerinduan menjadi juara, kegagalan meraih trofi dan medali emas, mengingat prestasi Tim Garuda, atau membayangkan kegemilangan di podium merupakan ejawantah dari sebuah rasa gundah di lapangan yang tak kalah pahit dibandingkan kegetiran gagal dalam kehidupan percintaan.

Lagu Didi Kempot adalah nyanyian suporter Timnas Indonesia yang belum pernah lagi berpesta melihat tim kesayangannya menjadi juara. Fan Timnas Indonesia tak ubahnya sadbois dan sadgirls yang masih terus percaya skuat Merah Putih bakal tampil jadi kampiun.

GIF Banner Promo Testimoni
Masalah kangen akan gelar tak beda jauh dengan problematika long distance relationship atau long distance marriage yang disuarakan adik pelawak Mamiek Prakoso tersebut.

Lagu 'Layang Kangen' yang bercerita soal hubungan terpisah jarak dan nasihat untuk tambatan hati agar kuat menjalani kisah kasih antarkota atau antarprovinsi atau bahkan antarnegara, pas pula dikaitkan dengan kekangenan merayakan kemenangan dan pesan agar suporter tak lemah hati dalam mendukung kiprah Timnas Indonesia di manapun berlaga.

Rindu gelar merupakan hal akut bagi penggemar Timnas Indonesia karena dipaksa mengulang memori yang 'itu-itu lagi' perihal kejayaan Indonesia di sepak bola.

Fan Liverpool kerap diejek lantaran sudah lama tak juara Liga Inggris. Kendati demikian, pendukung The Reds bisa membanggakan dua keberhasilan di Liga Champions di saat mereka gagal memuncaki liga domestik.

Buat pendukung Indonesia, apa yang mau dibanggakan? SEA Games 1991 tak relevan lagi bagi suporter-suporter ABG seangkatan Brylian dan Bagus yang belum lahir ketika Widodo Cahyono Putro dan kawan-kawan meraih emas di Manila.

Sejak 1991 hingga kini sebenarnya ada gelar Piala Kemerdekaan 2008 yang diraih di level Timnas senior. Mohon maaf, tetapi apa yang bisa dibanggakan dari gelar kejuaraan persahabatan yang didapat karena lawan mundur di tengah pertandingan?

[Gambas:Video CNN]
Indonesia juga merebut gelar Piala AFF U-19 2013, Piala AFF U-16 2018, dan Piala AFF U-22 2019. Tapi, apakah negara macam Brasil, Italia, dan Jerman dipandang sebagai negara sepak bola karena prestasi tim juniornya?

Dalam salah satu hits berjudul 'Sewu Kuto', Didi Kempot menuliskan lirik mengenai keinginan melupakan nama sang mantan dari dalam hatinya. Apa mau dikata, keinginan kuat tersebut tak bisa terwujud karena hati sudah telanjur terpagut cinta yang mendalam pada masa lalu yang indah.

Suporter Timnas Indonesia pun berupaya melupakan satu nama yang begitu mereka benci karena dianggap sudah menyakiti hati begitu lama.

Bukan Nurdin Halid, bukan Nirwan Bakrie. Jangan pula berpikir Djohar Arifin atau La Nyalla Mattalitti. Edy Rahmayadi atau Mochamad Iriawan pun bukan, apalagi Ratu Tisha.

Satu nama yang coba dilupakan suporter adalah PSSI, Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia.

Ragam tingkah orang-orang di PSSI, yang mungkin disebut namanya pada paragraf sebelumnya, bisa menjadi pangkal penyebab rasa kesal suporter. Selain itu jangan lupa faktor prestasi Tim Merah Putih yang jauh panggang dari api.

Timnas Indonesia tidak pernah menjadi juara sejak SEA Games 1991.Timnas Indonesia tidak pernah menjadi juara sejak SEA Games 1991. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Alih-alih melupakan nama PSSI, suporter malah kerap menemukan nama organisasi tersebut dalam bentuk berita-berita miring mengenai liga yang tak jelas, nepotisme, juga tulisan dalam jersey terbaru Timnas Indonesia.

Kedongkolan fan terhadap PSSI pun dapat pula tergambar dalam lagu 'Suket Teki'. Bercerita tentang kerelaan seseorang melupakan sosok yang terus berbuat salah tanpa pernah mau mengaku kekeliruannya, salah satu lagu pertama Didi Kempot itu juga relevan dengan jengah dan bosan masyarakat terhadap kontroversi-kontroversi PSSI.

Harapan itu bisa 'membunuh'. Didi Kempot sepertinya paham dan menuangkan perihal keinginan-keinginan yang tak kesampaian dalam lirik-liriknya, salah satunya adalah 'Kalung Emas' yang bercerita tentang pengorbanan tak berbalas.

Sebangun sependirian dengan hal tersebut, ada pula suporter-suporter yang kerap dikecewakan oleh harapannya sendiri mengenai kemenangan atau kejayaan Timnas. Puluhan atau ratusan ribu rupiah yang bisa digunakan untuk mengenyangkan perut rela ditukar selembar tiket. Alih-alih melihat kemenangan, justru kekalahan yang kerap disaksikan.

Dari sekian banyak tema duka hati yang ditawarkan Didi Kempot seperti dalam langgam 'Dalan Anyar', mungkin hanya soal perselingkuhan yang tidak masuk dalam kaitannya dengan Timnas Indonesia dan suporter. Hal ini bisa jadi lantaran persekongkolan atau penyelewengan di belakang layar yang melibatkan tim berlambang Garuda di dada lebih sulit dibuktikan ketimbang masalah-masalah perselingkuhan pacar atau suami-istri.

Satu hal lain yang menjadi ciri khas Didi Kempot adalah mengungkit kenangan pahit di sebuah venue perpisahan, macam 'Stasiun Balapan' atau 'Terminal Tirtonadi'. Persis seperti kidung-kidung bernuansa lokasi yang dipopulerkan Didi Kempot, fan Timnas Indonesia pun memiliki lokasi ambyarnya sendiri.

Jika cinta versi Didi Kempot harus berakhir di Stasiun Balapan Solo, maka penyokong-penyokong Merah Putih juga pernah merasakan gundah gulana lantaran kegagalan demi kegagalan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, baik di SEA Games, Piala AFF, atau kualifikasi Piala Dunia.

"Ning Stadion Senayan rasane koyo wong kelangan, pialane ninggal aku."

Di balik lagu-lagu patriotisme dan yel-yel penuh semangat dari bangku tribune saat Timnas Indonesia bermain, terdapat realita fan sepak bola yang seirama dengan kekecewaan-kekecewaan hati Didi Kempot.

Sugeng tindak, Pakdhe. (har)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER