Jakarta, CNN Indonesia --
Tontowi Ahmad yang memutuskan pensiun dari dunia bulutangkis, Senin (18/5), dianggap pelatih
Richard Mainaky sebagai atlet penurut dan mudah ditangani.
Richard mengaku mengenal sosok Tontowi sebatas di dalam lapangan dan tidak terlalu tahu pribadi pebulutangkis kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, 18 Juli 1987 itu di luar lapangan.
"Orangnya enak. Selama saya melatih Owi [Tontowi] tidak susah karena orangnya penurut. Apa yang saya bilang selalu dijalani, dilakukan. Kalau saya bilang lakukan A, ya dia lakukan. Anaknya enggak bandel," kata Richard kepada
CNNIndonesia.com, Senin (18/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar lapangan, Tontowi dikenal Richard sebagai sosok yang peduli dengan teman. Terlebih saat Tontowi harus menjalani pertandingan di luar Indonesia.
"Orangnya cukup perhatian. Biasanya dia tanya 'Kak, sudah makan belum? Mau dibungkus apa?' Anaknya perhatian juga," ucap Richard.
Bakat Tontowi mencuri perhatian Richard yang akhirnya memutuskan untuk menduetkan Owi dengan Liliyana Natsir. Sederet prestasi gemilang ditorehkan Tontowi/Liliyana yang berpasangan sejak 2010.
[Gambas:Video CNN]Mulai dari emas Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, dua kali juara dunia bulutangkis (2013 dan 2017),
hattrick All England (2012, 2013 dan 2014), juara Asia 2015 sampai juara SEA Games di 2011.
Tontowi/Liliyana juga rajin menjadi juara di
single event turnamen bulutangkis bergengsi internasional. Sebut saja dua kali juara Indonesia Open serta 25 gelar turnamen BWF series lain di berbagai level.
"Kenangan saya bersama Owi yang paling berkesan itu otomatis ketika dia bersama Butet tiga kali berturut-turut juara di All England. Itu tidak mudah, lawannya sama seperti di Olimpiade. Mereka juga dua kali juara dunia dan emas Olimpiade."
"Apalagi Olimpiade itu sejarah buat saya setelah ganda campuran tidak pernah dapat emas. Jadi kalau yang berkesan itu tiga-tiganya, tidak bisa salah satu, harus satu paket," ucap Richard.
(ttf/har)