Jakarta, CNN Indonesia -- Pelatih bulutangkis ganda campuran nasional, Richard Mainaky menceritakan kisah
'soulmate' antara
Tontowi Ahmad dan
Liliyana Natsir.
Richard menjadi sosok penting duet Tontowi dan Liliyana pada 2010 silam, sekaligus menjadi saksi suka dan duka perjalanan karier Tontowi bersama Liliyana yang akrab disapa Butet.
Salah satu momen yang membangkitkan kembali prestasi Owi/Butet adalah ketika keduanya menjalani pelatihan di Kudus. Selain didampingi psikolog, mantan pasangan ganda campuran nomor satu Indonesia itu juga dipantau legenda Christian Hadinata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Richard menuturkan sosok yang pernah menjadi atlet dan pelatih badminton Merah Putih itu menyebut Owi dan Butet tak ubahnya seperti belahan jiwa.
 Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir telah menghadirkan banyak gelar untuk Indonesia. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
"Saat sedang
briefing, saya panggil Koh Chris [Christian Hadinata]. Lalu Koh Chris bilang ke mereka bahwa mereka berdua adalah
soulmate, belahan jiwa masing-masing. Butet belahan jiwa buat Owi, begitu juga Owi yang jadi belahan jiwa Butet. Jadi apa yang dilakukan Butet, Owi harus terima dengan tulus."
"Setelah itu baru terjadi lonjakan besar buat mereka sampai puncaknya di Olimpiade 2016. Itu karena mereka menyadari kalau mereka berdua itu
soulmate," ujar Richard dalam perbincangan bersama
CNNIndonesia.com, Senin (18/5).
Layaknya kehidupan pasangan yang tak melulu romantis, Owi dan Butet pun tak lepas dari momen surut. Salah satu yang diceritakan Richard adalah ketika Tontowi merasa risih saat pasangannya yang akrab disapa Butet itu selalu memarahinya di lapangan ketika ia melakukan kesalahan.
Richard mengatakan sebenarnya Tontowi sempat tidak tahan juga saat sering dimarahi Liliyana. Bahkan menurutnya, Owi pernah memakai bahasa tubuhnya untuk mengungkapkan rasa tidak setuju dengan gerak-gerik Butet yang menyalahkan dia.
"Sebelum mereka saya pisahkan di Hong Kong, saya pernah panggil Butet dan bilang ke dia, 'Saya minta kamu saat bertanding tidak boleh marah, komplain atau dengan bahasa tubuh yang buat Owi tidak enak.' Saya minta Butet konsentrasi sama dirinya sendiri saja."
"Setelah diterapkan dipertandingan sama Butet, hasilnya main mereka cuma keluar 30 persen. Mainnya tidak enak. Owi juga tidak enak, terus minta ke saya supaya Butet marah-marah ke dia lagi. Saya bilang, 'Butet itu bukan marah, tapi dia enggak mau kalah. Jadi dia kasih kamu motivasi. Mungkin caranya kamu tidak suka, tapi tujuannya bagus.' Saya sama Butet sampai ketawa lihat Owi," ungkap Richard.
Setelah itu, keduanya sama-sama berjuang mencapai puncak prestasi di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil.
[Gambas:Video CNN] (ttf/nva)