ANALISIS FINAL LIGA CHAMPIONS

Hukuman Bayern Munchen untuk PSG yang Terlalu Baik

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Senin, 24 Agu 2020 07:32 WIB
Bayern Munchen yang lebih matang menghukum PSG yang kehilangan keganasan dalam penyelesaian peluang di final Liga Champions.
PSG bakal menyesali kegagalan mereka memanfaatkan peluang untuk unggul lebih dulu. (AP/Manu Fernandez)
Jakarta, CNN Indonesia --

Duel Paris Saint Germain (PSG) lawan Bayern Munchen pada final Liga Champions berlangsung sengit dan menarik. Namun kegagalan PSG memanfaatkan sejumlah peluang di babak pertama membuat mereka akhirnya dihukum oleh Bayern Munchen.

PSG memilih untuk memainkan 4-3-3 dengan false nine sehingga Kylian Mbappe, Neymar, dan Angel Di Maria bergerak bebas di lini depan. Sementara itu, Bayern Munchen memilih menurunkan formasi 4-2-3-1 dengan mengandalkan Robert Lewandowski sebagai ujung tombak.

Dari segi kecepatan, PSG lebih mampu menunjukkan kecepatan mereka di babak pertama. Dua peluang PSG hadir lewat serangan cepat, yaitu saat tendangan Neymar digagalkan oleh Manuel Neuer dan kedua saat tendangan Angel Di Maria masih melambung di atas gawang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski Bayern Munchen tak bisa melancarkan serangan cepat lantaran fullback PSG jarang naik dan tiga gelandang sejajar mereka kompak membantu pertahanan, Munchen punya cara lain untuk menggedor pertahanan PSG.

Dengan memanfaatkan Lewandowski sebagai tujuan umpan, Munchen juga berhasil mendapat dua peluang emas untuk mencetak gol. Pertama saat tendangan Lewandowski menerpa tiang dan yang kedua ketika sundulan Lewandowski dari jarak dekat bisa diblok oleh Keylor Navas.

Kerugian terbesar PSG di babak pertama adalah tidak mampu memaksimalkan keteledoran lini belakang Munchen. Mbappe mendapat bola dan ruang tembak yang terbuka di akhir babak pertama, plus jarak yang dekat dari gawang. Tetapi tendangan Mbappe terlalu lemah sehingga mudah dijinakkan.

PSG's Kylian Mbappe shoots the ball during the Champions League final soccer match between Paris Saint-Germain and Bayern Munich at the Luz stadium in Lisbon, Portugal, Sunday, Aug. 23, 2020. (AP Photo/Manu Fernandez, Pool)Peluang emas Kylian Mbappe ke gawang Neuer. (AP/Manu Fernandez)

Di babak pertama, PSG patut menyesal karena tidak mampu mencatat keunggulan terlebih dulu.

Dengan skema 4-3-3 dan mengandalkan counter attack cepat, PSG bakal bisa lebih memetik keuntungan bila garis pertahanan Bayern Munchen lebih tinggi lantaran mereka coba mengejar ketertinggalan.

Coman Datang dari Balik Bayang Lewandowski

Masuk ke babak kedua dengan skor masih tanpa gol, Bayern Munchen makin mengurung pertahanan PSG. Di satu sisi, Munchen tak lagi bisa menyayat pertahanan PSG lewat kecepatan Serge Gnabry, Kingsley Coman, hingga Alphonso Davies dan Joshua Kimmich.

Namun di sisi lain, bola yang terus bergerak di lini pertahanan PSG membuat Munchen akhirnya sukses menemukan celah di lini pertahanan 'Les Parisiens'.

Umpan-umpan silang, datar maupun lambung, terus dilepaskan Bayern Munchen menuju kotak penalti. Di saat lini pertahanan PSG terlalu fokus pada Robert Lewandowski dan Thomas Mueller yang sering dijadikan tujuan umpan, Kimmich sukses melihat kehadiran Kingsley Coman di arah tiang jauh.

Keberadaan Coman yang dianggap tidak berbahaya dalam skema umpan silang ini yang akhirnya jadi maut bagi PSG. Coman tak dikawal dengan ketat dan sukses menaklukkan Keylor Navas dengan sundulan kepala.

Banner gif video highlights MotoGP

Gol ini juga menunjukkan Bayern Munchen jadi tim yang lebih matang dari segi kolektivitas tim. Ketika Serge Gnabry dikunci rapat, mereka masih punya cara lain untuk mengoyak pertahanan lawan.

Sebaliknya PSG menjalani babak kedua dengan kondisi kesulitan mengembangkan strategi serangan balik yang sempat ampuh di babak pertama.

Trio Ander Herrera, Marquinhos, dan Leandro Paredes memang sukses menutup ruang gerak di sisi lapangan sehingga Munchen tak bisa leluasa bergerak cepat di sektor itu. Namun mereka kesulitan memenangkan perebutan bola sehingga pasokan bola ke Neymar dan kawan-kawan makin minim.

Munchen juga memilih menjegal Neymar dan kawan-kawan selagi bola masih di tengah lapangan meski harus berhadapan dengan risiko kartu dari saku wasit.

Bayern's players celebrate with the trophy after the Champions League final soccer match between Paris Saint-Germain and Bayern Munich at the Luz stadium in Lisbon, Portugal, Sunday, Aug. 23, 2020. (AP Photo/Manu Fernandez, Pool)Bayern Munchen berhasil juara Liga Champions. (AP/Manu Fernandez)

Setelah gol Coman, Munchen memilih menarik keluar Serge Gnabry dan Coman. Munchen memasukkan Philippe Coutinho dan Ivan Perisic. Sedangkan PSG coba mengubah keadaan dengan menurunkan Marco Verratti dan Julian Draxler.

PSG tetap sulit menemukan peluang di babak kedua dan ketika peluang itu datang, mereka masih tidak mampu memaksimalkannya. Marquinhos sempat berdiri bebas menerima umpan ciamik dari Di Maria. Tetapi tembakannya sukses digagalkan oleh Neuer.

Lantaran sudah unggul 1-0, kedua fullback Munchen, Kimmich dan Davies pun tidak terlalu ngotot untuk terus naik membantu serangan. Mereka bisa lebih fokus menggalang pertahanan.

Situasi itu makin menyulitkan PSG. Neymar, Mbappe, dan pemain-pemain lainnya akhirnya terjebak pada permainan individu yang cenderung memaksakan diri.

Eric Choupo Mouting yang membuat keajaiban dalam laga lawan Atalanta coba diturunkan. Namun Munchen yang ada di hadapan PSG adalah tim yang matang. FC Hollywood adalah tim yang bisa melalui menit-menit akhir dengan tenang saat mereka membawa keunggulan.

Terbukti, tidak ada peluang berbahaya dari PSG di masa injury time. Bayern Munchen memastikan gelar juara Liga Champions musim ini jadi milik mereka.

Di pengujung laga, PSG jelas patut menyesali hilangnya keganasan mereka di muka gawang Munchen dalam laga final tersebut. Alhasil, mereka dihukum oleh Bayern Munchen yang secara tim memang lebih matang.

(bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER