WAWANCARA EKSKLUSIF

Fajar Alfian: Kekalahan di Asian Games Masih Terasa Tak Enak

CNN Indonesia
Sabtu, 03 Okt 2020 09:00 WIB
Berikut wawancara CNNIndonesia.com dengan bintang badminton Indonesia Fajar Alfian, mulai dari hubungan Rian Ardianto dan kegagalan di Asian Games 2018.
Fajar Alfian sempat sungkan terhadap senior macam Mohammad Ahsan. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Tidak ada turnamen selama enam bulan namun latihan jalan terus. Bagaimana kondisi kamu?

Saya pribadi rasanya seperti kami latihan tetapi tidak ada tujuan. Rasanya susah banget buat diomongin. Namun sebagai atlet badminton, bila tak latihan seminggu, pasti feel main menjadi beda, main jadi tidak enak.

Hal itu membuat kami harus benar-benar menjaga tetap latihan. Memang situasinya membuat jadi membosankan. Jadi sebagai atlet, harus tahu caranya bikin mood bisa naik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kami harus bisa melakukan itu karena situasi saat ini kami latihan tidak ada pertandingan. Setelah itu kami dikarantina tidak bisa keluar, pasti jenuh.

Saya berusaha melakukan berbagai hal untuk meningkatkan mood, yang terpenting positif, misal kami di pelatnas bikin acara bakar jagung seperti itu. Namun tentu jenuh bisa datang.

Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto mengalahkan Bodin Isara/Maneepong Jongjit di semifinal beregu putra SEA Games 2019 di Filipina, Senin (2/12).Fajar mengakui bahwa situasi berlatih tanpa turnamen sangat menyulitkan. (Dok. PBSI)

Itu dari segi latihan. Bagaimana dari segi kondisi finansial enam bulan tanpa turnamen?

Kalau saya bisa bicara jujur, di sini mungkin semua atlet cabang olahraga di masa pandemi ini terkena pengaruh sekali. Yang biasanya ada prize money, ada turnamen, ada pertandingan, sekarang tidak ada. Pastilah bingung.

Harapan Kamu?

Yang paling penting Covid-19 segera berakhir. Bukan buat atlet saja, tetapi buat semua pengusaha juga terdampak. Semoga cepat berakhir dan normal kembali karena situasi ini berpengaruh pada kehidupan kita semua.

Turnamen baru mulai lagi di Januari 2021 untuk pemain Indonesia. Apa rencana kamu?

Untuk tiga bulan ke depan saya belum tahu pasti sistem latihan di sini apakah nanti kami diberi libur beberapa minggu untuk pulang dulu ke rumah.

Pernah ditolong orang tidak dikenal dalam kehidupan kamu?

Banyak banget. Jadi memang banyak orang yang berkorban buat saya. Mungkin seperti kemarin saat ada yang anter odading. Saat itu saya memang ingin mencoba.

Momen terburuk kamu sebagai pemain badminton?

Mungkin ketika saya juara kejurnas dan tidak dipanggil ke pelatnas.

Momen terbaik kamu sebagai pemain badminton?

Mungkin saya setidaknya bisa membeli yang saya inginkan, misal membeli rumah, memberi orang tua, memberi prestasi membanggakan nama bangsa.

Kapan orang tua kamu benar-benar mendukung jadi pemain badminton setelah sebelumnya selalu fokus ke akademis?

Orang tua saya selalu mendukung saya di badminton sejak kecil. Namun mereka ingin saya tahu tanggung jawab. Kalau setengah-setengah, mending tidak usah.

Selain itu, orang tua ingin bila saya gagal di badminton, saya punya plan B.

Pasangan ganda Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto saat tampil di Malaysia Masters 2020.Fajar/Rian kini jadi salah satu ganda papan atas dunia. (Dok. Humas PBSI)

Bagaimana kamu melihat perjalanan kamu sebagai pemain badminton dari awal hingga sekarang?

Awalnya saya hanya main badminton agar cari kerja gampang karena punya keahlian. Itu saja sih. Melihat perjalanan saya, banyak faktor keberuntungan, rezeki.

Karena saya lihat banyak teman di sini yang sudah fokus badminton sejak SD. Mereka sudah jauh dari keluarga sejak SD, merantau. Kalau saya pribadi, malah tidak pernah, tidak merantau untk waktu lama.

Pas awal magang di pelatnas saja kayak mau nangis karena tidak pernah jauh dari orang tua untuk waktu lama.

Kalau pemain lain sudah biasa jauh dari orang tua, saya selalu video call dengan orang tua. Saya rasanya udah ingin pulang. Kalau nangis tentu saya di kamar, dikunci, atau kadang di toilet.

Kenangan kamu jadi pemain pelatnas hari-hari pertama bagaimana? Minder atau percaya diri?

Bukan minder lagi, saya dari Bandung hanya seorang dari klub saya, sedangkan pemain baru lain sama partnernya. Angkatan saya, dari SGS, hanya saya seorang.

Bukan minder lagi, saya saja awalnya tidak tahu kalau pelatnas itu lapangannya sampai 21 lapangan. Pokoknya masuk pelatnas kayak ndeso banget, minder banget lah.

Paling Anthony Ginting yang ada dari SGS sudah duluan di sini, namun dia pemain tunggal jadi latihan di SGS nya beda jam. Di SGS juga kami tidak tinggal di asrama sehingga kami jarang bertemu.

Terus bagaimana perasaan kamu saat bertemu pemain senior macam Ahsan/Hendra?

Kalau melihat mereka rasanya segan banget. Apalagi Bang Ahsan, saya kayak segan banget. Saya pernah dijahilin sama dia. Saya lewat, karena tidak mau lewat depan dia, saya muter.

Tetapi dia lihat dan terus saya dipanggil.

"Kenapa muter? Push up dulu." Begitu kata Bang Ahsan.

Karena saking takutnya mau lewat depan dia. Bukan karena tidak mau menyapa, tetapi karena sungkan. Saking sungkannya sehingga saya pilih muter.

Hendra Setiawan (L) of Indonesia celebrates with partner Mohammad Ahsan after winning their men's doubles final match against Hiroyuki Endo and Yuta Watanabe of Japan at the BWF World Tour Finals badminton tournament in Guangzhou in China's southern Guangdong province on December 15, 2019. (Photo by STR / AFP) / China OUTFajar Alfian senang bisa berlatih dengan pemain papan atas macam Ahsan/Hendra dan Kevin/Marcus. (STR / AFP)

Terus sekarang sama Ahsan/Hendra sudah lebih akrab?

Ya apalagi sekarang sama Bang Ahsan sudah sekamar. Kalau malam memang Bang Ahsan pulang, tetapi kalau siang saya sekamar dengan Bang Ahsan [istirahat siang menunggu latihan sore].

Kalau misalnya kamu tidak jadi pemain badminton, bagaimana kamu melihat karier dan kehidupan kamu?

Paling saya jadi guru. Sebelum masuk pelatnas kan saya sudah kuliah di pendidikan, terus orang tua dan kakak saya jadi guru, jadi sepertinya tidak jauh dari sana.

(ptr/har)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER