Tidak ada dalam buku rencana dan target Suzuki jelang MotoGP 2020 yang bertuliskan: Merebut gelar juara dunia! Namun, Joan Mir datang sebagai Mesias dan memberi gelar juara dunia MotoGP untuk Suzuki lebih cepat dari rencana awal.
Ketika Suzuki merebut gelar juara dunia kelas primer Grand Prix melalui Kenny Roberts Jr. pada 500cc 2000, Mir masih berusia 3. Ketika itu tidak ada dalam benak Mir ataupun Suzuki, pembalap kelahiran Palma, Spanyol, 1 September 1997 itu akan menjadi sosok yang mampu mengakhiri paceklik gelar juara dunia Suzuki.
"Saya masih 3 tahun. Saya bahkan tidak tahu Suzuki itu apa," ujar Mir ketika ditanya mengenai Suzuki kali terakhir merebut gelar juara dunia lewat Kenny Roberts Jr.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di luar MotoGP 2020 salah satu musim paling aneh dalam sejarah Grand Prix, menyaksikan Suzuki merebut gelar juara dunia lewat Mir bukan sesuatu pemandangan yang masuk prediksi semua pihak. Bahkan oleh pihak Suzuki sendiri.
Sebagai salah satu tim pabrikan asal Jepang, Suzuki sempat dianggap sebelah mata. Sejak Roberts menjadi juara dunia pada 2000, Suzuki terus tertinggal dari Honda dan Yamaha. Suzuki bahkan sempat keluar dari kejuaraan dunia MotoGP usai musim 2011.
Saat kembali tampil penuh di MotoGP 2015, Suzuki masih dianggap sebagai tim pelengkap. Melalui duet Maverick Vinales dan Aleix Espargaro, Suzuki hanya mampu meraih satu kemenangan dalam empat musim, yakni saat Vinales menang di MotoGP Inggris 2016.
Kemenangan Vinales membuat penantian lama Suzuki berakhir. Ketika itu Vinales menjadi pembalap pertama Suzuki yang mampu meraih kemenangan di MotoGP sejak Chris Vermaulen pada MotoGP Prancis 2007.
![]() |
Kebangkitan Suzuki mulai terlihat pada MotoGP 2018. Podium semakin sering diraih melalui Andrea Iannone dan Alex Rins. Sepeda motor Suzuki GSX-RR mulai dianggap sebagai ancaman setelah meraih dua kemenangan di MotoGP 2019 lewat Rins di GP Argentina dan GP Inggris.
Musim lalu Suzuki terbilang kurang beruntung. Mir yang menjalani musim debut lebih banyak berkutat dengan cedera. Finis terbaik Mir di MotoGP 2019 adalah ketika melewati garis finis MotoGP Australia di posisi kelima.
Namun meski dianggap memiliki paket yang cukup untuk bersaing dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP, pihak Suzuki berusaha realistis. Ketika MotoGP 2020 dimulai Mir menganggap GSX-RR belum sepenuhnya siap.
"Kami berpikir mungkin kami bisa bersaing dalam empat, lima tahun, atau bahkan lebih panjang lagi, ketika sepeda motor siap. Sekarang sepeda motor sepertinya sudah siap, pembalap siap, lebih cepat daripada yang kami harapkan. Semua berjalan lancar," ujar Mir.
Sepeda motor yang kompetitif belum tentu menjamin gelar juara dunia MotoGP. Itu yang terjadi dengan Repsol Honda musim ini, ketika mereka terpuruk ketika Marc Marquez absen meski sepeda motor RC213V dianggap yang terbaik.
Sebaliknya Yamaha dan Ducati memiliki masalah dengan sepeda motor, meski punya pembalap yang kompeten. Sementara Suzuki berada dalam posisi yang tidak menentu. Mereka punya sepeda motor yang kompetitif, tapi apakah Rins dan Mir siap menjadi juara dunia?
Memfavoritkan Mir menjadi juara dunia MotoGP 2020 ketika Marquez absen cukup kurang masuk akal karena minim pengalaman. Rins seharusnya masuk daftar favorit dari kubu Suzuki karena memiliki pengalaman lebih banyak.
Dalam perjalanan menuju gelar juara dunia MotoGP 2020, Mir juga banyak mendapat kritikan. Terutama karena Mir belum pernah meraih kemenangan di MotoGP, hingga kritikan itu berhasil Miracle-Mir bungkam dengan kemenangan di MotoGP Eropa.
Jika ditanya apa yang membuat Mir bisa sukses merebut gelar juara dunia MotoGP, faktor pertama tentunya konsistensi. Namun, ada faktor penting lain yang membuat Mir sukses menjadi jawara di MotoGP 2020: sikap masa bodoh.
Mir terlalu berdarah dingin untuk diganggu dengan tekanan atau beban. Mir tidak peduli dengan derasnya kritikan, terutama ketika dia dianggap bukan juara dunia MotoGP yang 'sahih' karena belum pernah meraih kemenangan.
Saat ditanya mengenai tekanan, Mir memberi jawaban yang menunjukkan pembalap 23 tahun itu tidak memiliki beban di MotoGP 2020.
"Tekanan yang sesungguhnya adalah yang dirasakan orang-orang yang tidak bisa membayar sewa rumah karena kondisi saat ini, karena virus corona dan semuanya, dan mereka tidak bisa membeli makanan. Ketika saya mendengar pertanyaan mengenai tekanan, saya selalu berpikir, 'Saya tidak punya tekanan, karena ini pekerjaan saya'. Jadi saya merasa memiliki kondisi istimewa," ucap Mir.
Ketika rival melawan orang tidak memiliki tekanan, tidak memiliki beban, berdarah dingin seperti Mir, peluang rival untuk mengalahkan Mir sangat kecil. Berkat konsistensi dan masa bodoh itu Mir menjelma menjadi Mesias Suzuki.
(nva)