Pemain Timnas Indonesia U-19, Amiruddin Bagus Kahfi mengikuti jejak seniornya, Bambang Pamungkas, yang menerima tawaran untuk melanjutkan karier di Belanda.
Kesempatan Bagus ke Belanda terbuka setelah ia mengikuti program Garuda Select yang bekerja sama dengan PSSI selama dua musim. Selama dua musim itu Bagus mampu menunjukkan performa terbaiknya sebagai seorang striker saat melakoni uji coba dengan tim dari Inggris maupun Italia.
Performa Bagus mendapatkan perhatian khusus dari Dennis Wise, mantan pemain Chelsea yang menjadi Direktur Teknik Garuda Select. Dennis Wise juga yang akhirnya menawarkan Bagus kepada beberapa klub di Belanda melalui relasi dan hubungan baiknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FC Utrecht menjadi klub yang tertarik mendatangkan Bagus. Meskipun dalam sejarahnya, Utrecht disebut tidak pernah mengambil pemain dari Asia, apalagi Indonesia yang level sepak bolanya terpaut jauh dari negara Eropa.
Melewati sejumlah permasalahan berkelit, Bagus akhirnya resmi bakal berkarier di Belanda, salah satu negara Eropa yang menjadi tujuan mimpi pesepakbola muda Indonesia. Bagus terbang ke Belanda setelah klubnya, Barito Putera melepas pemain 18 tahun itu secara gratis meskipun masih ada kontrak satu tahun tersisa.
Bagus yang masih bergelut dengan cedera pergelangan kaki sudah mendapatkan latihan pemulihan langsung dari FC Utrecht dan akan dilanjutkan selama enam bulan pertama dari 18 bulan kontraknya. Setahun selanjutnya, Bagus akan ditempa di akademi Utrecht dan jika mampu bersaing ia bakal diberikan tambahan kontrak dua tahun untuk bermain di skuat utama.
"Proses kepindahan Bagus yang tidak mulus menjadi pembelajaran berharga bagi sepak bola Indonesia. Pemain kita itu jarang ditawar main di klub luar, apalagi Eropa. Jadi kaget, sehingga proses yang seharusnya terjadi, [malah] tidak terjadi," ucap M. Kusnaeni, pengamat sepak bola nasional kepada CNNIndonesia.com, Kamis (3/12).
Dalam prosesnya, Bagus dipinjam PSSI dari Barito Putera untuk mengikuti program Garuda Select. Sejatinya, PSSI izin ke Barito terkait kontrak Bagus yang didaftarkan statusnya sebagai pemain Liga 1.
"Garuda Select bagus juga, berjasa mencari link dan alternatif untuk Bagus. Tapi sayang komunikasinya dengan Barito Putera tidak mulus. Barito merasa Bagus pemain mereka. Komunikasinya yang tidak mulus. Tapi ini bagian dari proses belajar untuk semua," imbuhnya.
Dibandingkan dengan striker Persija Jakarta, Bambang Pamungkas (Bepe), nasib Bagus dianggap Kusnaeni jauh lebih baik.
Pada tahun 2000, Bepe dipinjamkan Persija ke tim divisi 3 Belanda, EHC Norad. Namun, pemilik nomor punggung 20 ketika masih aktif bermain itu tak bertahan lama di Belanda.
![]() |
Kegagalan menyesuaikan diri dengan cuaca Eropa menyebabkan Bepe hanya beberapa bulan berada di Belanda sebelum akhirnya Persija dan EHC Norad mengakhiri kontrak atas persetujuan bersama.
Sementara itu Bagus telah beradaptasi lebih dulu di Eropa selama dua musim bersama Garuda Select. Kondisi ini membuat Bagus sudah mengenal budaya Eropa yang membuatnya langsung nyaman saat bergabung dengan FC Utrecht nantinya.
"Bagus ini kondisinya lebih bagus dari Bepe dulu. Waktu Bepe ke Belanda tidak ada proses adaptasi dulu di Eropa jadi bisa dibilang dia tidak bisa menyesuaikan diri," ucapnya.
"Tapi Bagus sudah dua tahun di sana [Eropa] sudah terbiasa dengan cuaca, suhu, makanan maupun bahasa yang jadi modal penting. Jadi dia sudah punya modal adaptasi dengan budaya Eropa," jelas Kusnaeni.
Begitu juga dukungan yang diterima Bagus dari banyak pihak, mulai dari Barito Putera, PSSI, dan Garuda Select yang siap membantunya jika mendapat kesulitan. Kondisi itu yang menurut Kusnaeni tidak dialami Bepe ketika memulai karier di Eropa.
"Sebab itu Bepe tidak lama berada di Belanda, bisa disebut juga dia tidak sukses. Bukan karena secara personal tidak bagus," kata dia.
"Kalau dia mendapatkan dukungan seperti Bagus, dia juga bisa bersaing dengan pemain Eropa lain. Walaupun setelah kembali ke Indonesia dia bisa sukses, termasuk sukses di Malaysia," ungkapnya.
Menjadi mesin gol saat bersama Garuda Select di Inggris dan Italia sudah cukup untuk membuktikan kualitas seorang Bagus. Kusnaeni percaya Bagus punya potensi yang akhirnya membuat seorang Dennis Wise merekomendasikannya.
Untuk bisa sukses, Kusnaeni memesankan tiga hal penting kepada Bagus untuk dilakukan. Pertama, dia tidak boleh star syndrom karena secara tidak langsung itu bisa menumbuhkan perasaan superstar dalam dirinya.
"Tapi dia itu masih di akademi. Dia harus buktikan dulu dia punya kemampuan dan layak punya kontrak profesional di Utrehct."
Kedua, berhenti bermain media sosial karena itu bisa membuat dia kangen Indonesia. Hal itu yang dialami Kurniawan Dwi Yulianto sata berkarier di Eropa.
"Dia harus tahan bermain medsos sampai setidaknya dia dapat kontrak profesional utrehct," jelas Kusnaeni.
Terakhir, Bagus harus menunjuk manajer profesional secara resmi. Bagus harus memiliki orang yang bisa mengurusi soal kontrak resmi sampai marketingnya.
"Harus disadari Bagus pemain luar biasa, kemampuannya sedikit di atas pemain sebayanya. Kalau jadi pemain utama Utrecht dengan gaji 100 ribu dollar per bulan baru dia boleh main medsos," ujar Kusnaeni.
"Jangan main receh, jadi harus di-maintenance. Belajar dari sekarang, Bagus harus bisa lebih bagus," tutupnya.
(ttf)