Sementara di Indonesia, protokol kesehatan ketat diragukan bisa terlaksana. Belum lagi pihak sponsor juga terancam 'kabur' karena bisnis sepak bola Tanah Air masih belum menjanjikan.
Memang, sepak bola Indonesia punya basis penggemar luar biasa. Sebagian besar klub, tak terkecuali tim Liga 2 juga memiliki suporter fanatik masing-masing.
Lihat juga:5 Tanda Man Utd Menang Telak Lawan Fulham |
Namun, faktanya kompetisi sepak bola masih di pandang sebelah mata. Ini lumrah terjadi karena sepak bola Indonesia sulit dikelola secara profesional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buktinya, hingga saat ini kompetisi di Indonesia tak pernah mampu menetapkan jadwal kompetisi yang pasti. Selain itu, acap kali bentrok dengan jadwal Timnas Indonesia di ajang internasional. Belum lagi harus mengalah dari agenda politik Tanah Air.
Ketidakdewasaan suporter juga sering kali jadi batu sandungan untuk menggelar kompetisi sesuai jadwal. Buktinya, konflik antarsuporter hampir terjadi di setiap musim yang sering berimbas penundaan jadwal kick off.
Maka, tak heran jika pemerintah Indonesia tak berani mengizinkan Liga 1 2020 bergulir di saat angka penyebaran Covid-19 masih tinggi.
Selain penerapan aturan yang tak tegas dari pemerintah, masyarakat Indonesia juga masih banyak mengabaikan protokol kesehatan.
Pertimbangan itulah yang membuat Kepolisian Republik Indonesia (Polri) tak berani memberikan izin keramaian Liga 1 2020 meski PT LIB dan PSSI sudah memelas berkali-kali.
PSSI dan PT LIB tak bisa menggaransi protokol kesehatan bisa diterapkan dengan baik. Selain itu, mereka juga tak bisa menjamin suporter tidak nekat hadir ke stadion.
![]() |
Pada 20 Januari 2021, PSSI pada akhirnya mengumumkan Liga 1 2020 batal setelah hanya menjalani tiga pertandingan. Padahal, Liga Malaysia 2020 bisa dilanjutkan pada Agustus 2020 kemudian sebulan kemudian Liga Thailand juga kembali digelar.
Kompetisi sepak bola Indonesia sebenarnya tak kalah dengan Malaysia dan Thailand. Bahkan beberapa pemain Indonesia direkrut klub-klub Thailand dan Malaysia.
Yanto Basna misalnya sudah dua tahun terakhir berkarier di Liga Thailand. Setelah sukses bersama Khon Kaen dan Sukhotai, kini pemain kelahiran Sorong itu pindah ke Prachuap.
![]() |
Kemudian Syahrian Abimanyu direkrut Johor Darul Takzim (JDT). Namun, eks gelandang Madura United tersebut berencana dipinjamkan ke klub Liga Australia Newcastle Jets.
Yang pasti, para pemain Indonesia bisa bersaing di klub-klub ASEAN. Namun, kompetisi Liga Indonesia masih belum bisa tertib administrasi seperti mereka.
Ketidakjelasan kompetisi Liga 1 bakal membuat pemain, pelatih, dan tim ofisial menjadi korban. Pendapatan mereka dipastikan merosot tajam bahkan tak lagi dibayar karena jadwal kompetisi tak jelas.
Momen ini bisa dijadikan ajang berbenah bagi PSSI dan PT LIB untuk membangun kepercayaan kepada pemerintah. Jika tidak, jadwal Liga 1 2021 akan semakin gelap sebab pemberian vaksin juga diprediksi baru bisa rampung pada akhir tahun ini.
(jal)