Pilihan menjadi seorang atlet bela diri juga diambil Linda Darrow yang saat ini mengambil peran ganda sebagai petarung sekaligus seorang ibu. Berkenalan dengan olahraga bela diri dari usia 6, Linda justru mendapat dukungan penuh dari keluarga.
Diarahkan langsung oleh keluarga yang juga menekuni olahraga bela diri, tidak ada penolakan dari Linda. Menurut wanita yang kini menetap di Solo, Jawa Tengah, terlihat gahar dan seram saat menghadapi musuh di atas ring latihan maupun pertarungan adalah naluri seorang fighter.
Lihat juga:Papua Badboy: Mengusir Usil Lewat MMA |
"Itu adalah karakter dasar kalau di pertandingan begitu. Naluri fighter harus mengekspresikan apa yang kita latih. Tapi mungkin karena saya perempuan, di mata orang Indonesia khususnya, yang seperti itu masih belum bisa diterima," kata Linda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lahir di Jambi, 5 Februari 1989, Linda pernah menjadi juara fighter MMA dan mendapatkan gelar women strawweight champion One Pride MMA. Bahkan ia juga menjadi petarung MMA pertama Indonesia yang mendapatkan beasiswa UFC Performance di Las Vegas 2018 lalu.
Linda sadar ada pola hidup yang berbeda lantaran kini berstatus sebagai atlet bela diri yang berprestasi.
![]() |
Ia harus rajin menjaga pola makan dan pola hidup sehat dan teratur demi menghindari stres dan menjaga kondisi fisik. Termasuk menyesuaikan kebutuhan latihan ketika harus mengalami periode bulanan seorang perempuan.
"Saya hanya seorang perempuan biasa, tapi punya prestasi dan karier yang berbeda dengan perempuan lain. Tapi justru dengan seperti ini saya jadi jauh lebih percaya diri dengan diri sendiri," jelas Linda.
Di usianya yang masuk 32, Linda belum pernah berpikir untuk pensiun. Suaminya, Yohan Mulia Legowo, sekaligus pemilik HAN Academy tempat Linda latihan, justru malah melarang Linda pensiun.
Bahkan saat ini sang anak yang usianya sudah 13 tahun, Gibran Darrow, mulai tergerak untuk diarahkan menjadi seorang petarung seperti Linda dan sang suami.
Kisah petarung perempuan MMA lainnya juga datang dari Inandya Citra.
Positifnya, menjadi perempuan yang berprofesi sebagai petarung justru bisa jadi pelindung diri dari para hidung belang. Namun, di sisi lainnya ia harus bergelut dengan masa-masa Pra Menstruasi Syndrom (PMS).
Ia mengaku sampai saat ini masih kesulitan mengontrol mood jelek yang datang saat PMS. Terutama ketika harus naik ke atas ring. Padahal, dalam keseharian ia mengaku bukan orang yang moody.
Secara fisik memang tidak ada yang berubah ketika Citra sedang mengalami masa-masa datang bulan. Tapi tak dapat dipungkiri, peningkatan hormon secara alamiah membuat psikologis cepat berubah.
"Bukan ketika menstruasinya yang mengganggu, tapi hormonalnya yang sangat pengaruh ke psikologis," ujar Citra.
"Kalau lagi PMS moody banget, tricky banget, berat banget. Saya merasa kalau PMS agak susah, tidak tahu kenapa. Pasti semua perempuan begitu kali ya. Jujur susah mengatasinya, saya sampai sekarang masih belajar cara kontrolnya," ujar wanita yang memiliki gelar sarjana biomedical engineering itu.