Putra Permata Tegar Idaman
Putra Permata Tegar Idaman
Menggemari bulutangkis dan mengagumi Roberto Baggio sejak kecil. Pernah bekerja di harian Top Skor dan Jakarta Globe. Kini menjadi penulis di kanal olahraga CNN Indonesia

Manchester United, Opo Kowe Krungu Jerite Atiku?

Putra Permata Tegar Idaman | CNN Indonesia
Rabu, 24 Mar 2021 19:01 WIB
Manchester United tidak akan pernah ditinggalkan. Namun 'Setan Merah' harus sadar suporter merindukan era keemasan.
Ilustrasi kolom Manchester United. (CNN Indonesia/Fajrian)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --

"Sak tenane aku iki pancen tresno awakmu"

Sepekan yang lalu, Manchester United mengunggah foto Via Vallen dengan kutipan penggalan lirik di atas. Berhubung masih baru, semoga Man Utd juga ingat ada penggalan 'Sayang, opo kowe krungu jerite atiku?' dalam lagu tersebut yang mungkin mewakili perasaan sebagian besar penggemar 'Setan Merah' saat ini.

Melihat teman-teman tumbuh di era 90-an sebagai penggemar Manchester United adalah sebuah kewajaran dan hal yang mainstream. Man Utd wajar sangat diidolakan. Sering menang di Liga Inggris dan punya pemain-pemain karismatik mulai dari Eric Cantona, Roy Keane, David Beckham, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan masih banyak lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua dekade berlalu dan kehebatan Man Utd masih terasa seiring keberadaan Sir Alex Ferguson yang tetap setia di kursi pelatih Man Utd. Selepas Ferguson menarik diri dari dunia sepak bola profesional, sinar Man Utd langsung hilang.

Gelar Liga Inggris yang mereka rasakan pada 2013 tidak bisa lagi mereka rasakan hingga musim lalu. Manchester United bahkan tidak selalu bisa masuk perburuan gelar juara tiap musimnya. Seringkali mereka harus puas dengan 'kemenangan kecil' berupa tiket Liga Champions di tangan.

Eric Cantona (C) is congratulated by Manchester United players after scoring the only goal 11 May 1996 at Wembley Stadium in London when he capitained his team, Manchester United to win the FA Cup final against Liverpoool.  AFP PHOTO GERRY PENNY (Photo by GERRY PENNY / AFP)Menyukai Manchester United di era 90-an adalah hal yang mainstream dan wajar seiring karisma Eric Cantona dan bintang-bintang lainnya. (AFP/GERRY PENNY)

Seiring prestasi yang mulai memudar, pendukung Manchester United mulai menunjukkan gejala-gejala yang serupa.

Mereka mulai sering menganggap Manchester City dan pendukungnya sebagai sosok karbitan, yang besar karena uang, berdiri sejak 2010, dan lain sebagainya.

Mereka lupa bahwa Manchester United juga menggunakan kekuatan finansial yang besar ketika merekrut Roy Keane, Andy Cole, Ruud van Nistelrooy, Jaap Stam, Juan Veron, Wayne Rooney dan banyak pemain lainnya setelah sempat terpuruk selama tiga dekade di Liga Inggris.

Di masa suram prestasi, Man Utd juga masih punya kekuatan finansial yang besar terbukti dengan kehadiran Paul Pogba, Angel Di Maria, hingga Harry Maguire. Belum lagi merujuk skema gaji pemain Man Utd yang membuktikan mereka masih kokoh dan tangguh dalam hal keuangan.

Dari segi finansial, Man Utd jelas tetap klub kuat yang mampu bersaing dengan klub besar lainnya dan tak seharusnya para pendukung 'Setan Merah' mengeluh melihat tim lain yang besar karena merekrut banyak pemain bintang.

Pendukung Man Utd juga berani meledek pendukung Liverpool yang baru saja mengakhiri dahaga gelar juara selama 30 tahun. Padahal itu berarti kini mereka yang gantian puasa gelar lebih lama, yaitu tujuh tahun terhitung sejak 2013.

Pendukung Man Utd kini juga mulai bertingkah seperti pendukung Liverpool di masa lalu, yaitu mengungkit kehebatan di masa lalu saat berdebat tentang prestasi tim kesayangan.

Pendukung Man Utd kini juga masih bisa menertawakan Arsenal yang terjerembab lebih parah dibanding mereka. Namun hal itu seperti mantan orang kaya meledek mantan orang kaya lainnya yang jatuh lebih miskin dibanding dirinya. Hal itu tak menyentuh persoalan sebenarnya bahwa mereka sejatinya juga bermasalah.

Manchester United's Cristiano Ronaldo (R) celebrates with Wayne Roney (C) and Ryan Giggs (L) after scoring against Manchester City during their Premiership football match at Old Trafford, Manchester, England, 9 December 2006. AFP PHOTO/PAUL ELLIS Mobile and website use of domestic English football pictures subject to subscription of a license with Football Association Premier League (FAPL) tel : +44 207 298 1656. For newspapers where the football content of the printed and electronic versions are identical, no licence is necessary. / AFP PHOTO / PAUL ELLISManchester United terus mereguk kejayaan di era Sir Alex Ferguson meski pemain datang dan pergi. ( AFP PHOTO / PAUL ELLIS)

Bersabar dan Berharap Musim Ini

Musim ini Manchester United sejatinya sudah menunjukkan perkembangan dari sisi hasil dan kualitas di lapangan. Kehadiran Bruno Fernandes benar-benar mengubah alur perjalanan Man Utd sebagai sebuah tim.

Man Utd bisa jadi pesaing serius di Liga Inggris meski sempat terseok-seok di awal musim. Man Utd mampu bangkit dan sempat menjadi pemuncak klasemen Liga Inggris.

Seperti sebuah tim yang masih membangun dan belum stabil, Man Utd menunjukkan inkonsistensinya secara berkala. Melorot dari posisi puncak di Liga Inggris dan malah gagal lolos ke babak 16 besar Liga Champions setelah sempat memenangkan dua laga awal.

Manchester United memang tengah membangun, namun mereka juga tak membantah ingin mengakhiri paceklik gelar yang berlangsung sejak 2017. Skuad arahan Ole Gunnar Solskjaer sadar mereka butuh gelar untuk meningkatkan kepercayaan diri di masa depan.

Manchester's Bruno Fernandes celebrates with teammates after scoring his side's opening goal during the Europa League, round of 32, first-leg soccer match between Real Sociedad and Manchester United, at the Allianz Stadium in Turin, Italy, Thursday, Feb. 18, 2021. (Marco Alpozzi/LaPresse via AP)Manchester United menunjukkan perkembangan dibandingkan musim sebelumnya namun masih menampilkan inkonsistensi. (AP/Marco Alpozzi)

Namun seiring waktu berjalan, Man Utd mulai tersisih dari beberapa kompetisi dan kehilangan kesempatan meraih trofi. Yang terkini, Manchester United kalah dari Leicester City dan kehilangan kesempatan merebut trofi Piala FA.

Kini hanya tinggal dua ajang yang tersisa bagi Man Utd untuk memenangkan gelar yaitu Liga Inggris dan Liga Europa. Di Liga Inggris, Man Utd tertinggal 14 poin dengan sisa satu laga lebih banyak dibandingkan Manchester City.

Meski secara matematika peluang juara masih terbuka, namun Man Utd juga butuh penurunan performa drastis dari Man City agar mimpi itu bisa terwujud.

Man City sendiri punya performa yang konsisten. Selain kalah dari Man Utd, mereka bisa memetik poin penuh dari banyak laga yang di atas kertas mereka menangkan. Sebaliknya kondisi Man Utd lebih miris. Mereka bisa menghentikan rekor kemenangan beruntun Man City tetapi banyak kehilangan poin lewat kekalahan atau hasil imbang tanpa gol.

Dengan demikian, paling realistis adalah berharap Man Utd juara Liga Europa. Di Liga Europa, Man Utd bakal berjumpa wakil Spanyol, Granada.

Hal itu membuat Man Utd punya peluang bagus untuk lolos ke semifinal. Selain Granada, musuh lain yang patut diwaspadai adalah Arsenal, AS Roma, Ajax Amsterdam, dan Villarreal.

Menilik lawan yang ada, Man Utd ada di baris terdepan dalam memenangi Liga Europa. Pola pikir 'Setan Merah' harus benar-benar mengutamakan Liga Europa di sisa musim.

Banner Live Streaming MotoGP 2021

Terlepas dari laga penting di Liga Inggris yang bakal mempengaruhi posisi di empat besar, Liga Europa mutlak harus jadi prioritas utama.

Lewat pola pikir demikian, Man Utd bisa mengakhiri musim ini dengan gelar di tangan, sesuatu yang sudah mereka dambakan selama empat musim terakhir.

Titel juara juga bisa jadi penentu nasib Ole Gunnar Solskjaer. Bila memenangi trofi Liga Europa, kemungkinan masa depan Solskjaer masih aman dan ia mendapat kesempatan tambahan waktu untuk pembuktian lainnya.

Namun bila Solskjaer kembali hampa gelar, ia harus menyadari posisinya dalam ancaman.

Manchester United's manager Ole Gunnar Solskjaer stands on the pitch during the English League Cup semifinal soccer match between Manchester United and Manchester City at Old Trafford in Manchester, England, Wednesday, Jan. 6, 2021. (Peter Powell/Pool via AP)Ole Gunnar Solskjaer dalam tekanan untuk memberikan gelar. (AP/Peter Powell)

Dengan atau tanpa gelar, Manchester United tidak akan pernah ditinggalkan pendukungnya. 'Setan Merah' sudah punya basis massa yang kuat di seluruh penjuru dunia.

Hal itu seolah terwakili oleh penggalan lirik lagu Sayang, Via Vallen:

Sayang, nganti memutih rambutku
ra bakal luntur tresnoku

Namun Manchester United jangan lupa, lirik sebelumnya dari lagu tersebut:

Sayang, opo kowe krungu jerite atiku?
Mengharap engkau kembali

Ada hal yang dirindukan penggemar 'Setan Merah', yaitu Manchester United yang dulu bisa kembali. Manchester United yang penuh rasa lapar, Manchester United yang bergelimang gelar.

[Gambas:Video CNN]

(har)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER