Sebagai olahraga, badminton memiliki karakter yang sama dengan tenis. Rangkaian pertandingan menjadi satu untuk tiap turnamen. Hal itu yang membuat durasi tayangan badminton dan tenis menjadi lama, bisa satu hari penuh untuk babak-babak awal.
Sebagai olahraga yang mengacu pada angka (21 poin) dan bukan waktu, durasi badminton makin sulit untuk ditebak. Karena itu kemudian siaran langsung di badminton menjadi sebuah hal yang terbilang sulit untuk dipertimbangkan.
Bila sepak bola hanya memakan waktu dua jam, pertandingan badminton, misal partai final, butuh waktu sekitar 4-5 jam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Durasi panjang ini yang sudah coba dikikis oleh BWF (dulu IBF) sejak dua dekade lalu. Saat memutuskan mengubah sistem poin 3X15 poin menjadi 5x7 poin, lalu kemudian berubah menjadi 3x21 poin dengan sistem rally point, salah satu pertimbangan besarnya adalah durasi dan untuk kepentingan tayangan televisi, hak siar, maupun iklan yang masuk.
![]() |
Kini, sistem 3x21 poin yang memakan waktu normal pertandingan sekitar 30 menit-50 menit juga bakal kembali coba dipangkas dengan sistem 5x11 poin.
Dalam sistem 5x11 poin, durasi pertandingan bisa lebih dipersingkat dengan jeda lebih banyak untuk kepentingan iklan. Jeda bisa lebih banyak andai format 5x11 masih mengenalkan sistem interval di tengah gim.
Persoalan bulutangkis sebagai industri keseluruhan adalah hal yang masih terus digodok oleh BWF. Permasalahan kesulitan penjualan hak siar yang berkaitan dengan durasi pertandingan yang terlalu panjang masih jadi salah satu hal yang dijadikan fokus oleh BWF.
Selain pertimbangan siaran, pertimbangan lainnya adalah menjadikan bulutangkis sebagai olahraga yang menarik dan terus berkembang di seluruh dunia. Dengan demikian, jatah sebagai olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade bisa terus dijaga.
Dari segi pemain, perubahan format menjadi 5x11 poin bakal menguntungkan dari segi fisik seiring durasi yang rata-rata lebih singkat.
Namun dari segi mental dan fokus, pemain perlu perubahan pola pikir yang drastis. Bermain di gim dengan poin 11, itu berarti kesalahan bakal berharga lebih mahal.
Fokus pada poin sudah terasa sangat berat sejak awal laga. Hal ini yang harus diasah dalam latihan keseharian. Belum lagi mental bertanding yang harus lebih ditempa dibandingkan sebelumnya.
Perubahan format poin tak serta-merta mengubah peta kekuatan badminton dunia secara signifikan. Hal ini bisa terlihat saat perubahan poin dari 3x15 poin dengan sistem pindah servis menjadi 3x21 dengan sistem rally point.
![]() |
Pada perubahan yang sifatnya lebih drastis tersebut, tidak banyak perubahan pada peta kekuatan. Contohnya bisa dilihat di Kejuaraan Dunia 2006 yang sudah memakai format 3x21.
Xie Xingfang berhasil mempertahankan gelar juara, Lin Dan yang sebelumnya jadi runner up kini menjadi juara, begitu pun Gao Ling/Huang Sui yang tahun sebelumnya jadi runner up tetap menjadi juara.
Cai Yun/Fu Haifeng yang jadi juara dunia 2006 memang sudah jadi ganda papan atas sejak format 3x15 poin, pun demikian Nathan Robertson/Gail Emms yang sudah merebut perak Olimpiade 2004 dalam format 3x15 poin sebelum jadi juara dunia 2006.
Semua pebulutangkis bakal melakukan start ulang andai format 5x11 poin diberlakukan, baik dari cara latihan, pola pikir, dan persiapan mental. Namun hal itu tak berarti kemampuan semua pemain bakal sama rata di awal 2022 lantaran perbedaan skill tidak akan semudah itu ditutupi hanya dengan pergantian skor.
Khusus pebulutangkis Indonesia, tugas mereka bakal makin berat dari segi mental seiring status pencetus proposal perubahan poin 5x11 yang telah diajukan.
(har)