Meraba Peluang Emas Olimpiade di Luar Bulutangkis
Bulutangkis masih menjadi andalan Indonesia untuk mendulang emas dari Olimpiade. Namun, tak dimungkiri, beberapa cabang lain juga berpotensi untuk memberikan kejutan medali di Olimpiade Tokyo 2020 mendatang.
Peluang terbesar datang dari angkat besi, cabang olahraga yang tak pernah absen untuk menyumbangkan medali Olimpiade buat Indonesia sejak edisi 2000. Kala itu Tim Merah Putih memboyong tiga medali sekaligus dari Sydney, perak dari Lisa Rumbewas (48kg) dan dua perunggu dari Sri Indriyani (48 kg) dan Winarni (53kg).
Tradisi itu berlanjut ke Olimpiade Athena 2004 saat Lisa Rumbewas kembali meraih medali perak di kelas yang sama. Kemudian di Olimpiade Beijing 2008 Indonesia berhasil membawa pulang dua perunggu melalui Eko Yuli Irawan (56kg) dan Triyatno (62kg).
Angkat besi juga menyelamatkan muka Indonesia di 2012 setelah tragedi gagal medali dari tim bulutangkis. Untuk kedua kalinya Eko Yuli meraih medali perunggu dan Triyatno memperbaiki raihannya dengan perolehan perak.
Di Rio de Janeiro 2016, Eko Yuli mempersembahkan medali perak buat Indonesia. Tambahan medali perak diraih Sri Wahyuni yang turun di kelas 48kg putri.
Di Olimpiade Tokyo 2020, Angkat besi berhasil meloloskan lima lifternya. Mereka adalah Eko Yuli Irawan yang turun di kelas 62 kg putra, Windy Cantika Aisah di kelas 49 kg putri, Deni di kelas 67 kg putra, Rahmad Erwin Abdullah di kelas 73 kg putra dan Nurul Akmal di +87 kg putri.
Perjalanan panjang prestasi angkat besi Indonesia di Olimpiade membuat peluang terbuka lebar. Terlebih untuk Eko Yuli yang untuk kali keempat tampil di ajang multievent olahraga terbesar di dunia. Ia berpeluang melengkapi koleksi medali Olimpiade jika mampu meraih medali emas di Tokyo 2020.
Di atas kertas, angkat besi adalah cabor dengan peluang memberi kejutan medali emas bagi kontingen Indonesia. Lifter-lifter Indonesia, terutama Eko Yuli, sudah diperhitungkan sebagai pesaing berat oleh negara-negara peserta lainnya.
Selain angkat besi, kejutan prestasi juga berpeluang datang dari cabang olahraga panahan. Layaknya angkat besi dan bulutangkis, panahan punya cerita panjang buat prestasi Indonesia di kancah Olimpiade.
Di Olimpiade Seoul 1988, tiga Srikandi Panahan Indonesia yang diperkuat Nurfitriyani Saiman, Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani tampil sebagai pahlawan usai meraih medali perak. Itu jadi kali pertama Indonesia berhasil mendapatkan medali di Olimpiade sejak ikut serta di tahun 1952.
Kali ini, di Olimpiade Tokyo 2020 tim panahan Indonesia yang akan tampil di empat nomor perlombaan yakin bisa menyumbangkan medali emas. Aura optimisme Tim Panahan Indonesia didasarkan pada data dan penampilan menuju Olimpiade.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Iksan Ingratubun penuh keyakinan menyatakan Indonesia minimal meraih satu medali emas dan satu medali perak dari Olimpiade Tokyo 2020. Emas ditargetkan diraih dari tim beregu putra, sedangkan beregu campuran diharapkan bisa meraih perak atau minimal perunggu.
Tim panahan Indonesia diperkuat Riau Ega Salsabila, Arif Dwi Pangestu, Bagas Prastyadi dan Diananda Chairunisa.
Bukan tanpa perhitungan, optimisme itu muncul setelah skor yang diciptakan beregu putra selama latihan masuk ke dalam poin medali emas di Olimpiade Tokyo, yakni 666 poin yang dihasilkan Bagas dan Arif, sedangkan Riau Ega catatan poin terbaik di 654 dan 660. Sementara poin standar ada di 634.
"Sudah di angka-angka yang insyaAllah bisa [meraih] medali di Olimpiade Tokyo 2020. Kan sudah bisa dilihat saat mereka bertanding di Paris [2021 Archery Final Olympic Qualification Tournament]. Makanya tidak heran tiga-tiganya dapat nilai 10. Jadi bukan target muluk-muluk," ucap Iksan kepada CNNIndonesia beberpa waktu lalu.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>