Thierry Henry, Si Jenius yang Lahir 17 Agustus
Saat masih bocah, Thierry Henry dipanggil dengan sebutan El Mimo, si pantomim. Tak dinyana, anak imigran yang lahir pada 17 Agustus 1977 ini tumbuh menjadi pesepakbola jenius saat dewasa.
Henry lahir dari pasangan imigran. Ayahnya Antoine Henri berasal dari Guadalupe, sebuah pulau di La Desirade, dan ibunya bernama Maryse Henry dari Martinik. Keduanya bertemu di Paris sebagai lajang yang mencari peruntungan kehidupan.
Henry tinggal di sebuah apartemen kecil di Les Ulis, Essonne, sebuah kota urban di pinggir kota Paris. Seperti warga imigran kebanyakan, sepak bola menjadi tontonan hiburan. Henry kerap dibawa ayahnya nonton sepak bola.
Hal ini membuat Henry akrab dengan sepak bola. Antoine lantas memasukkan Henry ke tim junior Les Ulis kemudian ke Palaiseau. Saat berusia 13 tahun Henry membela Viry-Chatillon. Henry tidak bermain di kategori usianya, tetapi tim U-15.
Pada masa-masa belia yang sangat butuh bimbingan dan dukungan orangtua, Antoine dan Maryse memutuskan bercerai. Keduanya lantas berseteru soal hak asuh anak di pengadilan, tetapi akhirnya Maryse yang memenangkan status asuh.
Henry lantas tinggal di Orsay, sebuah kota berjarak 20,7 km dari Paris. Ibunya memutuskan, Henry harus fokus pada pendidikan agar masa depannya lebih baik. Sayang, Henry tak betah dan kabur dari Sekolah Alexander Fleming.
Tak ingin mengekang anaknya, Maryse akhirnya membolehkan Henry bermain sepak bola asal pendidikan tak dilupakan. Pada usia 14 tahun itu Henry bergabung dengan Akademi Clairefontaine yang merupakan bagian dari Federasi Sepak Bola Prancis.
Akademi inilah yang lantas mengubah jalan hidup Henry. Karena bakatnya Henry mendapat kontrak magang dari AS Monaco yang saat itu diarsiteki Arsene Wenger. Debut profesional Henry tercipta pada 1994 saat berusia 17 tahun.
Pada 1996, Henry dipanggil membela timnas Prancis U-18 untuk Piala Eropa U-18. Selain membuat Prancis menjadi jawara, Henry tercatat sebagai top skor kejuaraan dengan 7 gol.
Sayangnya, saat Henry tampil di Piala Dunia U-19 1997 bersama skuad juara Piala Eropa U-18 seperti David Trezeguet, Nicolas Anelka, William Gallas, dan Willy Sagnol, langkah timnya terhenti di babak delapan besar. Prancis kalah penalti dari Uruguay.
Walau gagal di Piala Dunia U-19, dua pemain dari generasi juara Piala Eropa U-18 (Trezeguet dan Henry) jadi pilihan Aime Jacquet untuk Piala Dunia 1998. Walau masih muda, Trezeguet menyumbang satu gol dan Henry melesakkan tiga gol.
Bersambung ke halaman berikutnya...