Salah satu strategi yang jadi kejutan di Sudirman Cup adalah main rangkap yang bisa mengubah urutan laga. Indonesia terbilang nyaris mustahil melakukan hal tersebut di Piala Sudirman 2021.
Bermain rangkap dalam kejuaraan beregu Sudirman Cup akan menghasilkan beberapa dampak. Salah satunya adalah berubahnya susunan pertandingan dari komposisi normal.
Urutan normal Sudirman Cup adalah ganda putra, tunggal putri, tunggal putra, ganda putri, dan ganda campuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan strategi rangkap pemain, sebuah negara bisa mengubah komposisi tersebut, bergantung pada pemain mana yang dirangkap. Komposisi pertandingan nantinya bakal berpengaruh pada presentase peluang memenangkan sebuah pertandingan.
Selain itu, strategi main rangkap juga berguna untuk memberi kejutan bagi musuh.
Namun merujuk pada situasi yang ada di Tim Indonesia saat ini, strategi main rangkap nyaris mustahil dilakukan oleh skuad Pelatnas Cipayung.
Faktor pertama, pemain-pemain Indonesia selama ini tidak ada yang bermain rangkap di seri kejuaraan BWF. Berbeda halnya dengan beberapa pemain asal Jepang, Inggris, atau Korea Selatan.
Kebiasaan itu yang bakal mempengaruhi keputusan untuk tidak bermain rangkap. Pasalnya, bermain rangkap butuh stamina dan fokus yang harus berada di level terbaik. Hal itu bakal lebih mudah didapat bila sudah jadi rutinitias di seri BWF.
Kedua, nomor ganda Indonesia saat ini, baik ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran sedang berada dalam kondisi bagus. Indonesia punya pemain papan atas di tiga nomor ganda tersebut saat ini.
![]() |
Indonesia punya tiga ganda di lima besar dunia ganda putra dan Indonesia punya juara Olimpiade yaitu Greysia Polii/Apriyani Rahayu di nomor ganda putri. Untuk nomor ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva juga merupakan salah satu ganda papan atas dunia.
Memilih bermain rangkap berarti mengorbankan satu nomor yang saat ini jadi kekuatan terbaik Indonesia.
Situasi saat ini berbeda dengan saat Indonesia memutuskan memainkan Liliyana Natsir di dua nomor pada duel lawan China di perempat final Sudirman Cup 2013.
Lihat Juga : |
Saat itu, Indonesia butuh mendorong nomor ganda campuran, yang jadi nomor paling diandalkan, ke partai awal. Hal ini demi membuka peluang menciptakan keunggulan atas China.
Strategi itu terbilang hampir berhasil karena Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menang atas Xu Chen/Ma Jin dan membuat Indonesia unggul 1-0. Namun pada akhirnya Indonesia kalah 2-3.
Skor 2-3 itu mungkin tak akan terjadi andai Indonesia tak mendorong Tontowi/Liliyana maju ke partai awal. Di urutan normal, ganda campuran bermain di partai kelima.
Tanpa strategi main rangkap, Indonesia bisa jadi sudah lebih dulu kalah sebelum Tontowi/Liliyana bermain.
Situasi saat itu berbeda dengan saat ini. Greysia/Apriyani berstatus sebagai juara Olimpiade, berbeda halnya dengan duet Greysia/Nitya yang di 2013 belum terhitung pemain papan atas.
Ketiga, komposisi normal menguntungkan Indonesia. Dalam kondisi normal, nomor ganda putra akan dimainkan terlebih dulu.
Dengan materi tim berkualitas, Indonesia bakal diuntungkan dengan komposisi normal tersebut. Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, atau Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, siapapun yang diturunkan, punya peluang besar memberikan poin untuk Indonesia.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>