Jakarta, CNN Indonesia --
Verawaty Fajrin merupakan salah satu pahlawan Indonesia ketika berhasil menjadi juara di Sudirman Cup 1989.
Verawaty merupakan salah satu pemain yang tampil di babak final Sudirman Cup 1989 ketika Indonesia berjumpa Korea Selatan. Dalam skuad Indonesia saat itu juga terdapat Susy Susanti, Eddy Hartono, Rudy Gunawan, Yanti Kusmiati dan Eddy Kurniawan yang tampil perkasa di hadapan publik Istora Senayan, Jakarta.
Di babak penyisihan, Indonesia berada di grup 1 bersama Korea Selatan dan Inggris. Verawaty dkk berhasil mengalahkan Inggris dengan telak 5-0, kemudian menaklukkan Korea Selatan 4-1.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil itu membawa Indonesia lolos ke babak semifinal untuk bertemu Denmark. Pasangan ganda putra yang diperkuat Eddy Hartono/Rudy Gunawan mengawali perjuangan Indonesia menghadapi Jan Pausen/Henrik Svarrer dengan kemenangan dua gim langsung.
Kemudian disusul kemenangan ganda putri melalui Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati yang mengalahkan Dorte Kjaer/Lotte Olsen juga dengan dua gim. Begitu juga dengan Eddy Kurniawan di tunggal putra, Susy Susanti di tunggal putri yang berhasil mencuri poin kemenangan.
Verawaty yang juga tampil di ganda campuran bersama Eddy Hartono melengkapi kemenangan Indonesia atas Denmark menjadi 5-0 sekaligus memastikan tiket ke final Sudirman Cup 1989.
Di babak final Indonesia menantang Korea Selatan yang sebelumnya berhasil mengalahkan China 3-2 di babak semifinal. Tim Indonesia sempat tertinggal 0-2 dari Korea Selatan.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>
Ganda putra Eddy Hartono/Rudy Gunawan kalah dari Park Joo Bong/Kim Moon Soo melalui rubber gim 9-15, 15-8 dan 13-15. Kekalahan juga dialami Verawaty Fajrin/Yanti Kusmiati yang tumbang di hadapan Hwang Hye Young/Chung So Young 12-15, 6-15.
Dua kekalahan beruntun itu membuat tegang seisi Istora. Namun, Susy Susanti yang tampil di partai ketiga mampu menghidupkan peluang dengan meraih kemenangan atas Lee Young Suk.
Tak mau menyia-nyiakan perjuangan Susy, Eddy Kurniawan juga melanjutkan kemenangan di tunggal putra atas Sung Han Kook. Di partai kelima ganda campuran Eddy Hartono/Verawaty tampil sebagai penentu.
Eddy/Verawaty berhasil mengalahkan Park Joo Bong/Chung So Yougn lewat dua gim langsung 18-13 dan 15-3. Hasil itu sekaligus memastikan kemenangan 3-2 Indonesia atas Korea Selatan dan untuk kali pertama membawa supremasi bulutangkis beregu ke Tanah Air.
Hingga saat ini gelar juara pada 1989 adalah satu-satunya gelar Sudirman Cup yang dimenangi Indonesia.
Kini, sang pahlawan kemenangan Indonesia Verawaty Fajrin terbaring lemah melawan kanker paru-paru yang dideritanya. Hingga Senin (20/9) pagi, ia belum mendapatkan tempat perawatan di High Care Unit (HCU) seperti yang seharusnya dan menunggu uluran tangan negara untuk membantunya.
Sahabat Verawaty, Rosiana Tendean mengungkapkan mantan pebulutangkis era 1980-an itu divonis kanker paru-paru pada Maret 2020. Ia juga disebut pernah menjalani kemoterapi di RS Persahabatan selama lima kali namun tidak menghasilkan perubahan.
Jelang kemoterapi keenam, Verawaty disebut Rosi menolak untuk melakukannya karena ia merasa tidak ada perbaikan yang dirasakan. Selain itu juara ganda putri All England 1979 bersama Imelda Wiguna itu juga menderita hepatitis yang membuat kondisinya menurun sehingga tidak bisa menjalani kemoterapi lanjutan.
"Vera itu kan mantan atlet yang pernah mengharumkan nama bangsa. Jangan pada saat sisa-sisa kejayaannya seperti sekarang negara tidak ada. Dia seperti diterlantarkan dengan menunggu karena yang dibutuhkan ruang HCU."
"Kayaknya akhir hidupnya dibegitukan saja sama negara. Umur di tangan Tuhan, tapi kan sebagai mantan atlet, pemerintah bisa melakukan hal yang sepadan dengan prestasi yang telah dia kasih buat negara," ungkap Rosi kepada CNNIndonesia.com, Senin (20/9).
Sepanjang kariernya di bulutangkis, Verawaty Fajrin telah mengukir banyak prestasi buat negara. Sebut saja medali emas Asian Games 1978, medali emas SEA Games 1981 dan 1987, perunggu Asian Games 1990 serta gelar juara di berbagai ajang internasional lainnya.
[Gambas:Video CNN]