ANALISIS

Duel Cendekia Papua vs Aceh di Final PON 2021

Abdul Susila | CNN Indonesia
Kamis, 14 Okt 2021 09:35 WIB
Papua vs Aceh di final PON 2021 menjadi duel dua cendekia sepak bola Indonesia. (ANTARA FOTO/ZABUR KARURU)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tak hanya soal pertarungan dua kutub timur dan barat, laga final PON Papua 2021 antara Papua vs Aceh juga menjadi duel dua cendekia sepak bola Indonesia.

Pertandingan final cabor sepak bola PON Papua 2021 akan mempertemukan tim tuan rumah Papua vs Aceh di Stadion Mandala, Jayapura, Kamis (14/10) siang WIB.

Aceh punya Fakhri Husaini yang rela turun gunung menangani Aceh dari Timnas Indonesia U-19. Sedangkan Papua punya Eduard Ivakdalam, paitua kharismatik yang memiliki gen juara.

Fakhri resmi dikontrak menjadi pelatih Aceh pada 13 Juni 2020. Sejatinya nama Fakhri sudah dikait-kaitkan sejak awal 2020, tetapi terkendala statusnya sebagai karyawan Pupuk Kaltim.

Setelah pensiun dari badan usaha milik negara (BUMN) itu Fakhri memutuskan pulang kampung ke Aceh. Pria kelahiran Lhokseumawe, 27 Juli 1965, ini ingin mendedikasikan ilmunya untuk sepak bola Aceh.

Dengan falsafah dan wawasan sepak bola yang dimiliki, Fakhri membangun tim sepak bola putra Aceh. Pemusatan latihan di Sumatra hingga 'bertapa' di Jawa Timur jadi sarana mematangkan permainan.

Salah satu bukti kematangan Fakhri sebagai cendekia sepak bola Aceh di PON Papua adalah pertandingan semifinal melawan Jawa Timur. Tak diunggulkan dan tak diperkuat sejumlah pemain, Aceh malah lolos ke final.

Hanya punya 13 pemain prima di semifinal, Fakhri meminta pemainnya bermain taktis. Mantan pemain PKT Bontang ini menerapkan sepak bola pragmatis untuk menang: bertahan dan serangan balik.

Kekalahan 0-4 Aceh dari Jatim dalam laga uji coba pada September 2021, jadi senjata Fakhri untuk menangkal lawan. Kekalahan 0-1 Aceh dari Papua pada babak grup akan kembali dijadikan senjata.

Namun Papua punya cendikia yang tak kalah matang, Ivakdalam. Pria kelahiran Merauke, 19 Desember 1974 ini memang kalah jam terbang kepelatihan dari Fakhri, tetapi kapasitasnya tak diragukan.

Kapsitas Eduard Ivakdalam pantang diragukan Fakhri Husaini. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)

Selepas gantung sepatu pada 2014, Edu menghabiskan waktunya dengan membina anak-anak SSB Putra Pasifik, di Jayapura. Ia lantas ikut kursus lisensi pelatih C AFC pada 2016.

Bermodal lisensi C itu ia dipinang Persewar Waropen untuk Liga 3 2016. Hasilnya, Persewar juara Zona Papua dan lolos ke pentas nasional. Sayang kiprah mereka hanya sampai babak grup saja.

Tahun berikutnya Ivakdalam dikontrak Persemi Mimika untuk Liga 3 2017. Seperti 2016, Liga 3 Zona Papua dikuasai dan lolos ke pentas nasional, tetapi hanya sampai babak grup. Hal sama terulang pada 2018.

Kejelian dan keampuhan Ivakdalam memoles bakat-bakat muda, membuatnya ditunjuk jadi pelatih tim PON Papua pada 26 Februari 2019. Targetnya pun tegas: meraih medali emas cabang bergengsi ini.

Pertandingan semifinal jadi bukti kecendekiawanan Ivakdalam. Dalam situasi tertinggal 0-1, mantan kapten Persipura Jayapura ini meminta pemainnya tampil sabar dan terus menekan.

Instruksi Ivakdalam pun bertuah, lima gol tercipta setelah sempat tertinggal. Kolektivitas dan karakter sepak bola Papua yang main dari kaki ke kaki dengan umpan pendek, membuat Kaltim mati kutu.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Uji Tajam Akhirul Wardhan vs Ricky Cawor


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :