Jauh sebelum dipercaya membela Timnas Indonesia, saya ditempa di Persita Tangerang. Klub profesional pertama saya di Tanah Air yang tak akan pernah tergantikan.
Sebab di klub inilah saya kali pertama turun lapangan sebagai pemain profesional. Di klub ini pula saya diberi kesempatan meniti karier jadi pelatih.
Ada pepatah lawas di Tangerang yang mengatakan, 'Kalau sudah minum air Sungai Cisadane, pasti betah di Tangerang'. Eh, taunya itu terjadi dalam hidup saya. Hahaha...
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jalan Allah memang tidak ada yang tahu. Remaja Palembang jebolan klub kampung Rasela (Rajawali dari Selatan) ternyata bisa bersinar bersama Persita Tangerang dan Timnas Indonesia.
Saya ingat kali pertama saya gabung Persita junior di 1996. Seminggu setelah tamat tamat STM di Palembang, saya diminta datang ke Persita berkat rekomendasi pemain Edy John dan Wiganda Saputra. Keduanya adalah pemain senior Persita asal Palembang.
Sempat khawatir, tapi saya nekad mengadu nasib ke Tangerang. Usia saya masih 16 tahun dan diminta gabung tim junior Persita yang tampil di liga remaja.
Hanya setahun di tim junior, saya dipromosikan ke Persita senior yang dilatih pelatih Benny Dollo. Kira-kira usia saya baru 17 tahun.
Tentu saja harus merangkak dari pemain cadangan dulu. Apalagi Bendol terkenal sebagai pelatih keras di sesi latihan. Siap-siap kena damprat kalau melakukan kesalahan berulang-ulang.
![]() |
Di balik kegarangannya, Om Bendol (sapaan Benny Dollo) pelatih yang fair. Dia bahkan tak segan untuk menurunkan pemain muda yang dirasa pantas.
Saya pun mendapat kesempatan menjalani debut sekitar di laga keenam awal musim. Debut saya terjadi saat Persita menjamu PSBL Bandar Lampung.
Om Bendol memberikan saya kesempatan tampil sekitar 10 menit akhir pertandingan. Kepercayaan dia langsung saya jawab dengan mencetak satu gol terakhir untuk membawa Persita menang 3-1.
Kemudian saya terus mendapat kesempatan tampil di tiga pertandingan berikutnya. Tapi, masih spesialis di menit-menit akhir babak kedua. Maklum, masih banyak pemain senior di sana.
Baru di laga kedelapan saya dipercaya tampil sebagai starter dan terus mendapat tempat secara reguler. Kepercayaan diri saya semakin menanjak dari hari ke hari. Tujuan saya hanya satu di lapangan: berusaha cetak gol!
Salah satu momen terbaik saya adalah mencetak gol hanya dalam tempo wkatu 13 detik melawan Persiraja. Saya lupa antara 1999 atau 2000, tapi saya masih menyimpan korannya.
Di Liga Indonesia 2000 saya untuk kali pertama menyabet gelar top skor dengan torehan 26 gol. Dua tahun kemudian saya kembali jadi top skor Liga Indonesia dengan 22 gol.
![]() |
Selepas membela Persita selama 10 tahun, saya mencoba peruntungan di Liga Malaysia bersama MMPJ Selangor di tahun 2006. Namun, karier saya tidak panjang di sana karena faktor cedera.
Hanya enam bulan di Selangor, saya memutuskan kembali ke Persita untuk memulihkan cedera. Kemudian saya sempat bergonta-ganti klub mulai dari Persisam Samarinda, Mita Kukar, Sriwijaya FC, hingga Persepar Palangkaraya.
Akan tetapi hati saya saya selalu berada di Persita. Selain memang tercatat sebagai PNS Tangerang, saya selalu ingin membantu Persita bangkit dan berjaya seperti era 2000an.
Prestasi terbaik saya bersama Persita hanya sampai runner up di Liga Indonesia 2002. Suatu saat nanti saya berharap bisa membawa Persita juara sebagai pelatih.
Tapi jalan saya masih panjang untuk menuju pelatih profesional di Liga 1. Saat ini saya fokus menangani tim muda Persita di kompetisi Elite Pro Academy sambil mengincar lisensi A AFC.
(jun/har)