Kisah sukses Raffi Ahmad dan Atta Halilintar seperti menyisir artis papan Indonesia lainnya. Terbaru Prilly Latuconsina dan Sule menunjukkan tanda-tanda menginvasi sepak bola nasional.
Prilly disebutkan bakal membeli saham Persikota Tangerang (klub Liga 3 2021/2022) dan Sule membeli PSKC Cimahi (klub Liga 2 2021). Sejumlah nama lainnya juga disebut memiliki minat.
Menurut Yusuf, invasi para selebritas ini tak sama dengan kisah para taipan yang berbondong-bondong mengelola klub pada era Galatama. Jalan pedang para artis pun tak sama dengan para politisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Klub yang dikelola politisi biasanya dijadikan sarana menaikkan popularitas dan elektabilitas, sedangkan pengusaha yang terjun didasari hobi. Dampaknya judi merebak pada era Galatama.
"Kalo orang kaya itu karena hobi dan ada unsur judinya juga. Makanya pas bosan atau bangkrut, ya ditinggal. Industri sehat kalau pelakunya menjalankannya secara sehat juga," kata Yusuf.
"Ada klub-klub yang punya visi industri seperti Persib, Persija, Bali United, dan yang baru-baru (anak muda) macan Rans, Dewa United, Persis. Ini akan panjang nafasnya."
"Tapi yang tidak punya visi industri maka akan begini-begini saja. Jadi perjalanan ke arah industri yang ideal masih sangat panjang untuk sepak bola kita," ujarnya menambahkan.
![]() |
Visi industri inilah yang sedang dikembangkan para pengusaha ber-DNA artis tersebut. Mereka terjun ke sepak bola dengan pertimbangan matang bahwa ada oasis cuan yang bisa dikelola dengan baik.
Tak bisa dimungkiri industri sepak bola Indonesia belum sehat. Apalagi di masa pandami, di mana liga berjalan dengan ala kadarnya, seperti tanpa penonton dan bermain dalam sistem zona.
Pelaku industri olahraga yang juga anggota Komite Eksekutif PSSI Hasani Abdulgani, mengakui industri sepak bola belum sehat. Kesehatan ini banyak terpengaruh dari kepastian jadwal.
Jadwal kompetisi memang jadi penyakit menahun sepak bola Indonesia. PSSI dan operator kompetisi sudah menyusun jadwal, tetapi berubah karena kesulitan izin dan ada saja klub penunggak utang.
"Saya melihat ada peluang ke depannya. Dengan syarat harus dikelola dengan baik dan ada kepastian, khususnya soal jadwal. Investasi memerlukan kepastian," kata Hasani.
Hadirnya DNA artis dalam industri sepak bola nasional disebut Hasani bisa menjadi peluang bisnis. Para pesohor ini bisa menjadi alat kampanye kepastian jadwal agar terbuka ruang investasi.
"Ada [pengaruh kehadiran artis] secara Public Relationship (PR). Imbas kepopuleran para artis pasti membawa dampak positif kepada sepak bola Indonesia," kata Hasani.
Nalar usang pengelolaan sepak bola industri memang harus ditanggalkan. Lewat nalar abnormal ini pula diharapkan kesadaran akan pembinaan usia muda dan pembangunan infrastruktur terkatrol.
(jun)