Jakarta, CNN Indonesia --
Raffi Ahmad dan Atta Halilintar mendobrak tabu sepak bola nasional. Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) artis membawa warna baru industri olahraga dalam negeri.
Utamanya Raffi, kini sudah mensejajarkan diri dengan para pengusaha beken yang terjun ke sepak bola seperti Glen Sugita, Nirwan Bakrie, Azrul Ananda, Yabes Tanuri, dan Nabil Husein.
Rans Cilegon FC, klub yang dikelola Raffi setelah membeli saham mayoritas Cilegon United pada 31 Maret 2021, promosi ke Liga 1 2022/2023. Tim berjuluk The Prestige Phoenix jadi runner up Liga 2 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun bukan pencapaian ini yang membuat Raffi jadi anomali di industri sepak bola nasional. Keunikan Rans adalah mampu menggaet banyak sponsor pada musim pertama kehadirannya.
Untuk mengarungi Liga 2 2021, Rans didukung 11 sponsor, yaitu Gilus Mix, Tokopedia, Rajacoin, Aladin Bank, Lemonilo, Hundred, J99, Tiket.com, Citilink, SiCepat, dan Extra Joss.
Ini benar-benar di luar nalar. Pasalnya klub-klub yang sudah lebih lama eksis kepayahan mendapat sponsor. Jersey Persik Kediri misalnya kosong dari nama produk atau sponsor pada musim ini.
Rans juga menjadi penyedia siaran langsung beberapa pertandingan Liga 3 2021/2022. Hal sama telah dilakukan Bali United yang menyiarkan laga Liga 3 zona Bali.
Ahha PS Pati atau PSG Pati, klub yang dikelola Atta Halilintar, pun menggebrak. Meski tidak lolos ke kasta tertinggi seperti Rans, klub berlambang kuda jingkrak itu jadi magnet sponsor.
Klub yang dikelola Atta, Putra Siregar, dan Syaiful Arifin ini mendapat delapan sponsor di musim perdananya, yaitu The Legion Nutrition, Pansaka, OPPO, Beauz, Vivo, Madmoisha, Goklat, dan Didimax.
Pengamat sepak bola nasional Yusuf Kurniawan menilai kemunculan artis di industri sepak bola Indonesia sebagai berkah. Terobosan baru pengelolaan sepak bola dihadirkan anak-anak muda ini.
"Pengembangan bisnis lewat keartisannya jadi multiefek lewat produk, konten, komersialisasi digital, dan lain-lain yang terafiliasi dengan figur si artis," kata Yusuf.
"Jika strategi mereka berhasil, ini jadi fenomena atau terobosan bisnis baru di sepak bola. Memang kayak trial and error, tetapi bagus aja untuk membuka peluang industri baru di sepak bola."
 Foto: ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA Rans Cilegon lolos ke Liga 1 musim depan. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya) |
Yusuf mencontohkan, Rans mungkin saat ini belum untung, tetapi indikasinya mulai terang. Pernyataan spekulatif Raffi yang akan mendatangkan Mesut Ozil misalnya, langsung jadi trending topic.
"Indikasinya sudah menuju ke arah sana [sukses]. Sudah terlihat dengan banyak brand atau sponsor yang latah dompleng popularitas Raffi. Rancangan bisnis anak-anak muda ini memang melewati nalar," katanya.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikutnya>>>
Kisah sukses Raffi Ahmad dan Atta Halilintar seperti menyisir artis papan Indonesia lainnya. Terbaru Prilly Latuconsina dan Sule menunjukkan tanda-tanda menginvasi sepak bola nasional.
Prilly disebutkan bakal membeli saham Persikota Tangerang (klub Liga 3 2021/2022) dan Sule membeli PSKC Cimahi (klub Liga 2 2021). Sejumlah nama lainnya juga disebut memiliki minat.
Menurut Yusuf, invasi para selebritas ini tak sama dengan kisah para taipan yang berbondong-bondong mengelola klub pada era Galatama. Jalan pedang para artis pun tak sama dengan para politisi.
Klub yang dikelola politisi biasanya dijadikan sarana menaikkan popularitas dan elektabilitas, sedangkan pengusaha yang terjun didasari hobi. Dampaknya judi merebak pada era Galatama.
"Kalo orang kaya itu karena hobi dan ada unsur judinya juga. Makanya pas bosan atau bangkrut, ya ditinggal. Industri sehat kalau pelakunya menjalankannya secara sehat juga," kata Yusuf.
"Ada klub-klub yang punya visi industri seperti Persib, Persija, Bali United, dan yang baru-baru (anak muda) macan Rans, Dewa United, Persis. Ini akan panjang nafasnya."
"Tapi yang tidak punya visi industri maka akan begini-begini saja. Jadi perjalanan ke arah industri yang ideal masih sangat panjang untuk sepak bola kita," ujarnya menambahkan.
 Prilly Latuconsina disebut ingin mengikuti jejak Raffi Ahmad di bisnis sepak bola Indonesia. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma) |
Visi industri inilah yang sedang dikembangkan para pengusaha ber-DNA artis tersebut. Mereka terjun ke sepak bola dengan pertimbangan matang bahwa ada oasis cuan yang bisa dikelola dengan baik.
Tak bisa dimungkiri industri sepak bola Indonesia belum sehat. Apalagi di masa pandami, di mana liga berjalan dengan ala kadarnya, seperti tanpa penonton dan bermain dalam sistem zona.
Pelaku industri olahraga yang juga anggota Komite Eksekutif PSSI Hasani Abdulgani, mengakui industri sepak bola belum sehat. Kesehatan ini banyak terpengaruh dari kepastian jadwal.
[Gambas:Photo CNN]
Jadwal kompetisi memang jadi penyakit menahun sepak bola Indonesia. PSSI dan operator kompetisi sudah menyusun jadwal, tetapi berubah karena kesulitan izin dan ada saja klub penunggak utang.
"Saya melihat ada peluang ke depannya. Dengan syarat harus dikelola dengan baik dan ada kepastian, khususnya soal jadwal. Investasi memerlukan kepastian," kata Hasani.
[Gambas:Video CNN]
Hadirnya DNA artis dalam industri sepak bola nasional disebut Hasani bisa menjadi peluang bisnis. Para pesohor ini bisa menjadi alat kampanye kepastian jadwal agar terbuka ruang investasi.
"Ada [pengaruh kehadiran artis] secara Public Relationship (PR). Imbas kepopuleran para artis pasti membawa dampak positif kepada sepak bola Indonesia," kata Hasani.
Nalar usang pengelolaan sepak bola industri memang harus ditanggalkan. Lewat nalar abnormal ini pula diharapkan kesadaran akan pembinaan usia muda dan pembangunan infrastruktur terkatrol.