TESTIMONI

Albert C. Sutanto: Motivasi Ibu dan Kena Toyor di Olimpiade

Albert C Sutanto | CNN Indonesia
Rabu, 02 Mar 2022 19:01 WIB
Albert C Sutanto menceritkan kisah membela Indonesia di Olimpiade dan suka duka duka berlatih di kolam renang.
Albert C Sutanto menjadi tulang punggung tim Indonesia di kolam renang pada era 90-an hingga 2000-an. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bisa berlaga membela Indonesia di dua Olimpiade adalah hal terbesar yang pernah saya raih selama masih aktif menjadi atlet renang.

Olimpiade 2000 dan 2004 menegaskan saya sebagai perenang kedua Indonesia yang bisa tampil di pesta olahraga terbesar di dunia lebih dari sekali. Sebelumnya ada nama Richard Sam Bera, teman juga senior saya yang tampil di tiga Olimpiade.

Hingga saat ini sepertinya hanya Richard, saya, dan Donny B Utomo, yang mewakili Indonesia di lebih dari satu Olimpiade dari cabang renang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampil di Olimpiade adalah hal luar biasa, tidak terbayangkan. Auranya benar-benar berbeda dengan kejuaraan lain.

Saya rasa itu adalah sebuah cita-cita seorang atlet. Bagi saya setelah fokus menekuni olahraga renang, Olimpiade adalah titik target terjauh setelah kejuaraan-kejuaraan internasional.

Berkat perjuangan, ketekunan, dan dedikasi di olahraga ini saya punya kesempatan bisa berlomba bersama perenang top pada zaman itu. Ada Ian Thorpe, Grant Hackett, juga ada Michael Piper yang saat ini bekerja sama dengan saya di pelatnas renang Indonesia.

Di Olimpiade 2000 saya dan saudara kembar saya, Felix C. Sutanto, bisa mewakili Indonesia. Kami menjadi debutan pada saat itu. Sementara ada pula Richard yang sudah menjalani Olimpiade ketiga.

Pertama kali tampil di Olimpiade dan bertemu atlet-atlet top dunia muncul rasa penasaran saya. Bagaimana orang-orang itu bisa menjadi juara renang di kancah internasional.

Rasa kagum dan penasaran itu datang di saat yang tidak tepat. Di saat pemanasan sebelum tampil, saya dan Felix malah asyik memperhatikan dan menganalisis Thorpe dan kawan-kawan.

Lantaran hal tersebut saya pun kena tegur Richard dan ditoyor, hahaha. Alhasil waktu pemanasan yang seharusnya saya lakukan dengan jarak program 2500 meter tidak bisa kami manfaatkan penuh karena terpikat dengan perenang lain.

Pada Olimpiade 2000 saya turun di tiga nomor, 100m gaya kupu-kupu, 200m gaya kupu-kupu, dan 400m gaya ganti.

Di antara tiga nomor tersebut saya merasa penampilan saya paling baik adalah di nomor 400m gaya ganti. Dalam daftar kualifikasi Olimpiade 2000 di nomor tersebut, nama saya ada di urutan ke-39 dalam ranking FINA dan di peringkat 25 di raking Olimpiade. Itu benar-benar membuat bangga.

Sementara pada Olimpiade 2004 saya hanya turun di satu nomor 200m gaya ganti.

[Gambas:Instagram]

Saya tak bisa mempersembahkan medali, karena performa lawan benar-benar luar biasa. Perenang Indonesia belum bisa pada taraf podium, namun tetap saja tampil dua kali di Olimpiade adalah sejarah yang tidak akan saya lupa. Dua Olimpiade itu selalu jadi kenangan yang terbaik bagi saya.

Sebelum Olimpiade saya juga tampil di event-event seperti Asian Games 1994 dan 1998, SEA Games, maupun kejuaraan-kejuaraan renang internasional.

Satu capaian yang boleh dibilang harum adalah kemampuan saya memberi sembilan medali emas dan belasan keping perak serta perunggu selama tampil di delapan SEA Games.

Karier saya membela tim Merah Putih di cabang olahraga renang terbilang panjang, sejak 1991 hingga 2005.

Lantaran lama menjadi atlet, saya pun merasakan dua era berbeda. Pada tahun 1991, ketika menyumbang medali SEA Games, saya mendapat bonus televisi 14 inci. Sementara setelah menambah perbendaharaan medali di SEA Games 2005, saya mendapat bonus ratusan juta rupiah.

Ini yang menjadi perbedaan atlet zaman dulu dan saat ini. Terlebih sekarang juga ada media sosial yang juga bisa mendatangkan uang bagi atlet. Olahraga renang yang dulu amatir, sekarang bisa dikatakan semi-profesional.

Banner live streaming MotoGP 2022

Status olahraga renang yang dahulu amatir pula membuat banyak atlet, termasuk saya, mengikuti program beasiswa ke luar negeri demi mempersiapkan masa depan setelah tidak lagi jadi atlet. Bisa dikatakan seluruh atlet-atlet renang di zaman dahulu mengikuti program beasiswa sekolah di luar negeri melalui jalur prestasi renang.

Berkarier puluhan tahun sebagai perenang dan pelatih, membuat saya menemukan sosok-sosok penting dalam karier. Lisa Siregar dan almarhum Iskandar Suryaatmaja adalah sosok pelatih yang tidak bisa lepas dari sukses saya selama menjadi atlet.

Sementara almarhum Lukman Niode juga punya jasa besar ketika saya menjadi pelatih.

Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>

Komparasi dengan Felix

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER